Oleh : Ahmad Sastra
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa (QS. Al Baqarah : 183)
Puasa, sebagai salah satu rukun Islam yang utama,
memiliki makna yang sangat dalam dan luas. Selain sebagai ibadah yang
diwajibkan selama bulan Ramadhan, puasa memiliki filosofi yang mendalam yang
mencakup dimensi spiritual, sosial, dan psikologis.
Filosofi puasa dalam Islam tidak hanya terbatas pada
menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga mencakup kontrol terhadap
seluruh aspek kehidupan, seperti nafsu, amarah, dan segala bentuk perbuatan
yang merugikan.
Puasa merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Dengan menahan diri dari segala bentuk nafsu fisik, seseorang bisa
lebih fokus pada ibadah, memperbanyak doa, dan meningkatkan kualitas
spiritualnya. Hal ini menciptakan kesadaran akan keterbatasan diri,
mengingatkan umat Islam tentang pentingnya rasa syukur dan ketergantungan hanya
kepada Allah.
Puasa mengajarkan umat Islam tentang pentingnya
disiplin dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tidak hanya menahan diri dari
makan dan minum, tetapi juga dari hal-hal yang bisa merusak hati dan pikiran,
seperti berkata kotor, berbohong, atau melakukan perbuatan tercela. Ini adalah
bentuk latihan untuk memperbaiki karakter dan kebiasaan yang buruk.
Dengan merasakan lapar dan haus, seseorang lebih bisa
memahami penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang kurang beruntung. Puasa
membawa rasa empati, yang mendorong umat Islam untuk lebih peduli dan
memberikan sedekah atau bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Hal ini
mengajarkan nilai kasih sayang dan berbagi kepada sesama.
Puasa dalam Islam juga memiliki makna pembersihan jiwa
dan pengampunan dosa. Dalam hadis Nabi Muhammad SAW, disebutkan bahwa puasa
dapat menjadi sarana pengampunan dosa-dosa kecil yang telah dilakukan oleh
seseorang jika ia berpuasa dengan penuh keikhlasan dan menjauhkan diri dari
hal-hal yang membatalkan puasa.
Di era modern yang serba cepat ini, tantangan dalam
menjalani ibadah puasa semakin besar. Gaya hidup yang serba sibuk, teknologi
yang semakin maju, dan tekanan sosial yang tinggi dapat membuat seseorang sulit
untuk menjaga niat dan kesungguhan dalam berpuasa. Di zaman modern, salah satu
tantangan besar adalah godaan konsumerisme dan materialisme yang kerap kali
membuat seseorang terjebak dalam pola hidup yang berlebihan.
Puasa bisa dipahami bukan hanya dalam konteks makan
dan minum, tetapi juga sebagai upaya untuk mengendalikan hawa nafsu terhadap
barang-barang duniawi yang tidak penting. Ini bisa dilakukan dengan lebih
selektif dalam membeli barang, mengurangi pemborosan, dan lebih fokus pada
kebutuhan yang esensial.
Salah satu tantangan besar di era digital atau
disrupsi teknologi adalah kecanduan terhadap gadget, media sosial, dan
teknologi yang dapat menguras waktu dan energi mental. Puasa digital adalah
konsep yang diambil dari filosofi puasa, di mana seseorang membatasi penggunaan
gadget atau media sosial selama waktu tertentu untuk menjaga fokus, ketenangan
mental, dan kedekatan dengan diri sendiri serta Allah SWT.
Di bidang teknologi, disrupsi sering kali muncul
melalui penemuan atau penerapan teknologi baru yang membuat teknologi lama
menjadi usang atau tidak relevan lagi. Sebagai contoh, perkembangan teknologi
cloud computing menggantikan kebutuhan akan perangkat keras dan server fisik
yang mahal. Teknologi baru seperti artificial intelligence (AI) dan blockchain
juga memicu disrupsi di banyak sektor, mulai dari keuangan hingga kesehatan.
Contoh Disrupsi Teknologi diantaranya adalah, pertama smartphones
menggantikan banyak perangkat teknologi lama, seperti kamera, pemutar musik,
dan bahkan komputer pribadi. Kedua, internet of Things (IoT) mengubah cara kita
berinteraksi dengan perangkat sehari-hari, menciptakan ekosistem perangkat yang
saling terhubung dan mempercepat otomatisasi dalam banyak aspek kehidupan. Ketiga,
kendaraan listrik dan mobil otonom berpotensi mendisrupsi industri otomotif
yang sebelumnya mengandalkan kendaraan berbahan bakar fosil dan pengemudi
manusia.
Di era modern, stres dan tekanan emosional sering kali
menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Puasa mengajarkan pentingnya
pengendalian emosi, seperti menahan amarah, keserakahan, dan kebencian. Dalam
konteks ini, puasa bisa diterjemahkan sebagai latihan mental untuk tidak mudah
tersulut emosi dan lebih bijaksana dalam menghadapi masalah yang datang.
Kehidupan yang serba cepat seringkali membuat
seseorang terjebak dalam rutinitas yang melupakan nilai-nilai spiritual. Puasa
mengajarkan umat Islam untuk meluangkan waktu untuk introspeksi dan merenung.
Dalam kehidupan modern, ini bisa diterapkan dengan cara meluangkan waktu untuk
beribadah, berdoa, dan melakukan kegiatan yang mendekatkan diri kepada Tuhan,
meskipun kesibukan kerja dan aktivitas lainnya menghalangi.
Filosofi puasa dalam Islam lebih dari sekadar menahan
diri dari makan dan minum. Ia adalah latihan untuk meningkatkan kualitas hidup,
mengendalikan hawa nafsu, dan meningkatkan kedekatan dengan Allah SWT.
Di era modern, tantangan untuk menjalani puasa semakin
besar, namun prinsip-prinsip puasa dapat diterapkan dalam berbagai aspek
kehidupan, seperti mengelola emosi, membatasi konsumsi teknologi, dan
mengurangi materialisme. Puasa, dalam arti yang lebih luas, tetap relevan dan
dapat menjadi cara untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual, psikologis, dan
sosial di zaman yang penuh dengan tantangan ini.
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 2 Ramadhan 1446 H – 2 Maret
2025 M : 09.07 WIB)