Oleh : Ahmad Sastra
Kepribadian Islam terbentuk melalui integrasi berbagai faktor yang saling mendukung, dengan landasan utama pada ajaran Al-Qur'an dan Sunnah. Kepribadian Islam mencerminkan pribadi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia, yang mampu menjadi rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil 'alamin). Kepribadian Islam terbentuk dari integrasi pola pikir dan pola sikap islami.
Internalisasi nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan adab pada setiap pribadi tentu saja melalui sebuah ikhtiar setiap individu sebagai lapisan pertama pembentuk kepribadian islami. Kepribadian Islami juga terbentuk melalui kesadaran diri individu untuk terus belajar, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Allah. Individu perlu memiliki tekad kuat untuk menjalankan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya, meskipun menghadapi tantangan atau godaan.
Namun demikian proses pembentukannya harus melewati berbagai lapisan, sebab kepribadian islami dimulai sejak anak dilahirkan dari ibunya. Saat balita, seorang anak akan mendengarkan apa kata ayah dan ibunya. Saat mulai beranjak anak-anak, maka dia akan mendengarkan apa kata gurunya. Saat tumbuh menjadi remaja, maka dia akan mendengar apa kata temannya. Disinilah lapisan-lapiran ini menjadi sangat penting bagi tumbuh kembang seorang pribadi.
Keluarga adalah tempat pertama dan utama dalam pembentukan kepribadian anak. Pendidikan keluarga, terutama yang berbasis nilai-nilai Islam, memainkan peran signifikan dalam menanamkan dasar akhlak, iman, dan adab. Orang tua adalah teladan langsung bagi anak-anak. Keteladanan dalam beribadah, berbicara, dan berperilaku memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian Islami anak.
Lapisan berikutnya adalah pendidikan formal dan informal. Pendidikan yang berorientasi pada tauhid adalah kunci pembentukan kepribadian Islam. Pendidikan harus mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu dunia untuk membentuk individu yang berimbang. Lingkungan pendidikan formal seperti sekolah atau pesantren harus menciptakan suasana Islami yang mendukung pengembangan spiritual, intelektual, dan moral peserta didik.
Lapisan ketiga adalah lingkungan sosial yang baik dan Islami yang juga akan sangat memengaruhi pembentukan kepribadian. Adalah penting adanya komunitas yang mendukung nilai-nilai Islam, seperti masjid, majelis taklim, atau kelompok dakwah. Teman sebaya dan komunitas sosial memiliki dampak besar terhadap sikap dan perilaku individu. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan sosial yang positif menjadi faktor penting.
Rasulullah SAW sebagai model utama kepribadian Islam. Meneladani akhlak Rasulullah seperti kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang menjadi inti dalam pembentukan kepribadian Islami. Pendidikan akhlak yang terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan dengan Allah (hablum minallah) maupun hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas), menjadi kunci utama.
Kepribadian Islami dibentuk melalui pemahaman mendalam terhadap ajaran Islam, mencakup aqidah, ibadah, dan muamalah. Pemahaman ini harus diiringi dengan pengamalan yang konsisten.Rutinitas dalam menjalankan ibadah wajib dan sunnah, seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Qur'an, menjadi sarana penting dalam pembentukan kepribadian.
Kepribadian Islami terbentuk melalui pembiasaan nilai-nilai kebaikan, seperti berbuat jujur, bersikap adil, dan berbagi kepada sesama. Kebiasaan ini perlu dilatih sejak usia dini. Pendidikan Islam menekankan pentingnya disiplin, baik dalam ibadah maupun kehidupan sehari-hari, sebagai bagian dari pembentukan karakter.
Al-Qur'an adalah sumber utama dalam pembentukan kepribadian Islam. Membaca, memahami, dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an akan menanamkan nilai-nilai luhur dalam individu. Mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dalam segala aspek kehidupan, baik kecil maupun besar, memperkuat kepribadian Islami.
Kepribadian Islam tidak bisa lepas dari tarbiyah ruhiyah, yaitu pendidikan spiritual yang melibatkan zikir, doa, dan muhasabah diri. Tarbiyah ini membantu individu untuk selalu dekat dengan Allah dan menjaga hatinya tetap bersih. Keimanan yang kuat menjadi fondasi utama kepribadian Islami. Iman ini perlu terus diperkuat melalui ilmu, amal, dan lingkungan yang mendukung.
Peran media dalam pembentukan kepribadian. Beliau menekankan pentingnya memanfaatkan media yang mendukung nilai-nilai Islam untuk membentuk pemikiran yang baik dan mencegah pengaruh negatif dari media sekuler. Teknologi modern harus digunakan sebagai alat untuk menyebarkan nilai-nilai Islam dan memperkuat kepribadian, misalnya melalui konten Islami di media sosial.
Kepribadian Islam tidak terbentuk secara instan, tetapi melalui proses pembelajaran, pembiasaan, dan internalisasi nilai-nilai Islam yang terus-menerus. Faktor-faktor ini bekerja secara sinergis untuk membangun pribadi Muslim yang kokoh dan mampu menghadapi tantangan zaman.
Peran negara dalam pembentukan kepribadian Islam sangat penting karena negara memiliki otoritas, sumber daya, dan pengaruh untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat. Negara sebagai aktor strategis dalam membentuk kepribadian Islami warganya melalui kebijakan, sistem pendidikan, dan pembangunan sosial.
Negara bertanggung jawab menyusun kebijakan yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Hal ini mencakup sistem hukum, ekonomi, pendidikan, dan sosial yang berdasarkan prinsip-prinsip syariat. Negara memiliki kewajiban untuk melindungi masyarakat dari pengaruh negatif seperti sekularisme, materialisme, dan hedonisme, yang dapat merusak kepribadian Islami.
Negara harus menyediakan kurikulum pendidikan yang menanamkan nilai-nilai tauhid sejak dini, baik di sekolah umum maupun di pesantren. Kurikulum ini harus mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu pengetahuan modern. Negara dapat memperkuat peran pesantren, madrasah, dan universitas Islam sebagai pusat pembentukan kepribadian Islami.
Negara dapat mendukung terciptanya budaya Islami melalui dukungan terhadap seni, media, dan hiburan yang mengajarkan nilai-nilai Islam. Negara dapat membangun masjid, pusat kajian Islam, dan komunitas Islami untuk memfasilitasi pembentukan karakter warganya.
Para pemimpin negara harus menjadi teladan dalam mengamalkan nilai-nilai Islam, seperti kejujuran, keadilan, dan amanah. Kepemimpinan yang baik akan menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk mengikuti nilai-nilai yang sama. Negara yang adil akan membentuk masyarakat yang merasa aman dan dihormati, sehingga kepribadian Islami dapat tumbuh dalam lingkungan yang stabil.
Negara memiliki kewenangan untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip syariat diterapkan dalam kehidupan masyarakat, baik melalui hukum maupun regulasi sosial. Negara dapat memainkan peran dalam mencegah tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, seperti korupsi, kejahatan, dan pergaulan bebas, melalui penegakan hukum yang tegas.
Negara harus memastikan bahwa media massa dan digital tidak menyebarkan konten yang merusak moral masyarakat. Sebaliknya, media Islami yang mendidik dan menginspirasi harus didukung. Negara dapat memanfaatkan media untuk menyebarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat luas.
Negara bertanggung jawab menciptakan sistem ekonomi yang adil dan berbasis syariah, yang dapat mendorong kemandirian dan tanggung jawab sosial individu. Dengan memastikan kesejahteraan rakyat, negara dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan karakter Islami, seperti sifat syukur, kemandirian, dan solidaritas.
Negara harus menerapkan hukum yang tidak hanya menghukum, tetapi juga mendidik masyarakat agar mematuhi nilai-nilai Islam. Penegakan hukum yang adil akan membentuk masyarakat yang percaya pada prinsip-prinsip Islam, seperti keadilan dan kesetaraan.
Negara perlu bekerja sama dengan ulama dan organisasi Islam untuk mendidik masyarakat dan menyebarkan ajaran Islam secara luas. Negara dapat mendukung komunitas Islam melalui pelatihan, pendanaan, dan fasilitas untuk kegiatan keislaman.
Negara harus memfasilitasi dakwah di berbagai bidang, baik melalui pendidikan, media, maupun kegiatan sosial. Program tarbiyah dapat diinisiasi negara untuk mendidik masyarakat secara menyeluruh, baik dari segi spiritual, moral, maupun intelektual.
Negara sebagai lapisan keempat setelah masyarakat memiliki peran strategis dalam membentuk kepribadian Islam melalui kebijakan, sistem pendidikan, penegakan hukum, dan pembangunan sosial. Dengan menciptakan lingkungan yang Islami dan mendukung implementasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, negara dapat menjadi katalisator untuk membentuk masyarakat yang berkepribadian Islami, yang berkontribusi pada kemajuan peradaban Islam dan dunia.
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 09/12/24 : 22.01 WIB)
Website : https://www.ahmadsastra.com
Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1
Facebook : https://facebook.com/sastraahmad
FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76
Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial
Instagram : https://instagram.com/sastraahmad