Oleh : Ahmad Sastra
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS Ali Imran : 19).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS
Ali Imran : 190-191)
Pemikiran Islam merujuk pada berbagai ide, teori, dan
interpretasi yang berkembang dalam tradisi intelektual Islam yang dilandasi
oleh akidah Islam. Pemikiran ini mencakup bidang-bidang seperti filsafat,
teologi, hukum, sains, dan etika, yang semuanya dipengaruhi oleh ajaran-ajaran
Al-Qur'an dan Hadis, serta pengalaman historis umat Islam.
Dalam Islam berkembang pemikiran tentang keyakinan
dasar dalam Islam, seperti konsep Tuhan (Allah), kenabian, kehidupan setelah
mati, takdir, dan lainnya. Ahli teologi Islam mengembangkan berbagai pemikiran
teologis.
Pemikiran filosofis Islam berkembang dengan pengaruh
dari pemikiran Yunani kuno, seperti filsafat Aristoteles dan Plato, yang
diintegrasikan dengan ajaran Islam. Pemikir seperti Al-Farabi, Ibn Sina
(Avicenna), dan Ibn Rushd (Averroes) mengembangkan ide-ide tentang eksistensi,
akal, dan hubungan antara iman dan rasio.
Pemikiran tentang hukum Islam dan bagaimana
hukum-hukum tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Ini
mencakup interpretasi dan pengembangan hukum yang berlandaskan pada Al-Qur'an,
Hadis, dan ijtihad (penalaran hukum) oleh para ulama.
Banyak pemikir Muslim di masa lalu, seperti
Al-Khwarizmi, Al-Razi, dan Ibn al-Haytham, berkontribusi besar pada
perkembangan ilmu pengetahuan, matematika, astronomi, kedokteran, dan lainnya.
Pemikiran Islam tentang sains sering kali terkait dengan pandangan dunia yang
menggabungkan wahyu dan pengetahuan empiris.
Pemikiran Islam juga mencakup pengembangan teori etika
tentang apa yang benar dan salah, serta bagaimana umat Islam harus bertindak
dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Ajaran tentang keadilan sosial,
hak asasi manusia, dan hubungan antar sesama dalam Islam berlandaskan pada
prinsip-prinsip Al-Qur'an dan Hadis.
Meskipun tulisan ini saya buat, namun saya mencoba
mencari sumber dari ChatGPT terkait dengan pemikiran saya sendiri yang sudah
ada dalam big datanya. Doktor Ahmad Sastra, seorang pemikir dan akademisi,
mengemukakan bahwa urgensi pemikiran Islam untuk kemajuan peradaban Islam di
masa depan sangatlah penting.
Ia menilai bahwa pemikiran Islam yang maju dan kritis
dapat memainkan peran kunci dalam memajukan umat Islam, baik dalam aspek
intelektual, sosial, maupun budaya. Beberapa poin penting yang dapat diambil
dari pemikirannya terkait dengan urgensi pemikiran Islam untuk kemajuan
peradaban Islam masa depan.
Pemikiran Islam di masa depan harus mampu menciptakan
ide-ide baru yang tidak hanya berdasarkan pada teks-teks klasik, tetapi juga
responsif terhadap tantangan zaman. Doktor Ahmad Sastra menekankan pentingnya
menghidupkan kembali diskursus intelektual dalam Islam yang menggabungkan wahyu
dan akal sehat, serta mendorong perkembangan gagasan baru dalam bidang
filsafat, hukum, sains, dan sosial.
Dalam era globalisasi dan modernitas, tantangan besar
yang dihadapi umat Islam adalah bagaimana menjaga identitas Islam tanpa
terjerumus dalam sekularisme atau materialisme yang semakin menguat di dunia.
Pemikiran Islam yang dinamis harus mampu memberikan solusi terhadap
persoalan-persoalan kontemporer, seperti pluralisme, hak asasi manusia,
lingkungan hidup, serta kesenjangan sosial-ekonomi, dengan tetap berpegang pada
prinsip-prinsip dasar Islam.
Ahmad Sastra juga mengingatkan perlunya rekonsiliasi
antara tradisi keislaman dan modernitas. Pemikiran Islam harus mampu
mengintegrasikan nilai-nilai tradisional Islam dengan kemajuan zaman. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mengembangkan pengetahuan yang berbasis pada
Al-Qur'an dan Hadis, namun tetap mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi terkini.
Pemikiran Islam yang berkembang juga harus berfokus
pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dalam konteks ini, penting
untuk menciptakan pendidikan yang mendorong pemikiran kritis, kreatif, dan
inovatif, agar umat Islam dapat bersaing di kancah global. Oleh karena itu,
pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai Islam yang moderat dan ilmiah sangat
diperlukan untuk mengembangkan peradaban Islam yang maju.
Pemikiran Islam juga harus dapat diterjemahkan dalam
bentuk tindakan nyata yang mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat. Hal
ini mencakup kontribusi pemikiran Islam terhadap pembangunan sosial, ekonomi, politik,
dan budaya. Pemikiran yang berorientasi pada keadilan sosial dan kesejahteraan
umat dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil, damai, dan
sejahtera di masa depan.
Pemikiran Islam yang progresif akan mendorong umat
Islam untuk terlibat dalam percakapan global mengenai isu-isu kemanusiaan,
perdamaian, dan pembangunan. Ini akan membantu umat Islam menjadi bagian dari
solusi terhadap berbagai masalah global, serta memperkuat peradaban Islam masa
depan.
Bagi Doktor Ahmad Sastra, pemikiran Islam memiliki
peran yang sangat vital dalam memperbaharui dan memajukan peradaban Islam di
masa depan. Dengan mengembangkan pemikiran Islam yang responsif terhadap zaman
dan relevan dengan tantangan kontemporer, umat Islam dapat terus berkembang,
berkontribusi pada dunia, dan memajukan peradaban yang berlandaskan pada
nilai-nilai Islam yang rahmatan lil-‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Allah berfirman : Hai orang-orang yang beriman,
masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS
Al Baqarah : 208)
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 22 Ramadhan 1446 H – 22 Maret
2025 M : 12.27 WIB)