MEMBACA DIMENSI TEOLOGIS, POLITIS DAN SOSIOLOGIS DARI PERISTIWA ISRA MI’RAJ

 


 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Salah satu peristiwa penting dan bersejarah yang terjadi pada Bulan Rajab adalah Isra Mi’raj Rasulullah Muhammad SAW, sebuah perjalanan yang penuh berkah. Isra Mi’raj adalah mukjizat dari Allah untuk membuktikan akan kebenaran kerasulan Muhammad SAW. Peristiwa Isra Mi’raj diabadikan Allah melalui firmanNya : 

 

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjid al-Haram ke al-Masjid al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (TQS. al-Isra' [17]: 1).

 

Dalam peristiwa Isra, Rasulullah diperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Allah saat berada di antara langit dan bumi hingga tiba di Baitul Maqdis. Setelah tiba di Baitul Maqdis, Rasulullah bertemu dengan Nabi Ibrahim al Khalil, Musa dan Isa yang berada di tengah-tengah jamaah para nabi yang telah berkumpul untuk menyambut beliau. Para Nabi dan Rasul itu melaksanakan sholat berjamaah dan Rasulullah Muhammad SAW sebagai imamnya.

 

Terkait peristiwa Mi’raj, Rasulullah SAW mendapatkan perintah sholat lima waktu yang sebelumnya sebanyak lima puluh kali sehari semalam. Terkait perintah sholat, Rasulullah mengatakan : Sungguh Allah telah mewajibkan shalat itu di langit untuk menunjukkan betapa pentingnya shalat itu. Sehingga tiada sesuatu yang paling penting selain dekat dan selalu mendirikannya. Ketika shalat ditetapkan di langit, tidak lain agar shalat itu menjadi mi’raj yang menjadikan manusia terbang tinggi ketika mereka jatuh terperosok dalam keburukan-keburukan hawa nafsu yang bersarang dalam jiwa, dan dengan shalat itu supaya jiwa mereka naik lima kali setiap hari menuju Allah Yang Maha Tinggi.

 

Memahami Dimensi Peristiwa Isra Mi’raj

 

Pertama, dimensi teologis, yakni ketaatan dan bergantung seorang muslim hanyalah kepada Allah SWT semata yang tercermin dalam perintah shalat lima waktu. Shalat adalah kewajiban seorang muslim kepada Allah yang mencermikan keimanan dan ketaqwaan. Shalat menjadi pembeda antara seorang mukmin dengan orang kafir. 

 

Allah berfirman : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'. (QS Al Baqarah : 43)

 

Terkait penegasan kekafiran saat meninggalkan shalat, Rasulullah bersabda : "Barang siapa yang meninggalkan shalat, maka dia telah kafir." (HR. Muslim). Dengan menjalankan shalat sebagai refleksi ketaatan dan ketundukan kepada perintah Allah, maka sholat menjadi wasilah untuk mencegah berbagai bentuk kemungkaran.

 

Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firmanNya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Ankabut : 45)

 

Kedua, dimensi politis dengan diperlihatkannya tanda-tanda kekuasaan Allah dengan dengan memperjalankan Nabi melewati negeri-negeri yang kelak jadi bagian kekuasaan Islam dibawah kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW. Sebab sesungguhnya kepemimpinan dunia hingga terjadinya mukjizat Isra Mi’raj ada pada kekuasaan Bani Israil.

 

Tampilnya Rasulullah sebagai imam shalat para nabi di Baitul Maqdis dan pengakuan para nabi atas hal itu, maka telah terjadi perubahan politik yang mendasar, yakni tercerabutnya kepemimpinan Bani Israil beralih kepada kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW dan umatnya.

 

Maka, semenjak Rasulullah diperintahkan hijrah dari Mekkah ke Madinah berdirilah negara Islam dengan landasan ideologi dan sistem yang kuat, akurat dan sejalan dengan fitah manusia yang mengantarkan kepada kebaikan dan kebahagiaan manusia. Negara Islam Madinah juga dipegang oleh tangan-tangan yang bersih, terpercaya dan tulus ikhas untuk menjalankan sistem ini.

 

Ketiga, dimensi sosiologis yang ditandai dengan ragam jamaah sholat yang dipimpin Rasulullah. Para nabi adalah mereka yang berasal dari berbagai warna kulit dan suku bangsa yang artinya bahwa negara Islam yang dipimpin oleh Rasulullah akan melindungi dan menaungi seluruh umat manusia seluruh dunia meski dari berbagai suku bangsa dan warna kulit yang berbeda.

 

Dalam negara Islam atau khilafah Islam, seluruh manusia dari berbagai warna kulit dan suku bangsa akan dilebur dalam wadah keimanan yang dibentuk dalam penerapan syariah Islam secara kaffah. Dengan demikian, mukjizat Isra telah meletakkan landasan yang baru untuk membangun masyarakat yang baru yang telah direncanakan berdirinya di bawah ideologi dan negara Islam.

 

Dalam Al Qur’an, Allah menegaskan bahwa Rasulullah diutus untuk seluruh manusia yang membawa rahmat bagi alam semesta. Allah berfirman : "Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya: 107)

 

Di lain ayat, Allah juga berfirman : "Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) pembawa berita gembira dan pemberi peringatan bagi seluruh umat manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Saba: 28)

 

Baitul Maqdis Bagian dari Kekuasaan Islam

 

Baitul Maqdis di Palestina di mana Gaza berada di dalamnya adalah negeri tujuan Isra yang diberkahi Allah adalah pertanda bahwa Palestina adalah bagian dari wilayah kekuasaan Islam pada masa yang akan datang. Tampilnya Rasulullah sebagai imam para Nabi menegaskan bahwa masa depan adalah milik Islam dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW. Batas negara Islam yang didirikan Rasulullah melawati Baitul Maqdis Palestina dan seluruh warisan agama-agama terdahulu berada di pundak Rasulullah SAW.

 

Sementara di satu sisi, Allah berfirman bahwa kaum Yahudi tidak akan pernah rela kepada kaum muslimin : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS Al Baqarah : 120)

 

Itulah mengapa hingga hari ini, Palestina terus dikuasai dan dijajah oleh entitas Yahudi. Berbagai bentuk kezoliman mereka lakukan kepada muslim di Gaza atas dukungan penuh Amerika. Tindakan genosida yang telah berlangsung selama hampir tujuh bulan telah menyebabkan kematian ribuan anak-anak dan perempuan serta kerusakan infrastrukur yang luas.

 

Ada beberapa keburukan dan kejahatan zionis yahudi, Pertama, hobbinya mengkhianati perjanjian : "Patutkah (mereka mengingkar ayat-ayat Allah) dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkan janji tersebut? Bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman." (TQS al-Baqarah [2]: 100).

 

Di masa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka mengkhianati Piagam Madinah untuk tidak saling menyerang. Mereka malah bersekutu dengan kaum musyrik Quraisy pada Perang Ahzab. Mereka berusaha menusuk kaum Muslim dari belakang. Pada masa kini, Yahudi zionis terbukti berkali-kali menyatakan gencatan senjata di Palestina. Namun, berkali-kali pula mereka melanggar perjanjian tersebut.

 

Hal ini terbukti saat  kabinet Israel menyetujui kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza dengan kelompok Hamas, pada Sabtu, 18 Januari 2025. Namun, pesawat tempur Israel masih gencar melakukan serangan walau kesepakatan gencatan sudah senjata disetujui. Tim medis di Gaza mengatakan serangan udara Israel pada Sabtu dini hari, 18 Januari 2025, menewaskan lima orang di sebuah tenda di daerah Mawasi di sebelah barat Khan Younis di selatan Gaza. Dengan demikian, jumlah warga Palestina yang tewas akibat pemboman Israel menjadi 119 orang sejak kesepakatan diumumkan pada Rabu lalu. (Tempo.co)

 

Kedua, membunuh para nabi : "Sungguh Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil. Kami pun telah mengutus para rasul kepada mereka. Namun, setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, maka sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan, dan sebagian lainnya mereka bunuh." (TQS al-Maidah [5]: 70).

 

Di antara utusan Allah yang mereka bunuh adalah Nabi Zakaria as. dan Nabi Yahya as. Adapun Nabi Isa as. diselamatkan oleh Allah dari upaya pembunuhan oleh kaum Bani Israil. Allah subhanahu wa ta'ala juga  menyelamatkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam  dari sejumlah upaya pembunuhan yang dilakukan orang-orang Yahudi, yang dilakukan Amar bin Jahsiy.

 

Ketiga, kaum yahudi adalah bangsa yang paling keras permusuhan dan kebenciannya terhadap Islam dan kaum muslim : "Tidak akan pernah ridha kepada kamu (Muhammad) kaum Yahudi dan Nasrani sampai kamu mengikuti agama mereka." (TQS al-Baqarah [2]: 120). "Sungguh kamu akan mendapati manusia yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah kaum Yahudi dan orang-orang musyrik." (TQS al-Maidah [5]: 82).

 

Sejak zaman kekhilafahan Turki Utsmani, bangsa Israel sudah berusaha tinggal di tanah Palestina. Kaum zionis itu menggunakan segala macam cara, intrik, maupun kekuatan uang dan politiknya untuk merebut tanah Palestina.

 

Di masa Sultan Abdul Hamid II, niat jahat kaum Yahudi itu begitu terasa. Kala itu, Palestina masih menjadi wilayah kekhalifahan Turki Utsmani. Sebagaimana dikisahkan dalam buku Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II karya Muhammad Harb, berbagai langkah dan strategi dilancarkan oleh kaum Yahudi untuk menembus dinding Kesultanan Turki Utsmani, agar mereka dapat memasuki Palestina.

 

Pertama, pada 1892, sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada Sultan Abdul Hamid II, untuk mendapatkan izin tinggal di Palestina. Permohonan itu dijawab Sultan dengan ucapan ''Pemerintan Utsmaniyyah memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah ke Turki, bahwa mereka tidak akan diizinkan menetap di Palestina''. Mendengar jawaban seperti itu kaum Yahudi terpukul berat, sehingga duta besar Amerika turut campur tangan.

 

Kedua, Theodor Hertzl, Bapak Yahudi Dunia sekaligus penggagas berdirinya Negara Yahudi, pada 1896 memberanikan diri menemui Sultan Abdul Hamid II sambil meminta izin mendirikan gedung di al-Quds. Permohonan itu dijawab sultan, ''Sesungguhnya Daulah Utsmani ini adalah milik rakyatnya. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Sebab itu simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri''.

 

Karena itu, adalah sebuah kewajiban bagi umat Islam seluruh dunia untuk peduli dan berjuang terus demi membebaskan Palestina dan cengkraman zionis dan para anteknya dengan terus berjuang menegakkan khilafah Islamiyah yang akan mampu membebaskan Palestina dari penjajahan antitas yahudi dengan jihad mengusir mereka dari tanah Palestina.

 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 24/01/25 : 22.22 WIB)

 

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.