[1] Seri Pengajian Keluarga SETIAP DIRI MEMILIKI AIR MATA DAN UJIANNYA MASING-MASING



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Alhamdulillah, dalam rangka memanfaatkan waktu agak lebih bermakna selama masa liburan sekolah atau kuliah pasca idul fitri, kami mengadakan pengajian keluarga yang diadakan setiap habis sholat maghrib, dengan mengangkat berbagai tema aktual. Bukan hanya monoton, namun pengajian dilanjutkan dengan memberikan tanggapan dan pernyataan. Pengajian dibuka oleh istri dan diisi oleh saya sebagai suami. Sementara jamaahnya adalah HAS, ZEA dan RSA yang merupakan putra-putri kami.

 

Malam ini, kita mengangkat tema terkait ujian yang akan diberikan Allah pada setiap individu muslim, relasinya sebagai anggota keluarga maupun anggota masyarakat. Dalam pengajian sesi satu yang insyaallah akan terus berlangsung hingga mereka kembali ke kampus dan pesantren pasca liburan idul fitri tahun ini.

 

Ada dua ayat yang disampaikan dalam pengajian sesi satu ini yakni QS Yusuf ayat 111 dan QS Al Ankabut ayat 2. Surat pertama menggambarkan terkait dengan pelajaran, petunjuk dan rahmat dibalik kisah-kisah para nabi dan Rasul yang diabadikan oleh Allah dalam Al Qur’an. Sedangkan surat kedua menegaaskan bahwa Allah akan memberikan ujian dan cobaan bagi hamba-hambaNya yang beriman.

 

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf : 111)

 

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS Al Ankabut : 2)

 

Ujian yang dihadapi keluarga nabi sangat beragam dan berat, seperti yang dialami oleh Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim diuji dengan perintah Allah untuk menyembelih putranya, Ismail, sebagai bukti keimanan dan ketaatan. Nabi Ibrahim dan istrinya, Sarah, diuji dengan kesabaran menunggu kelahiran anak, meskipun mereka sudah tua. Nabi Ibrahim diuji dengan keteguhan imannya ketika dia diminta untuk meninggalkan kaumnya yang kafir dan berhijrah ke tempat yang jauh.

 

Selain itu, keluarga nabi lainnya juga menghadapi ujian yang berat. Nabi Muhammad SAW menghadapi penolakan dan penganiayaan dari kaum kafir Quraisy. Ujian-ujian ini bertujuan untuk menguji keimanan, kesabaran, dan keteguhan para nabi dan keluarga mereka, serta untuk memperkuat hubungan mereka dengan Allah SWT.

 

Sementara Nabi Adam diuji dengan perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon tertentu di surga. Nabi Adam diuji dengan kesabaran ketika dia dan istrinya, Hawa, harus meninggalkan surga dan hidup di bumi.

 

Nabi Musa diuji dengan kepemimpinannya atas bangsa Israel dan menghadapi berbagai tantangan dari mereka. Nabi Musa diuji dengan kesabaran ketika dia harus menunggu selama 40 hari untuk menerima Taurat dari Allah. Nabi Musa diuji dengan keberanian ketika dia harus menghadapi Firaun dan tentaranya.

 

Nabi Ayyub diuji dengan kesabaran ketika dia harus menghadapi berbagai cobaan dan musibah, termasuk kehilangan harta benda, anak-anak, dan kesehatannya. Nabi Ayyub diuji dengan keimanannya ketika dia harus menghadapi berbagai tantangan dan cobaan, namun tetap teguh dalam imannya kepada Allah. Nabi Ayyub diuji dengan keteguhan imannya ketika dia harus menghadapi berbagai ejekan dan cercaan dari orang-orang yang tidak percaya.

 

Nabi Nuh diuji dengan kesabaran ketika dia harus berdakwah kepada kaumnya yang kafir dan menolak untuk beriman. Nabi Nuh diuji dengan keimanannya ketika dia harus menghadapi berbagai tantangan dan cobaan dari kaumnya, namun tetap teguh dalam imannya kepada Allah. Nabi Nuh diuji dengan kepemimpinannya atas kaumnya dan menghadapi berbagai tantangan dalam membangun kapal untuk menyelamatkan dirinya dan pengikutnya dari banjir besar.

 

Nabi Luth diuji dengan kesabaran ketika dia harus berdakwah kepada kaumnya yang kafir dan menolak untuk beriman. Nabi Luth diuji dengan keimanannya ketika dia harus menghadapi berbagai tantangan dan cobaan dari kaumnya, namun tetap teguh dalam imannya kepada Allah. Nabi Luth diuji dengan keteguhan imannya ketika dia harus menghadapi berbagai ejekan dan cercaan dari kaumnya yang kafir.

 

Nabi Sulaiman diuji dengan kepemimpinannya atas kerajaan Israel dan menghadapi berbagai tantangan dalam memerintah dengan adil dan bijaksana. Nabi Sulaiman diuji dengan kesabaran ketika dia harus menghadapi berbagai tantangan dan cobaan dalam memerintah kerajaan Israel. Nabi Sulaiman diuji dengan keimanannya ketika dia harus menghadapi berbagai godaan dan cobaan, namun tetap teguh dalam imannya kepada Allah.

Alhamdulillah, setelah materi disampaiakan muncul tanggapan dan pertanyaan. Tanggapan pertama adalah saat harus menghadapi ujian di kampus dengan adanya mahasiswi yang belum memakai busana syar’i. Lantas bagaimana seharusnya bersikap. Tanggapan kedua adalah penegasan bahwa dengan adanya kondisi yang tidak baik-baik saja di luar menjadi peluang besar untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berusaha mengajak mereka ke jalan yang lurus.

 

Pertanyaan yang muncul adalah terkait dengan bagaimana manajemen waktu menurut Islam. Alhamdulillah semua tanggapan dan pertanyaan dijawab dalam diskusi dan semua merasa puas. Ini adalah tradisi yang mahal dalam keluarga dimana kita dihadapkan dengan kehidupan yang serba individual. Pengajian keluarga adalah salah satu solusi yang baik untuk menjalin rasa dan pikir seluruh anggota keluarga.

 

Kami menyadari bahwa hidup di dunia ini sangatlah singkat. Berjuang akan mati, tak berjuang juga akan mati, maka lebih baik memiliki menjadi keluarga yang memperjuangkan agama dari pada terlena dengan urusan dunia. Dunia adalah tempat menanam dan mencari bekal untuk kehidupan di akhirat. Dalam istilah kami, harus menggunakan kaca mata akhirat dalam menjalani hidup di dunia ini.

 

Menjalani hidup di dunia dengan kaca mata akhirat adalah konsep yang menarik dalam Islam.  Menjalani hidup di dunia dengan kaca mata akhirat berarti melihat dunia sebagai tempat persinggahan, bukan sebagai tempat tinggal yang kekal. Ini berarti bahwa kita harus selalu ingat bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, dan bahwa kita akan kembali ke akhirat untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita.

 

Menjalani hidup di dunia dengan kaca mata akhirat berarti mengutamakan akhirat daripada dunia. Ini berarti bahwa kita harus selalu memprioritaskan perbuatan yang baik dan bermanfaat untuk akhirat, daripada perbuatan yang hanya bermanfaat untuk dunia.

 

Menjalani hidup di dunia dengan kaca mata akhirat berarti beramal shaleh sebagai investasi akhirat. Ini berarti bahwa kita harus selalu berusaha untuk melakukan perbuatan yang baik dan bermanfaat, karena perbuatan tersebut akan menjadi investasi kita di akhirat.

 

Menjalani hidup di dunia dengan kaca mata akhirat berarti menghadapi cobaan dan ujian dengan sabar. Ini berarti bahwa kita harus selalu berusaha untuk menghadapi cobaan dan ujian dengan sabar dan tidak putus asa, karena cobaan dan ujian tersebut adalah kesempatan untuk meningkatkan iman dan keyakinan kita.

 

Menjalani hidup di dunia dengan kaca mata akhirat berarti meningkatkan iman dan keyakinan kita. Ini berarti bahwa kita harus selalu berusaha untuk meningkatkan iman dan keyakinan kita dengan mempelajari ilmu dan pengetahuan, serta dengan beramal shaleh. Dengan menjalani hidup di dunia dengan kaca mata akhirat, kita dapat meningkatkan iman dan keyakinan kita, serta mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat.

 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 07/04/25 : 21.03 WIB) 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.