Oleh: Ahmad Sastra
Di suatu negeri, 1001 maling berdiri
Berkedok resmi, berpakaian rapi, bahkan berdasi
Mereka menjarah dan merampok harta milik rakyat
Dengan senyum licik, wajah culas dan tangan berlumur dosa
Korupsi tumbuh subur, tak ada yang peduli
Di bawah meja, transaksi tak terlihat
Rakyat kecil terisak di sudut-sudut sepi
Mereka hanya bisa menunggu, pasrah, muak dan sakit hati
Di gedung-gedung tinggi mereka bersembunyi
Melakukan kesepakatan jahat, menindas dan berebut harta
Sementara rakyat menunggu janji yang ilusi
Mereka sibuk dengan kekuasaan yang gelap
Negeri ini penuh dengan topeng palsu
Sang pemimpin bilang dan teriak bela rakyat jelata
Namun di balik kata, mereka hanya menipu dan dusta
Rakyat terperangkap dalam kebohongan dan kebodohan
Apakah masih ada harapan di negeri 1001 maling ?
Apakah masih ada seberkas cahaya di tengah kegelapan ?
Sampai kapan 1001 maling menggenggam kuasa ?
Sampai kapan negeri 1001 maling tenggelam dalam gelap dan kelam ?
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 03/03/25 : 16.57 WIB)