Oleh : Ahmad Sastra
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa (QS Al Baqarah : 183)
Dimensi sosiologis manusia diantaranya adalah terkait
dengan interaksi sosial, yakni proses di mana individu berinteraksi dengan
individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi ini mencakup komunikasi
verbal dan non-verbal yang membentuk hubungan sosial. Sosiologi mempelajari
bagaimana individu membangun dan mengatur hubungan sosial mereka dengan orang
lain melalui norma-norma dan aturan yang ada dalam masyarakat.
Norma adalah aturan yang diterima secara umum dalam
masyarakat yang mengatur perilaku individu. Misalnya, norma kesopanan dalam berkomunikasi
atau aturan berpakaian yang diharapkan dalam budaya tertentu. Dalam interaksi
sosial, setiap individu mengisi peran tertentu sesuai dengan status sosialnya.
Misalnya, seorang guru memiliki peran untuk mengajar, sementara seorang pelajar
memiliki peran untuk belajar. Ini disebut sebagai kesadaran sosial.
Ramadhan bukan hanya bulan yang penuh berkah bagi umat
Islam dalam aspek ibadah, tetapi juga memiliki peran penting dalam membangun
kesadaran sosial di masyarakat. Bulan yang penuh dengan ibadah puasa, salat
tarawih, dan berbagai bentuk kebaikan lainnya ini memberikan kesempatan bagi
setiap individu untuk meningkatkan empati, berbagi dengan sesama, dan
memperkuat solidaritas sosial.
Puasa selama Ramadhan mengajarkan umat Islam untuk
merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang kurang beruntung, yang
sering kali tidak memiliki cukup makanan atau kebutuhan dasar lainnya. Dengan
menahan diri dari makan dan minum sepanjang hari, umat Islam diingatkan akan
penderitaan orang-orang yang kelaparan setiap hari, baik di dalam negeri maupun
di luar negeri. Kesadaran ini mendorong munculnya rasa empati yang mendalam
terhadap mereka yang kurang beruntung.
Pada tingkat sosial, ini mengarah pada tindakan
konkret, seperti memberikan sedekah, menyumbang untuk orang miskin, atau
menyelenggarakan buka puasa bersama bagi mereka yang membutuhkan. Puasa dengan
demikian menjadi alat untuk menghubungkan individu dengan realitas sosial yang
lebih besar, mendorong mereka untuk berbagi dan peduli pada sesama.
Ramadhan adalah waktu di mana umat Islam secara kolektif
berpuasa, shalat tarawih, dan melakukan amal kebaikan. Ini menciptakan rasa
kebersamaan dan persatuan di antara umat Islam. Di berbagai belahan dunia,
selama bulan Ramadhan, banyak komunitas yang mengadakan buka puasa bersama,
kegiatan sosial, dan amal untuk membantu yang membutuhkan. Solidaritas sosial
ini sangat penting dalam mempererat hubungan antar individu dalam masyarakat,
menciptakan lingkungan yang lebih peduli, dan mengurangi kesenjangan sosial.
Selain itu, banyak lembaga sosial dan organisasi
kemanusiaan yang semakin aktif selama Ramadhan, dengan berbagai inisiatif untuk
membantu masyarakat yang kurang mampu. Program-program seperti pembagian takjil
gratis, distribusi zakat, dan bantuan kepada anak yatim atau kaum dhuafa
menunjukkan betapa Ramadhan menjadi momen yang menggerakkan umat Islam untuk
bersatu dan berbagi.
Ramadhan sering kali menjadi waktu refleksi dan
kesadaran diri. Banyak umat Islam yang pada bulan ini menyadari betapa
pentingnya hidup dengan nilai-nilai kasih sayang, keadilan, dan berbagi. Oleh
karena itu, Ramadhan mendorong individu untuk lebih peduli terhadap masalah
sosial yang ada di sekitar mereka, seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan
kesenjangan sosial.
Program zakat, infaq, dan sedekah yang sangat
ditekankan selama Ramadhan adalah cara bagi umat Islam untuk memberikan
kontribusi nyata dalam mengatasi ketidaksetaraan sosial. Kesadaran ini membantu
membangun masyarakat yang lebih inklusif dan peduli terhadap masalah yang dihadapi
oleh kelompok yang kurang beruntung.
Puasa di bulan Ramadhan juga mengajarkan nilai
tanggung jawab sosial. Meskipun puasa adalah ibadah pribadi, dampaknya sangat
besar dalam konteks sosial. Umat Islam diingatkan bahwa mereka memiliki
tanggung jawab untuk membantu mereka yang lebih membutuhkan, baik dalam bentuk
materi maupun non-materi.
Zakat Fitrah, yang diwajibkan pada akhir Ramadhan,
adalah contoh konkret dari kewajiban sosial yang diemban setiap individu untuk
membantu mereka yang kurang mampu agar dapat merayakan Idul Fitri dengan
sukacita yang sama.
Lebih dari itu, melalui pembagian sedekah dan zakat,
umat Islam diingatkan untuk tidak hanya berfokus pada kepentingan pribadi,
tetapi juga memperhatikan nasib orang lain, sehingga rasa tanggung jawab sosial
terus terjaga dan berkembang. Inilah dimensi sosiologis Ramadhan.
Allah menegaskan dimensi sosiologis seorang muslim
dalam Surat Al-Baqarah (2:177) : "Bukanlah kesalehan itu hanya
dengan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi kesalehan itu
adalah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, dan nabi-nabi;
memberikan harta yang disukai kepada kerabat, anak yatim, orang miskin,
musafir, peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya;"
Ditegaskan juga dalam Surat Al-Ma’un (107:1-7) : "Tahukah
kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan
tidak menganjurkan memberi makan orang miskin." Ayat ini menunjukkan bahwa
kepedulian terhadap anak yatim dan orang miskin adalah bagian dari ajaran Islam
yang menekankan pentingnya berbagi dan menunjukkan kepedulian sosial terhadap
mereka yang membutuhkan.
Begitupun dalam Surat Al-Hashr (59:9), Allah menegaskan
: "Dan orang-orang yang sebelum
mereka (migran) telah menempati tempat tinggal (di Madinah) dan beriman, mereka
mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka dan tidak ada dalam hati
mereka rasa dengki terhadap apa yang diberikan kepada orang-orang yang
berhijrah, dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka
sendiri, meskipun mereka dalam kekurangan."
Ayat ini menunjukkan pentingnya rasa empati dan
kepedulian sosial yang tinggi, yaitu dengan memberikan bantuan kepada orang
yang membutuhkan meskipun diri sendiri juga berada dalam kekurangan. Dengan demikian,
puasa Ramadhan bukan hanya memiliki dimensi individual, melainkan juga memiliki
dimensi sosiologis.
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 2 Ramadhan 1446 H – 2 Maret
2025 M : 09.26 WIB)