Oleh : Ahmad Sastra
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran : 110).
Rasulullah dalam hidupnya tidak pernah kosong dari dakwah. Dakwah adalah poros hidupnya, sebab beliau diutus Allah memang untuk mengajak manusia yang hidup dalam sistem jahiliah untuk memeluk Islam. Sayyid Quthb menegaskan bahwa sejarah Islam, sebagaimana yang pernah ada, merupakan sejarah dakwah dan seruan, sistem dan pemerintahan. Tidak asumsi lain yang dapat diklaim sebagai Islam, atau diklaim sebagai agama ini, kecuali jika ketaatan kepada Rasul direalisasikan dalam satu keadaan dan sistem.
Esensi jahiliah adalah sistem berpaham antroposentrisme, dimana manusia menempatkan diri sebagai pembuat hukum. Jahiliah adalah ketika manusia melampaui batas-batas kedaulatan. Padahal kedaulatan hukum hanyalah milik Allah. Itulah kenapa para Nabi dan Rasul menyerukan manusia agar kembali kepada hukum dan syariat Allah dan membuang semua hukum yang dibuat oleh manusia dan bertentangan dengan hukum Allah.
Jahiliah yang dilandasi oleh paham antroposentrisme banyak diceritakan dalam kisah-kisah kaum terdahulu. Misalnya saja kekuasaan fir'aun yang bukan hanya membuat hukum, namun sampai mengaku sebagai tuhan. Nabi Musa diutus Allah untuk mengingatkan bahwa Allah lah Tuhan yang sesungguhnya dan mengajak fir'aun untuk menjadi penyembah Allah dan taat kepada hukumNya.
Nabi Ibrahim diutus Allah untuk mendakwahi raja namrud yang juga dengan kekuasaannya berbuat sewenang-wenang kepada rakyatnya. Hal ini terjadi karena dirinya merasa paling berkuasa dan berhak membuat hukum semau kepentingannya sendiri. Antroposentrisme namrud mendapatkan kritik tajam dari Nabi Ibrahim, meski kekasih Allah ini harus menerima persekusi karena dakwahnya.
Rasulullah sendiri mendakwahi penguasa yang berada di tangan abu jahal dan abu lahab. Keduanya dengan paham antroposentrismenya membuat hukum sendiri yang bertentangan dengan hukum Allah. Segala macam kemaksiatan justru diperbolehkan dan bahkan mereka menyembah berhala. Rasulullah mendakwahi kekuasaan jahiliah pimpinan abu jahal dan abu lahab agar kembali kepada ketuhanan Allah dan mentaati syariahNya.
Semua Nabi dan Rasul sangat memahami bahwa sesungguhnya kedaulatan hukum hanya milik Allah. Hal ini sejalan dengan firman Allah : Sesungguhnya hukum itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS Yusuf : 40). Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (QS Al An'am : 116).
Secara genealogis, semua Nabi dan Rasul selalu menempatkan sebagai oposisi terhadap kekuasaan yang menjadikan manusia sebagai pemegang kedaulatan hukum, yang pada zaman ini disebut sebagai demokrasi. Dari sisi bentuk pemerintahannya bisa saja berupa kerajaan, federal, otoriter, republik atau apapun, jika manusia atau pemimpin yang diberikan kedaulatan hukum, maka bertentangan dengan Islam yang menjadikan Allah sebagai pemegang kedaulatan hukum secara mutlak. Sementara manusia dengan kekuasaannya wajib melaksanakan hukum Allah dalam mengurus urusan rakyat.
Genealogi adalah ilmu yang mempelajari silsilah atau asal-usul suatu keluarga atau individu. Tujuannya adalah untuk melacak hubungan antara anggota keluarga, memahami sejarah keluarga, dan mengidentifikasi leluhur. Namun dalam tulisan ini, yang disebut genealogi adalah proses pewarisan gerakan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bagi umat Islam hari ini, dengan melihat asal usul sejarah dakwahnya.
Genealogi dakwah Rasulullah Muhammad SAW mencakup perjalanan dan penyebaran ajaran Islam yang dimulai dari diri beliau sebagai nabi dan rasul. Genealogi dakwah Rasulullah dimulai dari tahap awal dakwah yang tersembunyi, Rasulullah mengajarkan tauhid dan mengajak masyarakat dan para pembesar Mekah untuk meninggalkan penyembahan berhala. Pasca hijrah, Rasulullah membangun daulah Islam di Madinah. Di sini, beliau membangun komunitas Muslim yang kuat dan mengembangkan ajaran Islam lebih lanjut.
Setelah hijrah, Rasulullah terlibat dalam berbagai pertempuran, seperti Perang Badar dan Uhud, serta melakukan berbagai perjanjian dan dakwah di kalangan suku-suku Arab. Setelah wafatnya Rasulullah pada tahun 632 M, para sahabat dan generasi berikutnya melanjutkan dakwah Islam ke berbagai belahan dunia, menjadikan Islam sebagai salah satu agama terbesar di dunia.
Kembali ke pembahasan awal, antroposentrisme modern menjelma menjadi sistem demokrasi dimana kedaulatan di tangan manusia dengan jargon dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Meski pada prakteknya menjadi dari oligarki, oleh oligarki dan untuk oligarki. Keduanya tetap terlarang dalam Islam karena menjadikan manusia seolah sebagai tuhan (antropomorpisme). Ideologi kapitalisme yang melahirkan demokrasi sekuler dan komunisme yang melahirkan paham ateisme terlarang dalam Islam. Maka muslim wajib oposisi dan haram berkoalisi.
Islam sesungguhnya memproklamirkan pembebasan manusia secara umum di muka bumi dari penghambaan kepada manusia dengan cara memproklamirkan ketuhanan Allah semata dan kekuasaanNya untuk mengatur seluruh alam yang berarti revolusi total terhadap kedaulatan manusia dalam segala wajah, bentuk, sistem dan suasananya, serta pembangkangan yang sempurna terhadap semua keadaan di muka bumi, ketika hukum di sana berada di tangan manusia dalam wajah apapun atau dengan ungkapan lain ketika di sana terjadi duplikasi ketuhanan manusia dalam berbagai bentuk.
Islam merupakan perjuangan total yang mustahil untuk dikompromikan. Rasulullah SAW tidak pernah melakukan tawar menawar dalam urusan agamanya, sekalipun beliau dalam posisi yang sangat sulit dalam keadaan yang sangat akut di Makkah. Beliau dan para sahabatnya yang merupakan kaum minoritas itu diisolir.
Mereka didzolimi, disiksa dan dianiaya dan dihadapi dengan sabar semata karena Allah. Tidak satupun kata yang didiamkam, ketika hendak dinyatakan di hadapan orang-orang kuat yang otoriter, dalam rangka menarik simpati hati mereka atau menafikan penganiayaan mereka. Di hadapan kaum Quraisy, Abu Jahal pernah berjanji dan bertekad membunuh Nabi Muhammad Saw. "Jika besok ia (Nabi Muhammad Saw) masih melakukan salat seperti yang kita lihat sekarang, sungguh aku akan membelah kepalanya dengan batu," kata Abu Jahal.
Sungguh kesabaran dalam dakwah dan perjuangan ini akan mendatangkan pertolongan Allah. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka. (QS Al Insan : 24). Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) para Rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka". (QS. Al-An'am : 34).
Ketika Rasulullah dirayu dan diajak berkoalisi dengan rezim jahiliah dan menghentikan dakwah Islam kepada rezim abu jahal, beliau menolak dengan tegas, meskipun dijanjikan tahta, harta bahkan wanita. Rasulullah Muhammad SAW menolak ajakan koalisi Abu Jahal dengan tegas karena ajakan tersebut bertentangan dengan prinsip dan ajaran Islam yang dibawanya. Abu Jahal, sebagai pemimpin Quraisy yang menentang dakwah Islam, menawarkan berbagai bentuk keuntungan duniawi untuk mengalihkan Rasulullah dari misinya.
Namun, Rasulullah dengan jelas menegaskan bahwa ia tidak akan mengorbankan kebenaran dan amanah yang diberikan Allah untuk mengejar keuntungan dunia dan akan tetap sebagai oposisi ideologis. Penolakan ini mencerminkan komitmen Rasulullah pada keesaan Allah dan tanggung jawabnya sebagai nabi. Ia menunjukkan bahwa iman dan keyakinan pada Allah jauh lebih berharga daripada tawaran dunia yang sementara.
Keteguhan sebagai oposisi dan terus mendakwahkan Islam kepada penguasa zolim adalah genealogi seorang muslim terhadap demokrasi dan kekuasaan sejenisnya yang menjadikan manusia sebagai pemegang kedaulatan hukum. Ini juga mengajarkan umat muslim untuk tetap teguh pada prinsip mereka meskipun dihadapkan pada tantangan dan godaan apapun. Jadi, secara genealogis, muslim itu oposisi terhadap demokrasi, bukan malah berkoalisi. Jika masih menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan.
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 08/10/24 : 09.45 WIB)