Oleh : Ahmad Sastra
Di reruntuhan Gaza, tangisan kecil terdengar lirih
karena ibunya sudah tak lagi bernapas,
dan dunia masih berpura-pura tak melihat
Seorang anak Palestina terbaring di pelukan debu dan
darah
menatap langit yang disobek roket, menunggu keadilan
yang tak kunjung tiba dari para pemimpin yang
tenggelam dalam nikmat dunia
Wahai para pemimpin yang khianat
nyawa anak-anak ini adalah dosa di pundak kalian!
Setiap darah yang mengalir dari tubuh mungil itu
adalah saksi atas kelalaian dan ketakutan kalian
yang memilih diam daripada melawan.
Apa arti gelar kalian raja, presiden, perdana menteri
jika kalian membiarkan bayi-bayi suci
terluka, terbakar, terkoyak
sementara kalian bersulang dalam gedung-gedung megah?
Kalian berfoto dengan senyum penuh kepalsuan
di saat satu keluarga di Rafah hilang dalam sekejap
ledakan
Kalian tanda tangan perjanjian damai palsu
di saat tangan-tangan kecil kehilangan pegangan
dan tubuh mungil diselimuti kafan.
Nyawa anak Palestina bukan angka dalam laporan
bukan statistik untuk pidato kalian
Itu adalah amanah dari Allah,
yang kelak akan menuntut di hari tak ada lagi jabatan
dan pangkat
Mereka mati bukan karena lemah
tapi karena kalian tak pernah benar-benar berdiri
tegak membela
Kalian takut pada kutukan barat
tapi tak takut pada murka Tuhan Semesta Alam
Wahai umat!
Bangkitlah, jangan biarkan darah ini terus ditumpahkan
tanpa balasan yang nyata.
Karena setiap jiwa kecil yang gugur tanpa perlindungan
adalah cambuk bagi kita semua
untuk menolak kepemimpinan yang khianat dan hina
Nyawa anak Palestina,
adalah dakwah yang menggema tanpa suara
Adalah aib bagi para pemimpin yang tak layak memimpin
umat yang agung.
Mereka telah memilih jalan kehinaan
sementara anak-anak Palestina
telah menempuh jalan menuju surga
dengan syahid yang dimuliakan
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 18/04/25 : 10.17 WIB)