MENJAGA ORIENTASI PUASA RAMADHAN



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al Baqarah : 183)

 

Niat dan orientasi amal dalam Islam mendapatkan tempat yang pokok, sebab setiap perbuatan sangat bergantung pada niatnya. Dalam Islam, niat merupakan elemen yang sangat penting dalam setiap amal ibadah, termasuk puasa.

 

Niat bukan hanya sekedar ucapan atau niat dalam hati, tetapi juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam menentukan sah atau tidaknya sebuah ibadah. Puasa, sebagai salah satu rukun Islam, memerlukan niat yang jelas dan tulus agar ibadah tersebut diterima oleh Allah SWT.

 

Niat dalam Islam adalah penentu apakah suatu ibadah itu sah atau tidak. Puasa memiliki syarat sah yang sangat penting, yaitu niat yang dilakukan pada malam hari sebelum fajar. Dalam hadis Rasulullah SAW disebutkan bahwa "Barang siapa yang tidak berniat untuk berpuasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya" (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan bahwa niat yang jelas dan tegas pada malam hari adalah bagian dari syarat sah puasa.

 

Tanpa niat yang benar dan tulus, puasa seseorang tidak akan diterima. Niat juga membedakan antara puasa sebagai ibadah dan puasa yang dilakukan karena alasan lain, seperti kebiasaan atau tanpa kesadaran akan kewajiban agama.

 

Niat yang dilakukan dengan tulus menunjukkan keikhlasan dalam menjalankan ibadah puasa. Islam sangat menekankan pentingnya niat yang murni untuk Allah SWT. Dalam setiap amal perbuatan, niat yang ikhlas akan memastikan bahwa ibadah tersebut tidak hanya dilihat oleh manusia, tetapi juga diterima oleh Allah sebagai amal yang baik.

 

Puasa yang dilakukan tanpa niat yang jelas dan tulus dapat mengurangi nilai ibadah tersebut. Niat yang baik juga dapat memperkuat tekad seseorang untuk menjalani puasa dengan penuh kesabaran, meskipun ada tantangan dan godaan sepanjang hari. Niat yang murni membuat puasa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kualitas spiritual seseorang.

 

Niat yang jelas membantu seseorang untuk menjaga fokus dan disiplin dalam menjalankan puasa. Dalam bulan Ramadhan, umat Islam tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari berbagai perbuatan yang bisa membatalkan puasa seperti berkata kasar, berbohong, atau melakukan perbuatan tidak baik lainnya.

 

Dengan niat yang kuat dan penuh kesadaran, seseorang lebih mampu menjaga diri dari godaan dan mempertahankan kualitas puasa. Puasa menjadi lebih dari sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga sebagai latihan untuk memperbaiki diri dalam hal perilaku, kebiasaan, dan karakter.

 

Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga sebagai sarana untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Niat yang benar akan memperkuat tujuan spiritual puasa, yaitu untuk mendapatkan keberkahan dan ampunan dari Allah.

 

Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang berpuasa dengan penuh iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan bahwa niat yang didasari oleh iman dan harapan akan pahala dari Allah menjadikan puasa lebih bermakna dan lebih bermanfaat dalam membersihkan jiwa dan dosa.

 

Niat juga menjadi penyaring bagi setiap aktivitas yang dilakukan selama bulan Ramadhan. Dengan niat yang benar, semua tindakan yang dilakukan selama bulan puasa, baik itu makan sahur, berbuka puasa, shalat tarawih, atau memberikan sedekah, akan dianggap sebagai bagian dari ibadah. Bahkan hal-hal yang tampaknya sederhana, seperti menahan diri dari emosi atau menjaga mulut dari perkataan buruk, akan menjadi bagian dari pahala jika dilakukan dengan niat yang tulus untuk Allah.

 

Sebaliknya, jika niat tidak benar, maka aktivitas yang tampaknya berkaitan dengan puasa, seperti makan sahur atau berbuka, bisa menjadi kegiatan yang biasa tanpa nilai ibadah. Oleh karena itu, niat memberi dimensi spiritual yang mendalam dalam setiap tindakan yang dilakukan selama bulan Ramadhan.

 

Dalam Islam, niat juga berfungsi untuk menjaga keharmonisan dengan waktu. Niat untuk berpuasa harus dilaksanakan pada malam hari sebelum fajar. Ini bukan hanya menyangkut hukum syariat, tetapi juga melibatkan manajemen waktu yang baik. Dengan niat yang tepat pada waktunya, seseorang menjadi lebih terorganisir dalam menjalani hari-harinya selama Ramadhan, memastikan bahwa ia menjalankan ibadah puasa dengan penuh perhatian dan kesungguhan.

 

Niat bukan hanya sekedar mengungkapkan keinginan untuk berpuasa, tetapi juga berisi doa dan harapan untuk mendapatkan manfaat puasa, seperti pengampunan dosa, peningkatan kualitas ibadah, dan keridhaan Allah. Niat ini menjadi bentuk pengharapan agar puasa yang dilaksanakan dapat diterima dan memberi dampak positif dalam kehidupan pribadi dan sosial.

 

Niat dalam ibadah puasa sangat penting karena ia menjadi penentu sah atau tidaknya ibadah tersebut. Niat yang tulus dan ikhlas akan meningkatkan makna dan tujuan puasa, serta memperkuat disiplin dan fokus dalam menjalankannya.

 

Selain itu, niat juga menjadi pendorong untuk melakukan amal ibadah lain dengan kesadaran yang penuh, mengarahkan setiap aktivitas kita kepada Allah SWT. Dengan niat yang benar, puasa tidak hanya menjadi kewajiban fisik, tetapi juga sarana spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan membersihkan jiwa.

 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 2 Ramadhan 1446 H – 2 Maret 2025 M : 09.40 WIB)

 


__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.