Oleh : Ahmad Sastra
Etika bertamu dalam Islam adalah bagian dari adab yang diajarkan dalam agama untuk menjaga keharmonisan dan kehormatan antara tuan rumah dan tamu. Tamu harus benar-benar memahami tuan rumah, agar kehadirannya memberikan kebaikan, bukan sebaliknya, menimbulkan kecemasan atau keresahan.
Tamu itu harus punya etika atau adab. Sebelum masuk ke rumah orang lain, tamu harus meminta izin terlebih dahulu. Dianjurkan untuk mengetuk pintu sebanyak tiga kali dengan jeda yang cukup, dan jika tidak ada jawaban, lebih baik pulang. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Al-Qur'an, Surah An-Nur (24:27): "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya." Sebab bisa jadi, tuan rumah memang sedang ada kegiatan yang tidak memungkinkan kehadiran tamu, bisa jadi juga karena sedang tidak berada di rumah, sehingga pintu tidak dibuka.
Ketika memasuki rumah orang lain, tamu hendaknya mengucapkan salam (Assalamu'alaikum) sebagai tanda doa untuk keselamatan tuan rumah dan keluarganya. Salam juga merupakan bentuk penghormatan dan kebaikan. Ketika berada di rumah orang lain, tamu hendaknya menjaga pandangannya dan tidak memerhatikan atau mengomentari hal-hal yang bersifat pribadi.
Tamu juga harus menahan diri dari bertanya hal-hal yang tidak perlu, apalagi kalau sampai menganjurkan sesuatu kepada tuan rumah tentang hal-hal yang memang sudah menjadi prinsip tuan rumah. Jika hal ini dilakukan, maka selain tak beretika, tindakan itu juga akan membuat resah tuan rumah. Dalam bahasa sekarang : cawe-cawe.
Sebaiknya bertamu pada waktu yang tepat dan tidak mengganggu aktivitas atau istirahat tuan rumah. Misalnya, menghindari bertamu pada waktu sangat pagi, larut malam, atau saat waktu makan kecuali diundang secara khusus. Apalagi jika tuan rumah sedang melaksanakan ibadah agamanya, maka tamu sebaiknya tidak menggangu. Misalnya sedang berkumandang azan, sebaiknya tamu membatalkan, karena tuan rumah hendak melaksanakan sholat. Jangan malah tamunya meminta tuan rumah untuk menghentikan azan, tamu kurang ajar namanya.
Tamu hendaknya tidak berlama-lama kecuali jika diizinkan oleh tuan rumah. Bertamu yang terlalu lama dapat mengganggu kenyamanan tuan rumah. Sebagai tamu, harus menerima apa pun yang disuguhkan oleh tuan rumah dengan rasa syukur, tidak menuntut lebih atau mengkritik, apalagi sampai cawe-cawe urusan tuan rumah.
Sebelum pulang, tamu dianjurkan untuk mendoakan tuan rumah sebagai bentuk terima kasih dan penghargaan. Doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah: "Allahumma barik lahum fima razaqtahum waghfir lahum warhamhum" (Ya Allah, berkahilah mereka atas apa yang telah Engkau rezekikan kepada mereka, ampunilah mereka, dan rahmatilah mereka). Etika-etika ini mengajarkan pentingnya menghormati privasi, waktu, dan kondisi tuan rumah, serta menciptakan suasana yang penuh dengan rahmat dan keberkahan dalam setiap pertemuan.
Tamu yang tidak beretika biasanya menunjukkan perilaku yang tidak menghormati tuan rumah atau melanggar norma-norma kesopanan yang dianjurkan dalam Islam maupun budaya setempat. Tamu yang datang tanpa izin atau pemberitahuan sebelumnya menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap waktu dan privasi tuan rumah. Mereka tidak mempertimbangkan apakah tuan rumah sedang sibuk, beristirahat, atau tidak siap menerima tamu.
Tamu yang langsung masuk ke rumah tanpa mengucapkan salam atau meminta izin terlebih dahulu melanggar norma kesopanan. Hal ini dapat membuat tuan rumah merasa tidak nyaman atau terganggu. Tamu yang suka mengamati, mengomentari, atau bahkan mengkritik kondisi rumah, barang-barang, atau kehidupan pribadi tuan rumah adalah bentuk perilaku yang tidak sopan. Hal ini bisa menyinggung perasaan tuan rumah dan menciptakan suasana yang tidak nyaman.
Tamu yang datang di waktu yang tidak tepat, seperti larut malam atau sangat pagi tanpa alasan mendesak, menunjukkan kurangnya pertimbangan terhadap kenyamanan tuan rumah. Tamu yang tidak tahu kapan harus pulang dan berlama-lama di rumah tuan rumah, apalagi tanpa diundang untuk tinggal lebih lama, menunjukkan sikap kurang peka. Ini bisa mengganggu aktivitas atau istirahat tuan rumah.
Tamu yang menolak, mengkritik, atau tidak menghargai sajian yang diberikan oleh tuan rumah, apalagi dengan komentar yang merendahkan, menunjukkan sikap tidak sopan dan tidak bersyukur. Tamu yang berbicara kasar, berperilaku tidak sopan, atau menimbulkan keributan di rumah tuan rumah adalah contoh tamu yang tidak beretika. Mereka gagal menjaga suasana yang tenang dan nyaman selama berkunjung.
Tamu yang mengungkit atau membahas masalah pribadi tuan rumah di depan orang lain, tanpa izin atau konteks yang sesuai, menunjukkan sikap tidak etis dan bisa membuat tuan rumah merasa malu atau tersinggung. Tamu yang membawa teman atau anggota keluarga lain tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada tuan rumah juga dianggap tidak beretika, terutama jika tuan rumah tidak siap atau tidak mengharapkan kedatangan orang lain.
Setelah menerima keramahan tuan rumah, tamu yang tidak mengucapkan terima kasih atau memberikan doa untuk tuan rumah menunjukkan kurangnya penghargaan atas kebaikan dan usaha tuan rumah. Tamu yang menunjukkan karakteristik-karakteristik ini tidak hanya melanggar etika sosial, tetapi juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan bahkan konflik dalam hubungan sosial. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk memahami dan mempraktikkan etika bertamu yang baik agar tidak malah menimbulkan keresahan tuan rumah.
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 04/09/24 : 10.40 WIB)