DAKWAH UNTUK MEWUJUDKAN KEBANGKITAN PERADABAN ISLAM


 

Oleh : Ahmad Sastra  

 

Dua narasi berbeda antara presiden dan  utusan khusus presiden untuk bidang kerukunan beragama dan pembinaan sarana keagamaan cukup menyita perhatian luas di tengah masyarakat. Ucapan presiden tentang kegagumannya pada kemajuan dan keagungan peradaban Islam masa kekhalifahan Turki Utsmani telah membuka kesadaran akan pentingnya sebuah sistem ketatanegaraan yang baik menuju kebaikan bangsa.

 

Sementara utusan khusus untuk bidang kerukunan beragama dan pembinaan sarana keagamaan justru melakukan hal sebaliknya. Diketahui, video viralnya tentang g penjual es teh justru telah menimbulkan kegaduhan yang luas di tengah masyarakat. Dalam sebuah momen ceramah agama, dia melontarkan ucapan yang dinilai oleh banyak kalangan sebagai sebuah penghinaan.

 

Tak sampai disitu, setelah peristiwa itu muncul lagi beberapa video yang bernada sama, yakni ucapan yang dinilai tidak etis. Semestinya sebagai utusan khusus untuk bidang kerukunan beragama, terlebih sebagai seorang penceramah yang aktif di bidang dakwah untuk terus memberikan kesadaran dan bimbingan kepada masyarakat maupun penguasa tentang pentingnya menjadi orang yang bertakwa dan selalu terikat dengan syariah Islam.

 

Dakwah sudah seharusnya tidak berisi guyonan berlebihan dan cacian/makian. Dakwah harus makin mencerdaskan masyarakat, terutama agar masyarakat sadar tentang berbagai kerusakan yang terjadi di berbagai bidang dan agar mereka memahami bahwa solusinya adalah penerapan syariah Islam secara Kaffah.

 

Setelah menimbulkan kegaduhan dan kontroversi di tengah masyarakat, akhirnya utusan khusus presiden untuk bidang kerukunan beragama dan pembinaan sarana keagamaan, secara resmi menyatakan permintaan maaf sekaligus pengunduran dirinya.

 

Pendakwah Harus Berkepribadian Islam

 

Pendakwah adalah orang yang menyeru kepada jalan Allah (Islam). Dakwah hukumnya wajib bagi setiap muslim. Dakwah adalah tugas utama pada Nabi dan Rasul. Dakwah menyeru kepada jalan Allah adalah sebaik-baik perkataan. Dakwah amar ma'ruf adalah salah satu indikator sebagai umat terbaik. Maka, sebagaimana para Nabi dan Rasul, pendakwah harus memiliki kepribadian Islam, yakni pola pikir dan pola sikap islami.  

 

Pola pikir islam berkaitan dengan pemahamannya terhadap hukum-hukum syariah baik yang berkaitan dengan perbuatan (wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram) maupun benda (seperti makanan dan minuman). Adapun pola sikap islam berkaitan dengan perilakunya yang sesuai dengan syariah Islam. Ringkasnya, seorang pendakwah harus memiliki aqliyah dan nafsiyah yang islami.  Pola pikir mengindikasikan keilmuwan, sementara pola sikap  berkaitan dengan adab dan akhlak terpuji.

 

Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl: 125).

 

Ibnu Jarir mengatakan bahwa yang diserukan kepada manusia ialah wahyu yang diturunkan kepadanya berupa Al-Qur'an, Sunnah, dan pelajaran yang baik; yakni semua yang terkandung di dalamnya berupa larangan-larangan dan kejadian-kejadian yang menimpa manusia (di masa lalu). Pelajaran yang baik itu agar dijadikan peringatan buat mereka akan pembalasan Allah Swt. (terhadap mereka yang durhaka).

 

Islam juga mengajarkan bahwa seorang penyeru Islam tidak boleh berucap kasar, sebab alih-alih akan bersipati kepada Islam, masyarakat justru akan menjauhinya. Kelembutan Rasulullah SAW adalah salah satu faktor yang membuat para sahabat dan pengikutnya tetap bersamanya.

 

Allah menegaskan dalam firmanNya : "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertawakal." (QS. Ali Imran: 159).

 

Allah Swt. memerintahkan Nabi Saw. untuk bersikap lemah lembut, seperti halnya yang telah Dia perintahkan kepada Musa dan Harun, ketika keduanya diutus oleh Allah Swt. kepada Fir'aun, yang kisahnya disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (QS. Thaha: 44).

 

Dakwah menyeru kepada jalan Allah adalah sebaik-baik perkataan dan ucapan, karena adalah sebuah kewajiban berdakwah itu dengan adab dan ilmu. Hal ini ditegaskn oleh Allah dalam firmanNya : "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, 'Sungguh, aku termasuk orang-orang Muslim (yang berserah diri)?'" (QS. Al-Fushilat: 33)

 

Dakwah Fikriyah Untuk Kebangkitan Umat

 

Dakwah sudah seharusnya tidak berisi guyonan berlebihan dan cacian/makian. Dakwah harus makin mencerdaskan masyarakat, terutama agar masyarakat sadar tentang berbagai kerusakan yang terjadi di berbagai bidang dan agar mereka memahami bahwa solusinya ada pada Islam.

 

Islam dengan sitem khilafah, telah melahirkan peradaban mulia, agung dan penuh kemajuan.  Dakwah menyeru kepada Islam berarti memahamkan dan menyadarkan tentang Islam. Dakwah adalah mengubah pemikiran yang jahil menuju yang islami. Dakwah adalah membangkitkan kesadaran Islam pada diri masyarakat agar mewujudkan kehidupan Islami.

 

Apa yang diucapkan presiden tentang keagungan peradaban Islam adalah karena peradaban itu dibawah sistem khilafah Islam. Penggalan ucapan presiden kurang lebih seperti ini : Satu peradaban muslim yang cukup lama hampir 600 tahun lebih, mungkin mendekati 700 tahun, yaitu peradaban Utsmaniyah yang berpusat di Istambul. Ini peradaban yang sangat berhasil, dia memimpin suatu kekaisaran imperium yang sangat multi etnis yang toleran kepada semua suku dengan ratusan suku yang berbeda-beda".

 

Prabowo melanjutkan : "Disitu ada yang menarik bagi saya, untuk memimpin ratusan tahun dan memimpin yang begitu luas dengan memimiki akademi gubernur. Akademi gubernur itu intinya satu pelajaran yang sangat menarik. Para bupati dididik disitu dengan banyak Pelajaran, tapi  ada satu pelajaran menarik dan sederhana yaitu tidak ada negara kuat tanpa tentara yang kuat, tidak ada tentara yang kuat tanpa uang, tidak ada uang tanpa kemakmuran, dan tidak ada kemakmuran tanpa rakyat yang bahagia dan sejahtera, dan tidak ada rakyat yang bahagia dan sejahtera tanpa pemerintah yang bersih dan adil".

 

Bangkitnya manusia untuk melakukan sebuah perubahan besar dan revolusioner dalam hidupnya bergantung pada pemikirannya. Agar manusia bangkit, maka syarat utamanya adalah mengubah pemikirannya. Sebab pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat persepsi manusia terhadap segala sesuatu.

 

Metode dakwah secara fikriyah sangat penting bahkan harus diadopsi oleh para pengemban dakwah islam di abad ini saat mereka terjun ke medan perjuangan dakwah dan melakukan interaksi dengan masyarakat, yaitu dengan menjelaskan kepada masyarakat tentang kesempurnaan islam sebagai sebuah sistem atau ideologi dan menjelaskan kerusakan sistem lain yang bertentangan dengan islam.

 

Dakwah fikriyah ini bertujuan menyentuh alam pikir manusia dengan akidah dan konsep yang benar dalam menjalani kehidupan, yaitu dengan aqidah islam, sebab hanya islamkah satu-satunya agama yang sesuai dengan fitrah manusia, mampu memuaskan akal serta menentramkan jiwa.

 

Sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah pada tahun 622 untuk menegakkan daulah Islam, salah satu sahabat yang diutus untuk berdakwah menyiapkan berdirinya daulah Islam di sana adalah Mus'ab Bin Umair. Sebagai orang pertama yang diutus untuk berdakwah dan mengajarkan Al Quran ke Madinah, julukan Mush'ab bin Umair adalah Muqri'-ul Madinah (pembaca Al Quran bagi penduduk Madinah).

 

Rasulullah memilih Mus'ab bin Umair untuk berdakwah di Madinah karena Mus'ab memiliki sifat lemah lembut dan berhasil mengislamkan masyarakat Madinah. Dalam buku berjudul "Biografi 60 Sahabat Rasulullah S.A.W." oleh Khalid Muhammad Khalid, disebutkan bahwa Rasulullah SAW menunjuk Mush'ab bin Umair sebagai duta Madinah karena kebijaksanaan dan kecerdasannya dalam berdakwah.

 

Dari lisan Mus'ab Bin Umair inilah masyarakat Madinah bukan hanya mau menerima Islam, namun juga menjadikan Madinah sebagai awal tegaknya daulah Islam. Mus'ab bin Umair mengalami dua migrasi sebelumnya ke Abyssinia sehingga dia sering meninggalkan Mekah dan menjauh untuk waktu yang lama. Mush`ab juga mendapatkan pengalaman hidup dan berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda budaya bahkan bahasa yang berbeda.

 

Mus'ab Bin Umair dengan demikian adalah orang yang mendapatkan amanah dakwah di Madinah agar masyarakat Madinah bangkit untuk siap menerima Islam sekaligus siap menegakkan daulah Islam di sana. Demikian pula dakwah Islam saat ini harus mampu membangkitkan pemikiran umat agar bersiap untuk berjuang menagakkan khilafah.

 

Apa yang dikagumi oleh presiden, semestinya tidak sekedar kagum dalam aspek romantisme sejarah. Kegaguman itu harus diperkuat lagi dengan pemahaman mendasar bahwa peradaban Islam di Tukri Utsmani adalah karena saat itu beradab dalam sistem khilafah Islam.

 

Lebih dari itu, setelah paham, maka alangkah indahnya lagi kalau presiden bertekad untuk berjuang mewujudkan khilafah Islam juga agar negeri ini maju dan mulai sebagaimana pernah terjadi dalam peradaban Islam Turki dibawah khilafah Utsmaniyah.

 

Khilafah adalah bagian integral dari ajaran Islam yang mencakup aspek politik, kepemimpinan, dan pemerintahan. Ia menekankan bahwa khilafah bukanlah konsep ideologis yang baru, melainkan institusi yang sudah ada dalam sejarah peradaban Islam. Kewajiban menegakkan khilafah telah menjadi ijmak (konsensus) di kalangan ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah, termasuk ulama klasik seperti Imam al-Qurthubi dan Imam an-Nawawi.

 

Khilafah adalah institusi untuk menerapkan hukum Islam secara menyeluruh (kaffah) dan menciptakan keteraturan dalam kehidupan umat Islam, serupa dengan pentingnya kepemimpinan dalam komunitas kecil hingga skala negara. Menegakkan khilafah merupakan kewajiban kolektif (fardhu kifayah), dan jika tidak ditegakkan, umat Islam secara keseluruhan menanggung dosa

 

Penting ditegaskan bahwa khilafah harus dipahami sebagai bagian dari dakwah dan tidak ada kaitannya dengan radikalisme. Konsep ini bertujuan untuk menjaga integritas agama dan tatanan dunia sebagaimana diisyaratkan oleh para ulama seperti Imam al-Ghazali. Khilafah inilah yang justru akan mewujudkan peradaban maju dan mulia dan menjadi rahmat bagi seluruh manusia dan alam semesta. Maka, alangkah indahnya jika khilafah tegas di Indonesia.

 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 09/12/24 : 12.50 WIB)

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.