Oleh : Ahmad Sastra
PENDAHULUAN
Visi Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mendukung Visi dan Misi untuk
mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui
terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan
berkebinekaan global.
Sementara misi
Misi pendidikan nasional adalah : (1) Mewujudkan pendidikan yang relevan dan
berkualitas tinggi, merata dan berkelanjutan, didukung oleh infrastruktur dan
teknologi. (2) Mewujudkan pelestarian dan pemajuan kebudayaan serta
pengembangan bahasa dan sastra. (3) Mengoptimalkan peran serta seluruh pemangku
kepentingan untuk mendukung transformasi dan reformasi pengelolaan pendidikan
dan kebudayaan.
Tujuan Kemendikbudristek
: (1) Perluasan akses pendidikan bermutu bagi peserta didik yang berkeadilan
dan inklusif. (2) Penguatan mutu dan relevansi pendidikan yang berpusat pada
perkembangan peserta didik. (3) Pengembangan potensi peserta didik yang
berkarakter. (4) Pelestarian dan pemajuan budaya, bahasa dan sastra serta
pengarus-utamaannya dalam pendidikan. (5) Penguatan sistem tata kelola
pendidikan dan kebudayaan yang partisipatif, transparan, dan akuntabel.
Yang dijadikan Sasaran
Kemendikbudristek : (1) Meningkatnya pemerataan layanan pendidikan bermutu di
seluruh jenjang. (2) Meningkatnya kualitas pembelajaran dan relevansi
pendidikan di seluruh jenjang. (3) Menguatnya karakter peserta didik. (4) Meningkatnya
pemajuan dan pelestarian bahasa dan kebudayaan. (5) Menguatnya tata kelola
pendidikan dan kebudayaan yang partisipatif, transparan, dan akuntabel. Tata
Nilai Kemendikbudristek : (1) Integritas (2) Kreatif dan Inovatif (3) Inisiatif
(4) Pembelajar (5) Menjunjung meritokrasi (6) Terlibat aktif dan (6) Tanpa
pamrih.
Menyikapi
kebijakan pendidikan ini, Mendikdasmen Abdul Mu’ti mengatakan pentingnya
pendekatan deep learning dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Abdul Mu’ti sampaikan pesan itu dalam seminar Implementasi Deep Learning dalam
Rangka Mewujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua. Deep learning bukan sekadar
menghafal atau mengerjakan soal-soal ujian, tetapi mengaitkan dengan disiplin
ilmu dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Mendikdasmen Abdul
Mu’ti menyampaikan, deep learning merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada pemahaman mendalam dan pengaplikasian konsep secara lebih baik. Deep
learning bukan sekadar menghafal atau mengerjakan soal-soal ujian, tetapi bagaimana
siswa memahami konsep secara menyeluruh, mengaitkannya dengan disiplin ilmu dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata
Pendekatan deep learning akan diterapkan dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan
menyenangkan. Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk lebih aktif dalam
mengeksplorasi konsep dan menghubungkan berbagai disiplin ilmu, mulai dari ilmu
kognitif hingga penerapannya dalam dunia nyata.
Pembelajaran
dengan pendekatan deep learning tidak hanya mindful, meaningful,
dan joyful, tetapi juga benar-benar membawa perubahan dalam kualitas
pendidikan nasional dengan melakukan adaptasi terhadap perkembangan zaman, dan
mampu melahirkan generasi yang memiliki daya pikir kritis serta kemampuan
pemecahan masalah (problem solving) yang lebih baik.
Karena itu,
pendekatan deep learning mengutamakan proses berpikir tingkat tinggi, seperti
problem solving, kolaborasi, dan menemukan makna. Pembelajaran yang dilakukan
dengan pendekatan ini akan mendorong siswa untuk terus berpikir kritis,
menggali pengetahuan, dan pada akhirnya dapat menghubungkan apa yang dipelajari
dengan kehidupan nyata.
Lebih jauh lagi, pendekatan
deep learning juga berhubungan dengan teori kognitif, yang menunjukkan bahwa
proses belajar melibatkan perhatian (attention), pengolahan informasi
yang mendalam (deep level processing), dan memori. Informasi yang
dipelajari akan lebih mudah diingat jika diproses dengan cara yang lebih
mendalam dan terkait dengan pengalaman sebelumnya. Proses ini sejalan dengan
prinsip-prinsip dalam psikologi kognitif yang telah terbukti efektif dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dalam
penerapannya, deep learning memungkinkan para guru untuk lebih terlibat dalam
memantau dan mengarahkan proses pembelajaran siswa dengan lebih efektif.
Guru tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga
mengajak siswa untuk memahami makna dan relevansi materi yang diajarkan. Dengan
demikian, pembelajaran menjadi lebih aktif, menyenangkan, dan yang terpenting,
penuh makna bagi siswa.
PARADIGMA DEEP LEARNING DAN MODEL PEMBELAJARAN YANG
RELEVAN
Dalam konteks
pendidikan dan pengajaran, pendekatan deep learning mengacu pada pembelajaran
yang mendalam, di mana siswa benar-benar terlibat secara emosional,
intelektual, dan sosial dengan materi yang dipelajari. Model pembelajaran yang
mengandung unsur meaningful, joyful, dan mindful akan menekankan pembelajaran
yang bermakna, menyenangkan, dan penuh perhatian.
Ada beberapa model
pembelajaran yang relevan dengan pendekatan deep learning. Pertama, Problem-Based
Learning Model (MPLP). Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk belajar
melalui penyelesaian masalah nyata, yang dapat memiliki dampak langsung pada
kehidupan mereka. Pendekatan ini mengandung unsur meaningful, karena materi
yang dipelajari relevan dengan tantangan dunia nyata. Selain itu, siswa aktif
mencari solusi, yang bisa joyful karena mereka merasa diberdayakan dan kreatif
dalam prosesnya. PBL juga mendukung mindfulness, karena siswa belajar untuk
lebih fokus dan perhatian dalam menghadapi masalah.
Kedua, Model
Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning)
Pembelajaran kolaboratif menekankan kerja tim dan diskusi kelompok. Dalam model
ini, siswa bekerja bersama untuk mengeksplorasi dan memahami materi pelajaran
secara mendalam dalam membahas satu masalah dengan sudut pandang yang berbeda
(deferensiasi). Hal ini menumbuhkan rasa meaningful, karena mereka tidak hanya
belajar untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk kelompok mereka. Aspek
joyful muncul dari interaksi sosial dan kesempatan untuk saling mendukung.
Kolaborasi juga melatih kemampuan mindfulness, dengan siswa yang lebih
memperhatikan dinamika tim dan komunikasi yang sehat.
Ketiga, Model
Pembelajaran Konstruktivisme (Constructivist Learning). Konstruktivisme
berfokus pada pengalaman pribadi siswa dalam membangun pengetahuan mereka.
Pembelajaran ini mendorong siswa untuk menemukan makna sendiri dari materi yang
mereka pelajari. Pendekatan ini sangat meaningful karena siswa dapat
menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan pengalaman mereka sehari-hari.
Joyful muncul karena siswa terlibat langsung dalam proses eksplorasi, dan
mindfulness karena siswa diajak untuk menjadi lebih sadar akan proses berpikir
dan refleksi mereka. Model ini jika diterapkan pada siswa madrasah harus
terlebih dahulu memberikan pemahaman tentang korelasi fenomena dengan
eksistensi Allah sebagai Yang Maha Pencipta.
Keempat, Model
Pembelajaran Inkuiri (Inquiry-Based Learning Model). Pembelajaran berbasis
inkuiri memfokuskan pada rasa ingin tahu siswa (curiosity), mendorong mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari informasi, dan
menemukan jawaban secara mandiri. Pendekatan ini memberikan meaningful karena
siswa menggali pengetahuan sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka
(berdeferensiasi). Proses inkuiri yang terbuka juga dapat menjadi joyful dan
penuh dengan rasa penemuan (novelty). Mindfulness hadir ketika siswa diajak
untuk fokus dalam proses pencarian dan refleksi tentang penemuan mereka.
Kelima, Mindfulness-Based
Learning Model (Model Pembelajaran Berbasis Mindfulness). Model ini langsung
mengintegrasikan praktik mindfulness ke dalam proses pembelajaran, misalnya
dengan teknik pernapasan, refleksi diri dan muhasabah diri, yang membantu siswa mengembangkan kesadaran
penuh saat belajar. Pembelajaran ini sangat mindful, karena siswa diajak untuk
hadir sepenuhnya dalam setiap momen belajar. Ini juga bisa meaningful, karena
melibatkan pemahaman diri yang lebih dalam, serta joyful, karena praktik
mindfulness dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional
siswa.
Keenam, Model
Pembelajaran Experiential (Experiential Learning Model). Pembelajaran berbasis
pengalaman menekankan pada keterlibatan langsung siswa dalam pengalaman nyata
atau simulasi yang menggugah rasa ingin tahu. Model ini memungkinkan siswa
untuk memperoleh makna melalui pengalaman langsung. Meaningful terjadi ketika
pengalaman yang dilakukan terkait dengan dunia nyata atau aplikasinya.
Pembelajaran jenis ini sangat joyful, karena siswa sering kali merasa lebih
terlibat dan antusias. Praktik ini juga mendukung mindfulness, dengan mengajak
siswa untuk memperhatikan dan merefleksikan pengalaman mereka. Di madrasah
model ini bisa dengan melibatkan siswa dalam agenda santunan anak yatim atau
pelajaran-pelajaran yang bersifat sosial maupun sains.
Ketujuh, Gamifikasi
dalam Pembelajaran. Menggunakan elemen permainan dalam pembelajaran dapat
menciptakan suasana yang joyful dan menyenangkan. Dengan memberikan tantangan,
pencapaian, dan hadiah, gamifikasi membuat pembelajaran lebih menarik. Jika
diterapkan dengan bijaksana, gamifikasi juga dapat membuat pembelajaran lebih meaningful,
dengan mendorong siswa untuk mencapai tujuan dan berkolaborasi dalam lingkungan
yang menyenangkan. Mindfulness dapat diperkenalkan dengan cara mengajak siswa
untuk fokus pada tujuan permainan dan refleksi tentang proses yang mereka
jalani. Model ini telah dipraktekkan di Madrasah Tahfizh An Nashr dalam
pembelajaran Matematika dengan motode MNR (matematika nalaria realistik)
berbasis permainan.
PENDEKATAN DEEP LEARNING DALAM AL QUR’AN
Ada beberapa ayat
dalam Al-Qur'an yang dapat dihubungkan dengan pendekatan deep learning dalam
belajar, karena deep learning menekankan pemahaman yang mendalam, refleksi,
penghubungan pengetahuan baru dengan pengalaman, serta aplikasi pengetahuan
dalam kehidupan nyata. Hal ini sejalan
dengan firman Allah : "Hanya Allah yang mengetahui takwil
(makna) yang hakiki. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya (roshikh fi al-ilmi)
berkata, 'Kami beriman kepadanya. Semua itu dari sisi Tuhan kami.' Dan tidak
ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal." (QS.
Al-Imran: 3:7)
Pertama, deep
learning adalah pendekatan pembelajaran yang sangat menekankan aktivitas
pemikiran, perenungan, pemahaman dan refleksi. Hal ini sejalan dengan firman
Allah QS. Al-Imran [3:190-191] : "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri, duduk, dan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.'"
Ayat ini
menekankan pentingnya merenung (tafakkur) dan memikirkan (refleksi) tentang
ciptaan Allah di alam semesta. Dalam konteks deep learning, hal ini mengajarkan
kita untuk berpikir kritis, memahami lebih dalam, dan mengaitkan pengetahuan
dengan pemahaman yang lebih luas. Proses belajar dalam deep learning tidak
hanya sebatas menerima informasi, tetapi juga melibatkan refleksi dan pemikiran
mendalam terhadap apa yang dipelajari.
Kedua, pendekatan
deep learning adalah pembelajaran yang benar-benar mengoptimalkan potensi
peserta didik untuk mengoptimalkan akal agar ilmunya memberikan manfaat kepada
orang lain. Hal ini sejalan dengan firman Allah QS. Al-Alaq [96:1-5] : "Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang
mengajarkan manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya."
Ayat ini mengajak
kita untuk belajar dengan memanfaatkan akal dan ilmu yang bermanfaat. Dalam
konteks deep learning, ini menunjukkan bahwa belajar harus dilakukan dengan
niat yang benar dan pemahaman yang mendalam, dengan tujuan agar ilmu yang
didapatkan tidak hanya menjadi pengetahuan semata, tetapi dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar dalam deep learning adalah untuk
membangun pemahaman yang lebih dalam, yang tidak hanya mencakup hafalan, tetapi
juga aplikasi pengetahuan.
Ketiga, bukan
sekedar deep learning pada umumnya, Islam lebih dari itu karena dalam proses
pembelajaran bahkan harus melibatkan hati dan dimensi spiritualitas agar ilmu
yang didapatkan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, bukan hanya cerdasa secara
kognitif. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. Al-Hajj [22:46] : "Maka
apakah mereka tidak melakukan perjalanan di bumi, sehingga hati mereka dapat
memahami dan telinga mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata
itu yang buta, tetapi hati yang di dalam dada itulah yang buta."
Ayat ini
menegaskan bahwa belajar tidak hanya melibatkan panca indera, tetapi juga hati
dan pikiran. Deep learning menuntut siswa untuk terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran dengan kesadaran penuh, bukan hanya sekadar menghafal atau
menerima informasi. Pembelajaran yang mendalam melibatkan pemahaman yang
mendalam, yang dapat menyentuh hati dan memberikan perubahan pada cara berpikir
dan bertindak siswa. Ada dimensi esoteris dan spiritualitas dalam deep learning
berbasis al Qur’an.
Ketiga, deep
learning dalam Islam bukan hanya berhenti kepada kompetensi keilmuwan, namun
juga sampai pada pencapaian kompetensi spiritual. Ilmu bukan hanya soal
kecerdasan, namun dalam Islam, ilmu juga soal kemuliaan. Inilah proses
keilmuwan yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS.
Al-Mujadilah [58:11] : "Allah meninggikan orang-orang yang beriman di
antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan."
Ayat ini mengajarkan
bahwa ilmu yang bermanfaat memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah. Dalam
konteks deep learning, ini berarti bahwa ilmu yang diperoleh haruslah memiliki
kualitas, dan tidak sekadar memenuhi tuntutan formal. Deep learning melibatkan
pemahaman yang lebih dalam dan aplikatif, serta melibatkan proses internalisasi
ilmu yang mengarah pada peningkatan kualitas diri. Ilmu yang diterima harus
mengarah pada pemahaman yang lebih tinggi dan perubahan positif dalam diri
individu.
Keempat, Islam
juga sangat mengapresiasi pembelajaran berbasis pengalaman (Experiential
Learning Model) dengan melakukan sebuah penjelajahan alam dan lingkungan
(alamiah) untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. Hal ini sejalan
dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah [2:164] : "Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, dan kapal-kapal
yang berlayar di laut dengan membawa apa yang bermanfaat bagi manusia, dan apa
yang diturunkan Allah dari langit berupa air yang menghidupkan bumi setelah
matinya, dan Dia menebarkan padanya segala jenis binatang, serta pengaturan
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang menggunakan akal."
Ayat ini
menunjukkan bahwa pembelajaran yang mendalam melibatkan pengamatan terhadap
dunia sekitar. Deep learning mengajarkan siswa untuk menghubungkan teori dengan
pengalaman nyata, untuk memahami pengetahuan secara lebih aplikatif. Di
madrasah, ini dapat diterapkan dengan memberikan siswa kesempatan untuk belajar
melalui pengalaman langsung, seperti eksperimen sains atau studi lapangan, yang
memungkinkan mereka untuk mengaitkan apa yang dipelajari dengan fenomena yang
ada di dunia nyata.
Kelima, deep
learning hanya bisa dicapai dengan proses berfikir yang mendalam, karena itu
dibutuhkan tingkat keilmuwan yang tinggi dalam diri setiap siswa dan guru.
Disinilah relevansi Islam yang mendorong pencarian ilmu dan pengetahuan kepada
umat Islam. hal ini sejalan dengan firman Allah
dalam QS. At-Tawbah [9:122] : "Tidak sepatutnya bagi orang-orang
yang beriman itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak ada segolongan
dari tiap-tiap golongan di antara mereka yang pergi supaya mereka dapat
memperdalam pengetahuan agama, dan supaya mereka dapat mengingatkan kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, agar mereka dapat menjaga diri."
Ayat ini
menunjukkan pentingnya pencarian ilmu secara mendalam. Dalam deep learning,
siswa tidak hanya belajar untuk mendapatkan pengetahuan secara cepat atau
instan, tetapi mereka didorong untuk memperdalam pengetahuan mereka, baik dalam
hal agama maupun ilmu pengetahuan umum. Pencarian ilmu yang mendalam mendorong
siswa untuk terus belajar sepanjang hidup mereka dan mengembangkan pemahaman
yang lebih luas.
Keenam, pendekatan
deep learning membutuhkan kedalaman ilmu, hal ini bisa dicapai dengan adanya
proses diskusi, refleksi dan penerapan pengetahuan sebagaimana Allah sampaikan
dalam QS. An-Nahl [16:43] : "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka bertanyalah kepada ahli
ilmu, jika kamu tidak mengetahui."
Ayat ini mendorong
umat Islam untuk bertanya dan mencari ilmu pada ahlinya jika mereka tidak tahu,
yang merupakan langkah pertama dalam mendalami ilmu. Dalam konteks deep
learning, ini mengajarkan pentingnya penerapan pengetahuan dengan mencari
jawaban dan mendalami materi yang belum dipahami. Proses ini bukan hanya
sebatas menerima informasi, tetapi juga menghubungkannya dengan pengetahuan
yang sudah ada dan menerapkannya dalam kehidupan.
ISLAMIC DEEP LEARNING : FAITH, MORALITY, KNOWLEDGE AND
ACTION
Iman adalah
landasan utama bagi adab yang baik. Iman yang kuat kepada Allah dan Rasul-Nya
akan membentuk akhlak dan adab seseorang. Seseorang yang memiliki iman yang
kokoh akan berusaha mengikuti contoh terbaik dari Rasulullah SAW, karena beliau
adalah teladan sempurna dalam hal adab, akhlak, dan cara hidup.
Ketika iman
seseorang kuat, dia akan senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah, dan itu
tercermin dalam hubungan dengan sesama manusia. Misalnya, dengan menjaga sikap
rendah hati, bersikap sabar dalam menghadapi ujian, menghormati orang lain, dan
berusaha untuk selalu berbuat baik, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah.
Iman juga mengajarkan kita untuk selalu memperbaiki diri, mencari ilmu, dan
menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak baik.
Adab yang baik
tidak hanya tentang bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga
bagaimana kita berhubungan dengan Allah. Iman yang teguh akan mendorong kita
untuk selalu berusaha memperbaiki diri, dan adab akan menjadi wujud nyata dari
usaha tersebut.
Adab memang sangat
penting dalam kehidupan. Dalam banyak tradisi, terutama dalam Islam, adab
sering kali dianggap lebih tinggi daripada ilmu, karena adab yang baik
mencerminkan akhlak dan cara kita berinteraksi dengan orang lain, serta
bagaimana kita menghormati ilmu itu sendiri. Tanpa adab, ilmu bisa
disalahgunakan atau tidak membawa manfaat yang maksimal. Adab juga membantu
kita menjaga hubungan baik dengan orang lain, baik dalam konteks sosial maupun
spiritual.
Indahnya adab
Rasulullah SAW memang luar biasa. Beliau adalah contoh sempurna dalam segala
aspek kehidupan, dari cara berbicara, bertindak, hingga berinteraksi dengan
sesama. Adab Rasulullah mencakup kelembutan, kesabaran, kerendahan hati, dan
rasa hormat yang tinggi kepada orang lain, tak peduli siapa mereka. Beliau
tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menunjukkan cara terbaik untuk
mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Rasulullah SAW
sangat perhatian terhadap orang-orang di sekitarnya, mulai dari keluarga,
sahabat, hingga orang yang mungkin tidak sejalan dengan beliau. Misalnya,
beliau sangat menghormati orang tua, memperlakukan anak-anak dengan kasih
sayang, dan selalu menjaga perkataan agar tidak menyakiti hati orang lain.
Beliau juga menunjukkan sifat pemaaf yang luar biasa, bahkan kepada
musuh-musuhnya.
Salah satu adab
Rasulullah yang paling indah adalah ketulusan hatinya, bahwa beliau selalu
berusaha melakukan segala sesuatu dengan niat yang ikhlas demi Allah dan untuk
kebaikan umat. Salah satu hadis terkenal menyatakan: "Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad).
Adab melandasi
ilmu dan menjadikannya lebih bermakna. Tanpa adab, ilmu bisa saja
disalahgunakan atau bahkan tidak diterima dengan baik. Adab berfungsi sebagai
pelindung bagi ilmu agar tidak jatuh pada penyalahgunaan, dan juga sebagai
penghubung agar ilmu bisa diterima dengan hati yang lapang, baik oleh pengajar
maupun yang belajar.
Dalam konteks ini,
adab berperan besar dalam cara kita mencari dan menyampaikan ilmu. Rasulullah
SAW mengajarkan kita bahwa ilmu bukan hanya untuk dipelajari, tetapi juga untuk
diamalkan dan disampaikan dengan cara yang baik. Misalnya, dalam sebuah hadis
disebutkan bahwa "Ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan
diberikan kepada orang yang berbuat dosa." Ini mengingatkan kita bahwa
adab dalam mencari ilmu—termasuk niat yang tulus, kesabaran, dan rasa hormat
terhadap guru serta teman sejawat—adalah bagian yang tak terpisahkan dari
proses mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Adab juga meliputi
bagaimana kita mengamalkan ilmu itu. Misalnya, ilmu tentang kebaikan akan
menghasilkan perbuatan baik, ilmu tentang kesabaran akan membawa kita untuk
lebih sabar, dan ilmu tentang berbicara dengan lembut akan membuat kita lebih
berhati-hati dalam berkata-kata.
Jadi, jika adab dan ilmu berjalan
beriringan, keduanya saling menguatkan, dan hasilnya adalah keilmuan yang
bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Para ulama memang sangat
menekankan pentingnya belajar adab sebelum ilmu. Mereka mengajarkan bahwa adab
adalah fondasi yang sangat penting dalam mendapatkan dan mengamalkan ilmu. Tanpa
adab yang baik, ilmu yang kita pelajari bisa jadi tidak membawa keberkahan dan
tidak memberikan manfaat yang maksimal
Imam Al-Ghazali dalam bukunya Ihya'
Ulumuddin menyatakan bahwa adab adalah "pelita" yang menerangi jalan
ilmu. Menurut beliau, adab yang baik akan membantu seseorang dalam menerima dan
mengamalkan ilmu dengan cara yang benar. Tanpa adab, ilmu hanya akan menjadi
beban dan tidak membawa kebaikan. Imam Al-Ghazali juga menekankan bahwa ilmu
yang didasari dengan adab yang benar akan mengarah pada perbuatan yang baik,
sementara ilmu tanpa adab bisa menuntun pada kesombongan dan kesalahpahaman.
Imam Syafi'i
pernah berkata, "Ilmu itu adalah cahaya yang Allah letakkan dalam hati
seorang hamba, dan adab itu adalah jalan untuk mendapatkan ilmu." Beliau
mengingatkan bahwa seseorang yang memiliki adab yang baik akan lebih mudah
memahami dan menyerap ilmu, karena hati mereka lebih terbuka dan terjaga dari
kesombongan serta riya.
Imam Ahmad bin
Hanbal juga menyatakan bahwa "Ilmu tanpa adab adalah seperti pohon tanpa
buah." Ini menunjukkan betapa pentingnya adab dalam perjalanan menuntut
ilmu. Beliau menyarankan agar seseorang terlebih dahulu menanamkan adab yang
baik dalam dirinya sebelum mempelajari hal-hal yang lebih dalam tentang ilmu
agama. Adab akan membantu mengarahkan kita agar ilmu yang kita peroleh tidak
hanya dipahami dengan akal, tetapi juga diterima dengan hati yang penuh
ketulusan dan kerendahan.
Sufyan al-Thawri,
seorang ulama besar, berkata, "Saya lebih suka mempelajari adab terlebih
dahulu sebelum mempelajari ilmu, karena adab yang baik akan membuka hati untuk
menerima ilmu." Hal ini menunjukkan bahwa adab bukan sekadar tata krama
atau perilaku, tetapi juga terkait dengan kesediaan hati untuk belajar dengan
niat yang benar, serta sikap tawadhu (rendah hati) dalam proses menuntut ilmu.
Imam Ibn Qayyim
al-Jawziyyah mengajarkan bahwa adab adalah penyaring hati. Dengan adab yang
baik, seseorang akan terhindar dari penyakit hati seperti kesombongan, iri
hati, atau kemarahan yang bisa menghalangi pemahaman terhadap ilmu.
Sementara, ilmu
melandasi amal. Ilmu tanpa amal bisa menjadi sia-sia, sementara amal tanpa ilmu
bisa saja tidak diterima dengan baik atau bahkan menyimpang dari tujuan yang
benar. Dalam Islam, amal yang baik harus didasari oleh ilmu yang benar, karena
hanya dengan ilmu kita bisa mengetahui apa yang benar-benar diperintahkan oleh
Allah dan Rasul-Nya, dan bagaimana cara melaksanakannya dengan tepat.
Ilmu memberi kita
pemahaman yang jelas tentang ajaran agama, seperti kewajiban kita, cara
beribadah yang benar, serta bagaimana kita harus berinteraksi dengan sesama.
Ketika ilmu sudah ada, maka amal yang kita lakukan akan lebih bermakna dan
lebih sesuai dengan tuntunan yang benar.
Sebagai contoh,
seseorang yang mengetahui pentingnya shalat akan lebih terdorong untuk
melaksanakan shalat dengan sungguh-sungguh. Begitu pula dengan ilmu tentang
keutamaan berbuat baik kepada orang tua atau memberi sedekah, ilmu tersebut
akan mendorong kita untuk lebih rajin beramal. Sebaliknya, tanpa ilmu yang
cukup, kita mungkin tidak tahu cara atau amalan yang benar untuk dijalankan,
atau bahkan bisa jadi kita melakukan amal yang tidak sesuai dengan tuntunan
agama.
Selain itu, amal
yang didasari oleh ilmu akan lebih bernilai di sisi Allah. Rasulullah SAW
bersabda dalam sebuah hadis, "Sesungguhnya amalan yang paling dicintai
oleh Allah adalah yang paling ikhlas dan yang sesuai dengan sunnah." (HR.
Bukhari dan Muslim). Jadi, amal yang baik harus selalu didasari oleh pemahaman
yang benar, agar amal itu bisa diterima dan bermanfaat.
Dalam Islam,
menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Allah SWT berfirman dalam
Al-Qur'an: "Katakanlah, 'Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang
yang tidak mengetahui?'" (Qur'an, Az-Zumar: 9). Hal ini menunjukkan bahwa
pencarian ilmu adalah jalan yang harus ditempuh dengan penuh usaha dan
dedikasi. Deep learning sebagai sebuah pendekatan yang berfokus pada pengolahan
dan pemahaman informasi dalam jumlah besar, bisa dianggap sejalan dengan
semangat Islam yang mendorong kita untuk terus belajar dan memahami dunia
melalui usaha yang gigih.
Filosofi deep
learning yang berfokus pada peningkatan berkelanjutan, di mana algoritma terus
memperbaiki dirinya melalui proses pembelajaran, sebanding dengan konsep ilmu
yang berkembang dalam Islam. Dalam banyak hadis, Rasulullah SAW mengajarkan
pentingnya ta'alum (belajar) yang tidak ada batasnya. Dalam konteks deep
learning, ini mencerminkan ide bahwa pembelajaran tidak pernah berhenti; sistem
terus belajar dan berkembang, sebagaimana umat Islam didorong untuk terus
belajar sepanjang hidup.
Islam mengajarkan
bahwa manusia diciptakan dengan akal yang diberi oleh Allah untuk memahami dan
mengenal dunia serta diri-Nya. Dalam deep learning, data adalah bahan mentah
yang diproses oleh algoritma untuk menemukan pola dan membuat keputusan yang
lebih baik. Hal ini dapat diibaratkan sebagai proses manusia yang menggunakan
akal dan fitrah untuk mencari kebenaran dan pengetahuan yang lebih mendalam,
serta memahami hikmah yang ada di balik ciptaan Allah.
Salah satu tujuan
utama deep learning adalah memahami dan mengolah data untuk menemukan pola-pola
yang sebelumnya tidak tampak. Dalam Islam, Allah mengajarkan kita untuk
merenung dan mengamati alam semesta sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya.
Al-Qur'an banyak menyebutkan tentang "ayat-ayat" yang ada di alam
semesta sebagai petunjuk bagi orang-orang yang berpikir. Misalnya, Allah
berfirman: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian
malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal." (Qur'an, Ali
Imran: 190).
Kita bisa
memandang deep learning sebagai suatu upaya untuk memproses "data"
alam semesta ini, untuk memahami lebih dalam dan menemukan pola-pola yang
menunjukkan kebesaran Allah.
Dalam Islam, ilmu
bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk memberi manfaat kepada
umat manusia secara luas. Rasulullah SAW mengajarkan untuk saling berbagi ilmu
demi kebaikan umat. Dalam konteks deep learning, kita dapat melihat ini sebagai
upaya kolaborasi dan berbagi pengetahuan antar sistem (misalnya dalam
pembelajaran mesin atau AI yang mengandalkan data dan model yang dapat saling
berinteraksi). Filosofi ini mengarah pada pengembangan teknologi yang tidak
hanya bertujuan untuk keuntungan pribadi, tetapi juga untuk kemaslahatan umat
manusia.
Akhirnya, meskipun
deep learning dan kecerdasan buatan dapat meniru cara kerja otak manusia dalam
beberapa hal, dalam Islam kita diajarkan untuk selalu menyadari bahwa segala
ilmu dan pengetahuan yang kita peroleh berasal dari Allah, Sang Pencipta.
Sebagaimana dalam banyak ayat Al-Qur'an yang menyebutkan bahwa segala sesuatu
adalah atas kehendak Allah, kita harus tetap bersikap rendah hati dan tidak
merasa sombong dengan ilmu yang kita miliki.
Sebagai contoh,
Allah berfirman: "Dan Dia-lah yang mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya." (Qur'an, Al-Alaq: 5). Dalam filosofi deep learning,
meskipun mesin bisa belajar dari data, kita tetap harus mengingat bahwa segala
pengetahuan, kemampuan, dan kemajuan teknologi berasal dari Allah.
MADRASAH DAN GENERASI ULIL AL BAAB
Pendekatan deep
learning memiliki korelasi yang sangat kuat dengan peningkatan mutu pendidikan
Islam. Dalam konteks pendidikan di madrasah atau pesantren, yang menggabungkan
pembelajaran agama dan ilmu umum, deep learning dapat berperan penting dalam
meningkatkan kualitas pengajaran dan hasil belajar (proses, output dan outcome).
Paradigma deep
learning di pesantren atau madrasah menekankan pentingnya integrasi antara ilmu
duniawi dan ukhrawi. Santri diajarkan untuk tidak melihat ilmu agama dan ilmu
umum (seperti sains, matematika, atau sejarah) sebagai dua hal yang terpisah,
tetapi sebagai satu kesatuan yang saling mendukung.
Pesantren dengan
pendekatan ini berusaha untuk menciptakan santri yang tidak hanya terampil
dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berkontribusi dalam
bidang-bidang lain seperti sains, teknologi, dan ekonomi dengan nilai-nilai
Islami sebagai landasannya.
Deep learning
dalam pesantren juga berkaitan erat dengan pembentukan adab santri. Pendidikan
tidak hanya fokus pada penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga pada
pengembangan kepribadian yang baik, seperti jujur, rendah hati, sabar, dan
peduli terhadap sesama.
Santri diajarkan
untuk mencontoh teladan Rasulullah SAW dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan
ini menjadi bagian dari pembelajaran yang mendalam. Pembelajaran akhlak ini
diperoleh melalui pembiasaan, keteladanan, serta muhasabah (introspeksi diri)
yang berlangsung dalam keseharian pesantren.
Tradisi pesantren
sering kali menekankan pembelajaran yang bersifat berkelanjutan dan memerlukan
waktu yang lama untuk benar-benar mendalami ilmu. Hal ini sejalan dengan
prinsip deep learning yang tidak mengutamakan hasil yang cepat, tetapi lebih
kepada pemahaman yang mendalam dan proses yang berkelanjutan.
Pesantren
menanamkan prinsip bahwa belajar adalah proses seumur hidup. Proses ini terus
berlangsung meskipun sudah keluar dari pesantren, dan dalam konteks ini, deep
learning mengajarkan bahwa ilmu yang dimiliki harus dipraktekkan dan
dikembangkan terus-menerus.
Di pesantren,
metode pembelajaran sering melibatkan diskusi dan kolaborasi antara santri dan
kyai atau ustadz. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip deep learning, di mana
interaksi sosial dan kolaborasi sangat penting untuk memperdalam pemahaman.
Diskusi terbuka
antara santri memungkinkan mereka untuk saling bertukar pendapat,
mempertanyakan, dan memperjelas pemahaman mereka tentang konsep-konsep yang
telah diajarkan. Hal ini mendorong pemikiran kritis dan kreatif di kalangan
santri.
Paradigma deep
learning dalam tradisi ilmu pesantren mengutamakan pemahaman yang mendalam,
refleksi kritis, dan penerapan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
pesantren tidak hanya mengajarkan santri untuk menghafal dan menguasai ilmu,
tetapi juga untuk menggali makna yang lebih dalam dari ajaran Islam dan
mengintegrasikannya dengan kehidupan sosial serta ilmiah mereka.
Paradigma deep
learning dalam tradisi keilmuwan pesantren bisa dikatakan sebagai upaya untuk
melahirkan generasi ulil albab. Ulil Albab adalah istilah dalam Al-Qur'an yang
merujuk kepada orang-orang yang memiliki pemahaman yang mendalam, berilmu, dan
bijaksana, serta mampu merenung dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah.
Istilah ini banyak disebutkan dalam berbagai ayat Al-Qur'an.
Pada umumnya, ulil
albab adalah mereka yang memiliki kepekaan untuk merenung, memahami tanda-tanda
Allah yang ada di alam semesta, serta menggunakan akal dan hati untuk mengambil
hikmah dan petunjuk-Nya. Pendekatan deep learning di pesantren ini akan
membentuk santri yang berkepribadian Islam, yakni pola pikir dan pola sikapnya
yang sejalan dengan ajaran Islam.
Selain itu juga
membentuk santri yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga
berbudi pekerti luhur dan memiliki pemahaman yang holistik tentang kehidupan
dunia dan akhirat. Di dunia tumbuh sebagai pembangun peradaban, sementara di
akhirat mendapat ridho Allah sebagai penghuni surga.
Dengan pendekatan
deep learning, madrasah dapat menghasilkan lulusan yang memiliki pemahaman
mendalam tentang agama dan ilmu pengetahuan, yang tidak hanya hafal materi
tetapi juga mampu menerapkannya dengan bijaksana. Hal ini tentu meningkatkan
mutu pendidikan, karena siswa tidak hanya menguasai teori, tetapi juga memiliki
kapasitas untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Pembelajaran yang
bermakna akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan memberikan
kontribusi lebih besar dalam proses belajar mengajar. Madrasah yang menerapkan
deep learning dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih menyentuh hati,
sehingga siswa merasa lebih terhubung dengan materi yang dipelajari. Ini akan
meningkatkan kualitas pendidikan, karena siswa belajar dengan penuh kesadaran
dan komitmen.
Madrasah yang
mengadopsi pendekatan deep learning yang menekankan pada Keterampilan kritis dan
refleksif ini akan menghasilkan lulusan
yang tidak hanya cerdas dalam hal pengetahuan, tetapi juga terampil dalam
berpikir kritis dan reflektif. Siswa yang mampu menganalisis dan merefleksikan
ajaran agama serta aplikasinya akan lebih siap menghadapi tantangan hidup dan
menjadi agen perubahan positif di masyarakat.
Dengan pendekatan
deep learning yang menekankan pada pelibatan siswa (Studint Engagement) dalam
proses pembelajaran, mereka cenderung lebih memahami dan mengingat materi
pelajaran. Madrasah yang mengedepankan keterlibatan siswa akan menghasilkan
lulusan yang lebih kompeten, kreatif, dan mampu berkontribusi secara aktif
dalam masyarakat. Hal ini tentunya akan meningkatkan kualitas pendidikan di
madrasah tersebut.
Pembelajaran
kolaboratif yang merupakan salah satu prinsip deep learning dapat memperkuat
hubungan sosial antara siswa, membangun rasa saling menghormati dan kerja sama.
Madrasah yang menekankan kerja tim dan kolaborasi dalam pembelajaran akan
menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara individu, tetapi juga
memiliki keterampilan sosial yang baik, yang sangat penting untuk kehidupan
bermasyarakat.
Deep learning juga
melibatkan penggunaan teknologi untuk mendalamkan pembelajaran. Di madrasah,
teknologi dapat digunakan untuk memperkaya pengalaman belajar, misalnya dengan
menggunakan aplikasi pembelajaran digital, video, atau media interaktif yang
memungkinkan siswa untuk memahami konsep dengan cara yang lebih visual dan
praktis. Dengan memanfaatkan teknologi, madrasah dapat meningkatkan kualitas
pengajaran dan memperkaya metode pembelajaran yang ada. Siswa yang terbiasa
menggunakan teknologi dalam pembelajaran dapat lebih siap menghadapi tantangan
zaman, mengembangkan keterampilan digital, dan lebih mudah mengakses informasi yang
dibutuhkan.
Deep learning
dalam madrasah mendorong pembelajaran yang holistik, yang mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Pendekatan holistik ini akan
menghasilkan individu yang seimbang, yaitu yang memiliki pengetahuan yang baik,
keterampilan yang cukup, serta memiliki karakter yang kuat dan hubungan yang
baik dengan Allah, dirinya, dan sesama. Ini tentu akan meningkatkan mutu
pendidikan di madrasah secara keseluruhan.
Dengan
demikian, pendekatan deep learning ini akan bisa meningkatkan mutu madrasah,
sebab akan semakin meningkatkan mutu keimanan, mutu Akhlak, mutu keilmuwan dan
juga mutu amal (praktek). Hal ini tentu saja sejalan dengan visi sistem
pendidikan nasional untuk mewujudkan generasi yang beriman, bertaqwa, berakhlak
serta berilmu yang mampu eksis dalam kehidupan global saat ini. Insyaallah
generasi emas tahun 2045 akan lahir dari rahim lembaga pendidikan Islam,
khususnya madrasah. Bismillah.
Bogor, 22/02/25 : 09.38 WIB