RAMADHAN DAN KOMPLEKSITAS TANTANGAN DUNIA MODERN



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah bagi umat Muslim di seluruh dunia. Namun, tantangan sosial yang dihadapi selama bulan Ramadhan semakin kompleks di dunia modern ini.

 

Di dunia yang serba cepat ini, banyak orang merasa kesulitan untuk menyesuaikan rutinitas mereka selama Ramadhan. Kebutuhan untuk bekerja, sekolah, dan menjalankan aktivitas lainnya bisa menjadi tantangan besar, terutama karena ibadah puasa mengharuskan seseorang untuk menahan diri dari makan dan minum dari fajar hingga maghrib. Banyak orang mengalami kelelahan dan stres karena jadwal yang padat, serta kurangnya waktu untuk beribadah dengan tenang.

 

Dalam masyarakat yang sangat tergantung pada teknologi, banyak orang terganggu oleh penggunaan gadget, media sosial, dan internet selama Ramadhan. Hal ini bisa mengganggu fokus pada ibadah, berkurangnya kualitas tidur, atau bahkan mengurangi kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga dan komunitas. Keberadaan aplikasi dan konten yang sangat menggoda di dunia maya sering kali mengalihkan perhatian dari makna spiritual Ramadhan.

 

Di era modern, komersialisasi Ramadhan sering kali menjadi tantangan. Banyak orang terjebak dalam budaya konsumtif, seperti membeli makanan berlebihan untuk berbuka puasa, atau berfokus pada belanja untuk hari raya. Hal ini berpotensi mengalihkan perhatian dari esensi spiritual Ramadhan, yang seharusnya lebih fokus pada kesederhanaan, pengendalian diri, dan berbagi dengan sesama.

 

Bagi sebagian orang, terutama mereka yang hidup dalam keterbatasan ekonomi, Ramadhan bisa menjadi bulan yang penuh tantangan. Meskipun Ramadhan mengajarkan pentingnya berbagi dengan yang kurang beruntung, beberapa keluarga mungkin merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar selama bulan puasa, terutama dengan biaya yang lebih tinggi untuk makanan berbuka puasa dan kebutuhan lainnya. Kesenjangan sosial ini sering kali semakin terasa selama bulan Ramadhan, meskipun banyak upaya dilakukan untuk mengatasinya.

 

Tekanan sosial juga bisa menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi mereka yang tinggal di negara dengan populasi mayoritas non-Muslim. Ada tekanan untuk tetap menjaga penampilan, berbuka puasa dengan cara tertentu, atau bahkan menjalani puasa meski ada masalah kesehatan. Bagi mereka yang sedang berjuang dengan isu kesehatan mental atau masalah emosional lainnya, Ramadhan bisa menjadi waktu yang penuh tantangan, di mana kesendirian atau rasa terisolasi semakin meningkat.

 

Di dunia modern yang serba sibuk, gaya hidup yang terlalu fokus pada karier, status sosial, dan kemajuan material bisa mengaburkan prioritas spiritual seseorang. Ramadhan mengajarkan untuk merefleksikan diri, tetapi sering kali ada ketegangan antara dunia material dan dunia spiritual. Orang sering merasa kesulitan untuk menyeimbangkan antara kebutuhan duniawi dan kewajiban agama.

 

Menghadapi tantangan-tantangan ini membutuhkan usaha dan kesadaran lebih besar akan makna sejati Ramadhan, yaitu peningkatan spiritual, empati, kesabaran, dan berbagi kebahagiaan dengan sesama. Dengan pendekatan yang bijak dan mendalam, umat Muslim dapat menavigasi tantangan ini dengan tetap menjaga esensi Ramadhan.

 

Di tengah gempuran tantangan modern, seorang muslim harus tetap istiqomah meningkatkan ibadah selama bulan Ramadhan ini. Khususnya pada sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadhan. Sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah periode yang sangat istimewa dan penuh berkah bagi umat Muslim.

 

Pada waktu ini, banyak umat Muslim berusaha untuk meningkatkan ibadah mereka dengan lebih intensif, mencari keberkahan yang lebih besar, dan berusaha untuk mendapatkan Lailatul Qadr (malam yang lebih baik dari seribu bulan).

 

Salah satu amalan utama di sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah shalat malam (qiyamullail). Rasulullah SAW selalu memperbanyak ibadah malam di sepuluh hari terakhir Ramadhan, dengan meningkatkan shalat tahajjud, baik sendirian maupun berjamaah. Umat Muslim berusaha untuk memanfaatkan malam ini dengan berdoa, berzikir, dan melaksanakan shalat tahajjud untuk meraih keberkahan.

 

Lailatul Qadr diyakini berada pada salah satu malam di sepuluh hari terakhir, terutama pada malam-malam ganjil seperti 21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadhan. Pada malam ini, doa-doa diterima dan amalan dilipatgandakan. Oleh karena itu, umat Muslim sangat dianjurkan untuk beribadah lebih intensif pada malam-malam ini dengan berharap agar dapat mendapatkan keberkahan Lailatul Qadr.

 

Dzikir adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Umat Muslim dapat memperbanyak dzikir seperti mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, dan membaca doa-doa khusus. Salah satu doa yang sangat dianjurkan adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada Aisyah RA, yaitu: "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbu al-'afwa fa'fu 'anni." (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku.)

 

Sepuluh hari terakhir Ramadhan juga merupakan waktu yang sangat baik untuk memperbanyak sedekah. Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, terutama di bulan Ramadhan. Berbagi dengan sesama, terutama dengan mereka yang membutuhkan, sangat dianjurkan. Sedekah dapat dilakukan dengan memberikan makanan berbuka kepada yang membutuhkan, membantu mereka yang kurang mampu, atau menyumbangkan uang untuk amal.

 

Selama Ramadhan, umat Muslim dianjurkan untuk membaca Al-Qur'an lebih banyak. Pada sepuluh hari terakhir, ada dorongan untuk lebih fokus dalam membaca dan merenungkan makna ayat-ayat Al-Qur'an. Hal ini dapat membantu memperdalam pemahaman tentang agama dan memperbaiki hubungan dengan Allah SWT. Banyak orang juga berusaha untuk menyelesaikan khatam Qur'an pada bulan Ramadhan, dan sepuluh hari terakhir adalah waktu yang ideal untuk itu.

 

I'tikaf adalah ibadah yang dilakukan dengan berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah, memohon ampunan, dan menjauh dari dunia luar. I'tikaf sangat dianjurkan di sepuluh hari terakhir Ramadhan, karena saat itulah umat Muslim berusaha lebih fokus beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Rasulullah SAW sendiri melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, sehingga ini menjadi tradisi yang sangat baik untuk dilakukan.

 

Sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk bertaqwa dan memperbaiki diri. Taqwa tidak hanya berarti melakukan ibadah dengan baik, tetapi juga berusaha menjauhi segala bentuk maksiat dan dosa. Setiap amal yang dilakukan dengan niat yang ikhlas dan penuh harapan agar diterima oleh Allah akan lebih diterima di waktu-waktu yang penuh berkah ini.

 

Pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, umat Muslim dianjurkan untuk memanfaatkan waktu dengan maksimal. Hindari aktivitas yang tidak bermanfaat dan perbanyak amalan yang mendekatkan diri kepada Allah, seperti membaca Al-Qur'an, berdoa, melakukan dzikir, dan beristighfar. Waktu yang singkat ini sangat berharga untuk memperbaiki diri dan mencari ridha Allah.

 

Dengan meningkatkan ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan, umat Muslim berharap dapat mendapatkan keberkahan yang lebih besar, memperbaiki diri, dan mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Semoga sepuluh hari terakhir ini menjadi waktu yang penuh dengan kedamaian, keberkahan, dan pengampunan bagi semua serta semoga kita terlepas dari berbagai godaan hedonisme zaman modern.

 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 27 Ramadhan 1446 H – 27 Maret 2025 M : 13.04 WIB)

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.