Oleh : Ahmad Sastra
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi
Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada)
di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS Ali Imran : 19).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka. (QS Ali Imran : 190-191)
Filsafat adalah disiplin ilmu yang
berkaitan dengan pemikiran mendalam mengenai berbagai aspek dasar kehidupan,
eksistensi, pengetahuan, moralitas, dan realitas. Secara harfiah, filsafat
berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang berarti "cinta
kebijaksanaan". Filsafat berusaha untuk mencari pemahaman tentang dunia
dan tempat manusia di dalamnya melalui rasio, argumen, dan pemikiran kritis.
Metafisika adalah cabang filsafat yang
mempelajari hakikat realitas atau kenyataan. Ini mencakup pertanyaan-pertanyaan
seperti: Apa yang ada di dunia ini? Apa itu eksistensi? Apa yang membedakan
antara yang nyata dan yang tidak nyata? Metafisika mencoba untuk memahami sifat
dasar dari dunia ini, seperti masalah tentang waktu, ruang, materi, dan
keberadaan Tuhan.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang
berkaitan dengan teori pengetahuan. Epistemologi berusaha untuk memahami
bagaimana kita memperoleh pengetahuan, apa itu pengetahuan, dan apa yang
membedakan pengetahuan yang sahih dari pendapat atau keyakinan biasa. Dalam hal
ini, filsuf bertanya: Apa itu kebenaran? Bagaimana kita dapat mengetahui
sesuatu? Apa sumber dan batasan pengetahuan kita?
Etika adalah cabang filsafat yang berkaitan
dengan masalah-masalah moral dan bagaimana kita seharusnya hidup. Etika
berfokus pada prinsip-prinsip yang mengatur perilaku manusia, baik secara
individu maupun sosial. Beberapa pertanyaan yang dijawab oleh etika adalah: Apa
yang baik dan buruk? Apa yang benar dan salah? Apa kewajiban moral kita
terhadap orang lain dan masyarakat?
Logika adalah cabang filsafat yang
mempelajari prinsip-prinsip penalaran yang sah dan bagaimana kita dapat
mencapai kesimpulan yang valid dan konsisten. Logika mengajarkan cara berpikir
yang teratur dan benar, serta menghindari kesalahan dalam penalaran. Logika
sering digunakan untuk menguji argumen dan memastikan bahwa premis-premisnya
mendukung kesimpulannya.
Filsafat politik berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan mengenai keadilan, hak, negara, kebebasan, dan bagaimana
masyarakat seharusnya diatur. Ini mencakup pemikiran tentang pemerintahan yang
ideal, hak-hak individu, dan tanggung jawab sosial. Beberapa filsuf besar dalam
bidang ini adalah Plato, Aristoteles, Thomas Hobbes, John Locke, dan Karl Marx.
Estetika adalah cabang filsafat yang
mempelajari tentang keindahan, seni, dan pengalaman estetis. Estetika berkaitan
dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa yang membuat sesuatu itu indah? Apa
itu seni? Bagaimana kita menilai karya seni? Apa hubungan antara keindahan dan
kebenaran?
Dalam tradisi Islam, filsafat juga
berkembang pesat. Para pemikir Islam menggabungkan pemikiran filsafat Yunani
dengan ajaran-ajaran Islam untuk mengembangkan pandangan tentang Tuhan,
manusia, dan alam semesta. Tokoh-tokoh besar dalam filsafat Islam seperti
Al-Farabi, Ibn Sina (Avicenna), Al-Ghazali, dan Ibn Rushd (Averroes) sangat
berpengaruh dalam menciptakan dialog antara rasio dan wahyu. Mereka juga
memperkenalkan pemikiran rasional dalam menjelaskan agama, alam, dan eksistensi
manusia
Saya coba gali pemikiran saya tentang
filsafat dalam ChatGPT, Dr. Ahmad Sastra adalah seorang pemikir dan filsuf
Indonesia yang dikenal atas kontribusinya dalam bidang filsafat, terutama
terkait dengan pemikiran yang mengintegrasikan tradisi filsafat Barat dengan
konteks lokal dan budaya Indonesia. Pemikiran filsafatnya mencakup beberapa
aspek penting yang relevan dengan perkembangan dunia pemikiran kontemporer,
serta mampu memberikan wawasan baru dalam memahami berbagai persoalan kehidupan
manusia dan masyarakat.
Dr. Ahmad Sastra berusaha mengintegrasikan
pemikiran filsafat Barat dengan ajaran-ajaran Islam, sehingga pemikiran
filsafatnya tidak hanya sekadar menyerap tradisi filsafat Barat yang dominan,
tetapi juga menggali potensi filsafat dalam tradisi keagamaan Islam. Dalam hal
ini, beliau mengkaji berbagai konsep filsafat Barat (seperti eksistensialisme,
rasionalisme, dan empirisme) dalam konteks dunia Islam.
Pemikiran Dr. Ahmad Sastra banyak berfokus
pada refleksi tentang hakikat kehidupan dan manusia. Ia mengkaji berbagai
masalah eksistensial, seperti makna hidup, kebebasan, dan tanggung jawab moral
dalam konteks individu dan masyarakat. Pandangannya menunjukkan perhatian besar
terhadap pencarian makna hidup dalam dunia yang penuh ketidakpastian dan krisis
nilai.
Salah satu pendekatan yang digunakan oleh
Dr. Ahmad Sastra adalah fenomenologi, yang menekankan pada pemahaman pengalaman
subyektif manusia. Filsafat fenomenologi berfokus pada cara individu mengalami
dunia, mengamati realitas, dan membangun makna dari pengalaman tersebut.
Pemikirannya dalam hal ini memperkenalkan pemahaman bahwa untuk memahami
manusia, kita perlu memahami cara mereka melihat dan mengalami dunia
sekitarnya.
Selain kajian filosofis mengenai kehidupan,
Dr. Ahmad Sastra juga memberikan perhatian terhadap etika dan pendidikan. Ia
menganggap bahwa pendidikan adalah instrumen penting dalam pembentukan karakter
dan pemahaman nilai-nilai kehidupan yang lebih dalam. Pemikiran etika beliau
lebih menekankan pada pembentukan moralitas berdasarkan prinsip-prinsip
universal yang juga bisa ditemukan dalam tradisi Islam dan budaya Indonesia.
Dalam beberapa tulisannya, Dr. Ahmad Sastra
mengkritik kondisi sosial dan politik di Indonesia, serta dampaknya terhadap
kehidupan individu dan masyarakat. Ia menunjukkan bahwa filsafat harus
memberikan kontribusi pada perbaikan sosial dan pencarian keadilan, serta
mendalami bagaimana individu berinteraksi dengan struktur sosial yang ada.
Pemikiran filsafat Dr. Ahmad Sastra juga
mencakup aspek kosmologi, yang berhubungan dengan pemahaman tentang alam
semesta dan tempat manusia di dalamnya. Pandangannya sering kali mengaitkan
filsafat dengan pemikiran keagamaan yang menekankan hubungan manusia dengan
Tuhan dan alam.
Pemikiran filsafat Dr. Ahmad Sastra
mencakup berbagai tema yang berhubungan dengan kehidupan manusia, integrasi
tradisi filsafat Barat dan Islam, serta tanggung jawab moral dalam konteks
sosial. Ia berusaha untuk mengembangkan suatu pemikiran yang tidak hanya
relevan dengan konteks global tetapi juga mampu menjawab tantangan yang
dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
Allah berfirman : Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS
Al Baqarah : 208)
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 22 Ramadhan 1446
H – 22 Maret 2025 M : 12.41 WIB)