ANTARA JATI DIRI MUSLIM DAN TANTANGAN GLOBAL



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Identitas diri adalah ciri-ciri atau keadaan seseorang yang berbeda dengan orang lain. Identitas bisa dikatakan sebagai pembeda seseorang dengan yang lainnya. Sebuah identitas diri dapat terbentuk di dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Identitas diri muslim, tentu saja berbeda dengan identitas diri non muslim.

 

Empat status identitas Marcia adalah difusi, moratorium, penyitaan, dan pencapaian . Orang yang mengalami tingkat krisis rendah dan tingkat komitmen rendah, atau tidak tahu apa yang mereka inginkan atau yakini dan tidak mencoba apa pun, berada dalam kondisi difusi.

 

Rincian empat tipe identitas diri: 1) confusion/diffusion (tidak melakukan eksplorasi dan tidak membuat komitmen), 2) foreclosure (tidak melakukan eksplorasi, tetapi membuat komitmen, biasanya hal ini dipengaruhi oleh orang tua), 3) moratorium (melakukan eksplorasi, tetapi tidak membuat komitmen), serta 4) achievement (pencapaian).

 

Setelah membaca buku karya Saudara Nesa Novrizal dengan judul Menemukan Jati Diri Muslim Yang Hilang, Kenali Fitrahmu, Atasi Krisis Identitasmu, saya berkesimpulan bahwa kehadiran buku ini sangat tepat. Sebab saat ini seorang muslim begitu berat untuk mempertahankan identitas sebagai seorang muslim, di tengah kompleksitas tantangan global yang membawa paham-paham dari Barat yang bertentangan dengan Islam.

 

Jati diri Muslim dihadapkan dengan berbagai tantangan global yang semakin kompleks di zaman modern ini. Identitas sebagai seorang Muslim bukan hanya terkait dengan keyakinan agama, tetapi juga dengan bagaimana seseorang menjawab berbagai tantangan kehidupan yang ada di sekitarnya, baik dalam aspek sosial, budaya, politik, maupun teknologi.

 

Nesa Novrizal mencoba membedah dari berbagai aspek yang terkait dengan jati diri seorang muslim, dari mulai hakikat jati diri muslim, ideologi muslim hingga konsep tentang fitrah. Paradigma ini memberikan gambaran jati diri seorang muslim yang relative lengkap dan mudah dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Kita tahu bahwa globalisasi membawa dampak yang besar terhadap nilai-nilai tradisional, termasuk nilai-nilai dalam agama. Salah satu tantangan utama bagi Muslim adalah bagaimana mempertahankan jati diri Islam dalam menghadapi arus globalisasi yang mengutamakan pluralisme budaya dan sekularisme.

 

Dalam dunia yang semakin mengglobal, sering kali muncul pemikiran yang meragukan relevansi ajaran agama dalam kehidupan modern. Muslim ditantang untuk menemukan keseimbangan antara nilai-nilai agama dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman.

 

Di tengah masyarakat yang semakin plural, dengan beragam etnis, agama, dan budaya, seorang Muslim dihadapkan pada tantangan untuk mengembangkan sikap toleransi dan saling memahami dan membiarkan. Meskipun Islam mengajarkan prinsip saling membiarkan keyakinan agama lain, terkadang terdapat tantangan dalam menghadapi perbedaan pandangan dan keyakinan, baik di dalam komunitas Muslim sendiri maupun dengan agama lain. Menjaga persatuan dalam keberagaman ini menjadi bagian penting dari jati diri Muslim di dunia global.

 

Kemajuan teknologi dan perkembangan media sosial memberikan ruang bagi umat Muslim untuk menyebarkan ajaran Islam secara luas. Namun, di sisi lain, juga membawa tantangan berupa informasi yang beragam, termasuk informasi yang tidak akurat atau bahkan merusak. Media sosial dapat memperkuat atau melemahkan identitas Muslim, tergantung pada cara individu menggunakannya. Tantangan ini memerlukan kemampuan untuk menyaring informasi dan menjaga integritas agama.

 

Globalisasi ini menurut penulis akan sangat berdampak pada krisis identitas seorang muslim. Karenanya buku ini mencoba memberikan panduan kepada seorang muslim agar memahami globalisasi dengan benar, sehingga seorang muslim tidak terjebak dalam godaan zaman modern yang bertentangan dengan Islam.

 

Islam mengajarkan untuk peduli terhadap masalah sosial, namun seringkali umat Muslim menghadapi kesulitan dalam mempengaruhi kebijakan publik yang sesuai dengan nilai-nilai Islam di dunia yang semakin sekuler. Terlebih lagi, munculnya ketidakadilan sosial, kemiskinan, diskriminasi, dan konflik di berbagai belahan dunia menantang Muslim untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip keadilan, perdamaian, dan kasih sayang.

 

Di banyak negara, Islam sering kali diidentikkan dengan terorisme atau kekerasan, meskipun ajaran Islam secara keseluruhan mengutamakan perdamaian. Tantangan global ini membuat umat Muslim berusaha keras untuk memperbaiki citra Islam melalui tindakan nyata yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan. Ini juga terkait dengan bagaimana Muslim menjaga jati diri mereka dalam kehidupan sehari-hari, baik di tempat kerja, pendidikan, maupun interaksi sosial lainnya.

 

Jati diri Muslim di tengah tantangan global memerlukan keteguhan dalam memegang prinsip-prinsip agama, sambil tetap terbuka terhadap perubahan dan perbedaan yang ada di dunia ini. Menyikapi tantangan global dengan bijak dan proporsional, serta menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, adalah kunci untuk membentuk identitas Muslim yang kokoh dan relevan di zaman modern.

 

Nah, semua permasalahan ini akan terjawab dalam buku saudara Nesa Novrizal ini. Semoga kehadiran buku ini memberikan cahaya bagi gelapnya zaman modern dan menjadi panduan bagi seorang muslim sehingga tetap bisa menjaga jati diri sebagai muslim serta mampu mengisi era global ini dengan peran positif agar era modern ini sejalan dengan ajaran Islam. Selamat membaca….

 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 27 Ramadhan 1446 H – 27 Maret 2025 : 21.25 WIB)

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.