Oleh : Ahmad Sastra
Mencermati sambutan Anis Matta, Deputy Foreign Minister Republic Of Indonesia saat mewakili delegasi Indonesia dalam KTT Luar Biasa Negara Arab dan Islam sedunia perlu mendapatkan beberapa catatan, mengingat acara ini adalah momentum strategis berkumpulkan negeri-negeri muslim sedunia.
Bersamaan dengan acara konferensi, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman pada Senin mengecam serangan Israel di Gaza sebagai "genosida" dalam deklarasi pertama yang dikeluarkan oleh perdana menteri kerajaan dan penguasa de facto. Pada pertemuan puncak bersama Liga Arab dan Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang diadakan di Riyadh, pangeran dan para pemimpin Arab lainnya menggandakan kritik mereka terhadap serangan Israel di Gaza dan Lebanon, dan menyerukan gencatan senjata segera.
Diberitakan oleh Tempo.co, bahwa dalam pidatonya, sang pangeran juga mengecam "penodaan Masjid Al Aqsa" yang dilakukan Israel dan "merusak peran penting Otoritas Palestina di seluruh wilayah Palestina", dan mengatakan bahwa kebijakan seperti itu hanya akan membatasi perdamaian di wilayah tersebut. Putra mahkota MBS juga mengkritik larangan Israel terhadap badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, dan serangannya terhadap lembaga bantuan di Gaza.
Selain itu, MBS mengutuk perang Israel di Lebanon, memperingatkan "konsekuensi bencana" dari melanjutkan operasi di Lebanon dan Gaza, sekaligus memperingatkan serangan lebih lanjut terhadap Iran. "Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawabnya untuk segera menghentikan agresi terhadap Palestina dan Lebanon, serta mewajibkan Israel untuk menghormati kedaulatan Republik Islam Iran dan tidak menyerang wilayahnya," ujarnya.
Sementara, Anis Matta mengawali sambutannya dengan memberikan tekanan bahwa konferensi diadakan diwaktu yang tepat, yang menunjukkan kondisi berbahaya dan darurat yang sedang dihadapi umat Islam saat ini. "Bagaimana tidak? Semua kita saat ini menyaksikan pembantaian yang keji, pemusnahan yang membelalakkan mata, yang dilakukan Israel terhadap penduduk Gaza dan palestina, terhadap anak anak Palestina, dan kepada wanita wanita Palestina", ungkapnya.
Lebih detail sambutan Anis Matta akan penulis tampilkan : Apakah kita akan terus menonton matinya hati nurani kemanusiaan atas mereka yang terbunuh dan terluka disebabkan karena diamnya kita dan kelemahan kita. Agenda ini diadakan seperti yang kita yakini, sebagai respon kita terhadap masalah ini, untuk mengkonsolidasikan perlawanan kita secara bersama sama, dunia arab dan Islam yang saat ini merepresentasikan tidak kurang dari 2 miliar muslim, untuk tujuan memerdekakan palestina dengan semua sumber daya yang kita miliki.
Sesungguhnya Israel dibawah kepemimpinan Benjamin Netanyahu dan koalisi radikal extrem kanannya, tidak akan memahami kecuali bahasa kekuatan dan perlawanan yang keras. Kita melihat, semua yang telah diputuskan oleh PBB atau dewan keamanan, atau mahkamah kriminal internasional, semua hanya sebatas ekperimen diatas kertas tanpa dipatuhi oleh Israel.
Maka dari sini kami mengatakan, saatnya kita semua keluar dengan aksi aksi nyata, dengan semangat perlawanan kolektif kita semua untuk menghukum Israel secara bersama sama. Maka oleh sebab itu, disini kami menyarankan beberapa saran sebagai berikut: Pertama, Memperluas upaya politik dan diplomasi untuk mengakhiri perang di Gaza dan Lebanon, dan menyetop semua upaya eskalasi dari semua pihak untuk bertujuan menjadikan perang ini menjadi perang kawasan.
Kedua, Mengajak semua masyarakat muslim untuk ikut serta dengan semua upaya maksimal berjuang demi kemerdekaan Palestina, dan membuka semua saluran resmi, serta menghilangkan semua penghalang untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina.
Ketiga, Menyatukan dukungan Internasional untuk kemerdekaan Palestina, dan memperluas koalisi global untuk mendukung Palestina dari berbagai negara juga berbagai kekuatan. Dan semua bentuk perjuangan rakyat Palestina adalah hak yang melekat pada semua bangsa terjajah dimuka bumi, ini adalah hak yang sesuai dengan hukum, dan bukanlah sikap terorisme. Dan kita perlu kita tekankan kembali kepada semua institusi Internasional agar mengeluarkan Israel dari keanggotaan PBB, dan kewajiban kita semua komunitas internasional untuk tidak membiarkan semua kejahatan perang Israel yang dilakukan terhadap bangsa Palestina begitu saja tanpa hukuman yang berat.
Keempat, Memutus semua bentuk hubungan ekonomi, hubungan dagang dan investasi dengan Israel, dan dengan semua perusahaan perusahaan yang berhubungan zionis internasional, juga mengakhiri semua kepentingan Israel di negara negara anggota. dan dilain sisi, perlunya meningkatkan hubungan bisnis dan ekonomi dengan sesama negara negara anggota dan sesama semua negara muslim. Kelima, Menolak semua upaya untuk membuka hubungan diplomatik antara negara negara muslim dengan Israel. Apapun bentuknya.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang lahir dari sakitnya rasa penjajahan dan penindasan dalam waktu yang tidak sebentar, bahkan berabad-abad. Mayoritas bangsa arab juga mengalami hal yang sama. Dan dengan apa yang dialami oleh rakyat Palestina hari ini, kami mengatakan, semua kita adalah Palestina, semua kita adalah Palestina, dan semua kita adalah Palestina.
Dan didepan ketangguhan dan sikap resilience bangsa Palestina hari ini, kami katakan bahwa tidak bermakna kemerdekaan kita hari ini tanpa melihat bangsa Palestina merasakan kemerdekaan dan kedaulatannya. Kemerdekaan Palestina bagi kami adalah amanat konstitusi, kewajiban Islam, dan sensitivitas rasa kemanusiaan kami.
Semoga Allah Merahmati semua syuhada Palestina, dan memberikan mereka ganjaran sebuah negara merdeka dan berdaulat yang beribukotakan Al Quds yang mulia, dan semoga Allah memberikan kita kesempatan untuk mendirikan solat di Mesjid Al Aqsa suatu saat nanti InsyaAllah.
Inilah isi sambutan wakil menteri luar negeri untuk dunia Islam, Anis Matta. Izinkan penulis memberikan beberapa catatan atau setidaknya tulisan yang bisa menjadi renungan agar penjajahan zionis atas bangsa Palestina bisa segera berakhir dengan sempurna.
Entitas yahudi adalah manusia-manusia binatang yang tak memiliki rasa kemanusiaan sama sekali. Berbagai kebiadaban telah mereka pertontonkan di depan masyarakat dunia. Di dukung oleh negara penjajah Amerika, yahudi semakin membabi buta melakukan genosida atas bangsa Palestina, khususnya anak-anak dan kaum perempuan.
Logika paling sederhana untuk penjajah adalah diusir dari bumi palestina. Mengusir penjajah adalah dengan perang, jihad fi sabilillah. Tidak ada solusi yang lebih baik dan lebih tepat, selain jiha fi sabilillah. Jihad harus dimulai dari persatuan umat Islam dan negeri-negeri muslim seluruh dunia. Jihad harus dikomandoi pemimpin tertinggi negeri-negeri muslim yang bersatu. Negeri-negeri muslim yang bergabung dalam OKI adalah modal penting bagi konsolidasi dan persatuan dibawah bendera tauhid.
Sikap yang benar didasarkan dari pemahaman dan persepsi yang benar atas fakta. Karena itu sikap umat Islam atas konflik palestina bisa salah jika persepsinya salah. Persepsi yang benar atas konflik Palestina Israel adalah bahwa bumi Palestina adalah milik kaum Muslimin, bukan milik entitas yahudi. Di sanalah Masjidil Aqsa, masjid Mulia Qiblat pertama Umat Islam berada.
Namun, Sejak Perisai Umat hilang dihancur leburkan dimana umat Islam sejatinya adalah satu tubuh menjadi terpecah belah, lantas Yahudi berusaha menguasainya dengan cara nista, 78 persen tanah Palestina dicaplok Otoritas Zionisme Yahudi pada 1948 dan disusul pendudukan Yerusalem dan wilayah Palestina lain pada 1967. Umat Islam Palestina pun kian menderita dengan Penjajahan yang tiada henti mereka alami hingga kini.
Dengan demikian, klaim kaum Yahudi dibantu Barat yang selalu menyatakan bahwa apa yang mereka lakukan selama ini terhadap bangsa Arab, khususnya penduduk Palestina, sebagai 'self defense' (membela diri) adalah kebohongan. Nyatanya setiap hari mereka melakukan penggusuran, pengusiran dan pembunuhan terhadap rakyat Palestina. Termasuk membunuhi wanita, lansia dan anak-anak.
Klaim mereka sebagai penduduk asli tanah Palestina dan pemilik tanah yang dijanjikan Tuhan juga dusta besar. Pernyataan itu sesungguhnya adalah kedustaan yang dikarang oleh pendiri negara yahudi, theodor herzl. Hakikatnya mereka adalah agresor keji. Tak ada satu pun ayat dalam kitab suci terdahulu, apalagi dalam al-Quran, yang menyatakan Palestina sebagai tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka.
Kaum Zionis Yahudi mendapatkan tanah Palestina lewat bantuan Inggris dan Prancis melalui Perjanjian Sykes-Picot. Kedua negara tersebut mendukung pembentukan negara yahudi di tanah Palestina. Kedua negara ini bersekongkol untuk menyembelih Khilafah Utsmaniyah. Mereka lalu menjadikan tanah air kaum muslim, termasuk tanah Palestina, sebagai harta rampasan mereka.
Karena itu usaha paling penting bagi umat Islam di seluruh dunia adalah membebaskan Palestina dari penjajahan Israel. Sebab Islam adalah agama anti penjajahan. Islam adalah agama yang membebaskan manusia dari keterjajahan dalam berbagai bentuknya.
Bagi seorang muslim, persoalan Palestina bukanlah persoalan sekedar persoalan kemanusiaan, kolonialisme dan kezaliman, namun lebih dari itu adalah persoalan agama, yakni persoalan aqidah, syariah dan politik Islam. Umat Islam wajib melek politik Islam dalam melihat krisis palestina, bukan sekedar dari sisi solidaritas kemanusiaan.
Dikatakan sebagai persoalan aqidah karena Masjidil Aqsa (Palestina) adalah tanah suci ketiga bagi kaum Muslimin. "Nabi pernah bersabda, tidak ada perjalanan yang sengaja ke masjid kecuali ke Masjidil Haram, masjidku (Masjid Nabawi, red) dan Masjidil Aqsa. Jadi tanah Palestina juga tanah yang diberkati.Dikatakan sebagai persoalan syariah Islam, karena ajaran Islam sangat mengharamkan berbagai bentuk penjahahan, ketidakadilan, kezaliman dan kemungkaran.
Keharaman atas segala bentuk penjajahan dibuktikan oleh umat Islam yang sejak awal telah menjadi garda terdepan dalam mengusir penjajah Belanda dan Portugis dari tanah pertiwi ini. Kemerdekaan RI sebagai rahmat dari Allah adalah merupakan jerih payah para kyai dan santri yang dengan gigih angkat senjata berjihad melawan penjajah. Bahkan oleh KH Hasyim Asyari pernah dicetuskan resolusi jihad. Artinya jihad adalah kemuliaan kaum muslimin, sekaligus solusi terbaik atas adanya penjajahan. Jihad adalah kemuliaan, bukan radikalisme apalagi terorisme sebagaimana tuduhan para kafir penjajaha dan antek-anteknya.
Begitupun yang kini terjadi di Palestina, dimana anak-anak yang tak berdosa menjadi korban kebiadaban zionis Israel. Islam sendiri melarang pembunuhan, bahkan dinyakan jika terbunuh seorang muslim tanpa hak, disamakan dengan membunuh semua umat manusia. Ini membuktikan bahwa syariat Islam bukan hanya persoalan kemanusiaan, namun lebih dari itu adalah persoalan syariah.
Jika ditinjau dari perspektif politik Islam, maka bisa ditelusuri secara historis bahwa penjajahan zionis atas palestina adalah ketika umat Islam kehilangan pelindungnya, yakni khilafah Islamiyah. Sebab ketika masih ada khilafah, negeri Palestina mendapat perlindungan maksimal dari berbagai bentuk ancaman. Bahkan Khalifah Umar bin Khaththab ra, memberikan amanah kepada kaum muslimin untuk melindungi kaum Nashrani dari ancaman Yahudi dengan mencegah Yahudi tinggal di Palestina. Hal itu dituangkan dalam Perjanjian Umariyah/Perjanjian Illiya tatkala penduduk Palestina yang semuanya Nashrani menyerahkan secara sukarela tanahnya kepada kaum Muslimin.
Ketika khilafah islamiyah runtuh pada tahun 1924, maka tak ada lagi perlindungan atas bumi Palestina yang diberkahi itu. Sebaliknya, dengan leluasa zionis Israel terus melakukan berbagai bentuk kezaliman atas kaum muslimin dan bahkan merubut tanah-tanah palestina sedikit demi sedikit. Palestina adalah persoalan umat Islam sedunia, karena tanah Palestina adalah milik umat Islam.
Persoalan pokok Palestina itu adalah adanya penjajah Israel yang merampas tanah kaum muslimin dan melakukan pendudukan dan penjajahan. Jadi perjuangan ini harus fokus pada bagaimana agar Israel terusir dan lenyap dari Palestina. Perjuangan untuk membuat mundur Israel dari tanah Palestina, tidak mungkin bisa diraih dengan perdamaian, diplomasi atau perjuangan orang perorang.
Mengapa perdamaian bukan merupakan opsi solusi atas krisis Palestina Israel, sebab perdamaian mensyaratkan dua hal : pengakuan eksistensi negara penjajah Israel dan yang kedua Israel dan Palestina akan menjadi dua negara yang berdampingan. Jalan satu-satunya adalah jihad fi Sabilillah mengusir zionis dari bumi Palestina, sebagai dahulu para pahlawan mengusir penjajah Belanda dan Portugis dari bumi Indonesia.
Menghapi imperialisme negara tidaklah bisa dilakukan oleh orang perorang, namun idealnya harus dihadapi lagi oleh sebuah institusi negara. Untuk itu adalah keharusan negeri-negeri muslim segera bertobat kepada Allah, lantas bangki dan bersatu padu melawan segala bentuk penjajahan. Jika dahulu khilafah Islam mampu melindungi Palestina, karena semua negeri muslim bersatu padu, tidak tercerai berai.
Membantu Palestina dengan lantunan doa, harta dan gerakan solidaritas tidaklah sia-sia, insyaaallah mendapat pahala dari Allah. Namun semua itu bukanlah solusi fundamental atas krisis Palestina. Sebab persoalan Palestina adalah masalah penjajahan yang harus diusir dari negeri para Nabi itu.
Ilustrasinya sederhana, jika ada saudara kita sedang disiksa dan mau dibunuh oleh penjahat, bantuan apa yang paling tepat untuk saudara kita itu. Membantu makanan tentu tidak tepat, sebab saat disiksa dan hendak dibunuh, dia tidak butuh makanan. Bantuan terbaik adalah membantu melawan dan mengalahkan penjahat itu, hingga teman kita terbebas dari kejahatan tersebut.
Namun perlu diingat juga bahwa dalam setiap peristiwa penjajahan negara atas negara, akan ada saja orang-orang yang justru berkhianat menjadi antek dan budak penjajah untuk mendapatkan seonggok dunia. Dahulu di zaman penjajahan belanda dan postugis maupun jepang juga muncul para pengkhianat yang rela makan tulang saudaranya sendiri. Dalam kasus palestina juga jangan kaget jika ada rakyat Indonesia yang justru memuja penjajah zionis dan membenci palestina, merekalah para pengkhianat itu.
Akhirnya, oleh karena yang kita hadapi adalah negara-negara imperialis, maka kekuatan yang seimbang itu tidak ada yang lain kecuali Daulah Khilafah Islam. Negara global yang menyatukan kaum muslim. Daulah Khilafah ini nanti akan menyerukan jihad fi sabilillah kepada kaum muslim seluruh dunia untuk membebaskan Palestina. Perlu kita catat, Palestina saat dibebaskan oleh Sholahuddin al Ayyubi pada saat kaum muslim memiliki daulah khilafah Islam.
Pertanyaan menarik Anis Matta di atas penulis ulang di akhir tulisan ini : Apakah kita akan terus menonton matinya hati nurani kemanusiaan atas mereka yang terbunuh dan terluka disebabkan karena diamnya kita dan kelemahan kita ?. Jawabnya tentu saja tidak, umat Islam yang berjumlah 2 milyar harus segera bersatu dalam naungan daulah khilafah sebagaimana telah ada dalam sejarah dan bergerak mengerahkan tentara dan mujahid untuk berjihad fi sabilillah, atas izin Allah, maka Palestina akan merdeka dan terbebas selamanya. Insyaallah.
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 12/11/24 : 14.56 WIB)