MENYOAL TERMINOLOGI PASUKAN BERANI MATI


 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Masyarakat kembali terusik batinnya saat mendengar kabar akan ada pasukan berani mati bela jokowi yang akan mengadakan apel akbar. Secara terminologi, istilah ini belum pernah ada sepanjang sejarah negeri ini.

 

Sontak publik ramai-ramai mengecam kehadiran pasukan berani mati pembela jokowi yang berencana mengadakan apel akbar di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, pada Minggu mendatang (22/9). Analis politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai keberadaan Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi tidak masuk akal."Itu relawan paling aneh sedunia," kata Ubedilah  kepada Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL, Minggu (15/9).

 

Menurutnya, seharusnya para relawan itu berani mati-matian membela NKRI bukan Jokowi yang pada 20 Oktober 2024 akan lengser dari kursi presiden."Karena berani mati kok untuk bela Jokowi, bukan untuk bela republik," tegas Ubedilah. Ubedilah meminta agar relawan tersebut dibubarkan. Karena cuma menunjukkan kelemahan Jokowi yang harus dibela secara mati-matian oleh relawannya.

 

Apel akbar dalam rangka apa ?. Apakah perlu ada pasukan berani mati bela Jokowi ?. Jika bela agama, bisa mati syahid dan masuk surga. Atau bela negara yang dijajah untuk mengusir penjajah bisa masuk surga juga, seperti rakyat Palestina yang dijajah oleh zionis Israel. Adalah kebaikan jika ada pasukan berani mati ini untuk dikirim ke Palestina untuk melawan penjajah zionis israel, sehingga akan lebih tepat. Bukan membela personal yang mungkin akan sia-sia.

 

Tidak ada terminologinya, jika ada pasukan berani mati bela jokowi. Jadi pasukan ini justru dipertanyaan keberadaannya. Apakah jokowi itu terancam ? Apakah polri dan militer atau paspampres itu tidak mampu menjaga Jokowi. Lantas untuk apa ada apel akbar ?.

 

Pasukan berani mati, menghadapi siapa ?. Apakah menghadapi penjajah ?. Masyarakat  baiknya tidak terpancing, karena bisa berefek pada bentrokan antar anak bangsa yang bisa jadi akan menelan korban. Jokowi perlu memberikan penjelasan dan sikap atas munculnya pasukan berani mati ini agar rakyat bisa memahami dengan baik dan tidak gagal paham. Jangan sampai rakyat berhadap-hadapan yang justru akan merugikan bangsa ini.

 

Jika benar akan ada pasukan berani mati bela jokowi sebanyak 20 ribu  untuk melakukan apel akbar tanggal 22 September 2024 maka perlu juga diberikan penjelasan dari mana dananya ?. Sebab acara itu tentu membutuhkan dana yang cukup besar untuk memenuhi semua kebutuhan akomodasi acara.

 

Pasukan berani mati itu semestinya merupakan pasukan pembela rakyat kecil yang selalu dalam kesulitan hidup di negeri ini. Namun, jika membela sosok dan keluargannya yang justru kontroversial, maka sesungguhnya tak layak dibela, apalagi kalau sampai berani mati. Istilah berani mati itu sebenarnya mati karena dibunuh siapa ?.

 

Dalam sejarah bangsa ini ada pasukan berani mati untuk melawan penjajah yang diinspirasi oleh resolusi jihad. Resolusi Jihad adalah sebuah fatwa yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy'ari, pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU), pada tanggal 22 Oktober 1945. Resolusi ini menjadi panggilan bagi umat Islam di Indonesia, terutama para santri, untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajahan kembali oleh Belanda dan Sekutu setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

 

Fatwa ini dikeluarkan sebagai tanggapan atas situasi genting di Surabaya saat itu, di mana pasukan Belanda dan Sekutu yang dipimpin oleh Inggris datang dengan tujuan mengambil alih wilayah yang sebelumnya dikuasai Jepang. Resolusi Jihad menekankan bahwa mempertahankan kemerdekaan adalah fardhu 'ain (kewajiban individu) bagi setiap Muslim yang berada dalam radius tertentu dari pertempuran.

 

Beberapa poin penting dari Resolusi Jihad adalah: (1) Setiap Muslim wajib ikut berperang jika tanah airnya dalam bahaya, terutama dalam jarak 94 kilometer dari tempat peperangan. Jika penduduk dalam jarak ini tidak cukup, maka kewajiban itu meluas ke seluruh umat Muslim di sekitarnya. (2) Mempertahankan kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai bagian dari jihad fisabilillah (perjuangan di jalan Allah), karena mempertahankan tanah air adalah kewajiban dalam Islam.

 

Resolusi Jihad ini kemudian mendorong perlawanan heroik dalam Pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945, yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. Semangat jihad yang digelorakan oleh KH Hasyim Asy'ari dan para ulama lainnya menjadi faktor penting dalam menggerakkan rakyat, terutama para santri dan pejuang, untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

 

Pasukan berani mati adalah sebuah terminologi yang merujuk pada kelompok atau unit militer yang secara sukarela dan sadar bersedia menjalankan misi-misi berbahaya, dengan risiko tinggi terhadap nyawa mereka. Mereka sering disebut sebagai pejuang yang siap mati dalam pertempuran demi tujuan yang lebih besar, seperti mempertahankan negara, keadilan, agama, atau keyakinan tertentu.

 

Dalam konteks sejarah di Indonesia, istilah ini sering digunakan dalam berbagai peristiwa sejarah, khususnya selama masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satu momen yang dikenal luas adalah dalam Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, di mana banyak pejuang Indonesia yang disebut sebagai "pasukan berani mati" karena mereka melawan pasukan sekutu yang jauh lebih kuat dalam persenjataan. Mereka rela mengorbankan nyawa demi mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih.

 

Dalam beberapa kasus, keberanian ini didorong oleh semangat jihad (jihad fi sabilillah) dalam konteks agama, seperti yang diilhami oleh Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy'ari. Di lain pihak, pasukan berani mati juga muncul dari rasa patriotisme yang tinggi, keinginan mempertahankan kedaulatan negara, dan semangat anti-penjajahan. Pasukan berani mati juga dikenal karena filosofi pengorbanan, di mana individu atau kelompok bersedia memberikan yang tertinggi, yakni nyawa mereka, untuk suatu tujuan yang dianggap lebih besar daripada kepentingan pribadi.

 

Sementara dalam perspektif sejarah global dalam Perang Dunia II, pasukan Jepang memiliki unit "kamikaze," yaitu pilot yang secara sukarela menjalankan misi bunuh diri dengan menabrakkan pesawat mereka ke kapal musuh. Dalam sejarah militer Romawi, pasukan yang diberi misi hampir mustahil juga disebut sebagai unit yang memiliki karakteristik berani mati.

 

Ciri-ciri pasukan berani mati memiliki kesiapan mental untuk menghadapi kematian sebagai bagian dari tugas mereka. Biasanya, mereka diutus untuk melaksanakan misi yang sangat berbahaya, seperti menyerbu benteng musuh atau menghadapi musuh yang jauh lebih kuat.

 

Mereka dipandang sebagai simbol keberanian luar biasa dan siap berkorban demi kepentingan bersama. Dalam sejarah Indonesia, pasukan berani mati sering kali bukan hanya dilihat dari aspek militer, tetapi juga sebagai representasi dari kekuatan spiritual dan moral yang membakar semangat perjuangan kemerdekaan.

 

Dalam Islam, istilah pasukan berani mati sering dikaitkan dengan konsep jihad fisabilillah (perjuangan di jalan Allah) atau mujahidin, yaitu mereka yang berjuang dengan penuh pengorbanan dalam membela agama, kebenaran, dan keadilan. Istilah ini menekankan semangat pengorbanan demi tujuan mulia, termasuk rela kehilangan nyawa dalam menjalankan misi tersebut.

 

Dalam terminologi pasukan berani mati dalam Islam ada istilah mujahidin. Mujahidin berasal dari kata "jihad," yang berarti perjuangan. Secara harfiah, mujahidin berarti "orang yang berjuang" atau "pejuang di jalan Allah." Mujahidin adalah orang-orang yang melakukan jihad, baik secara fisik (jihad dengan senjata) maupun melalui cara lain, seperti perjuangan melawan hawa nafsu. Dalam konteks militer, mujahidin adalah pejuang yang siap mengorbankan nyawa demi membela agama dan negara.

 

Semangat mujahidin sering kali dikaitkan dengan keberanian dan kesiapan untuk mati dalam pertempuran jika diperlukan, terutama dalam mempertahankan Islam atau menghadapi ketidakadilan.

 

Ada juga konsep syahid untuk pasukan berani mati dalam termonologi Islam. Syahid secara harfiah berarti "saksi," tetapi dalam konteks Islam, syahid merujuk pada seseorang yang mati dalam perjuangan di jalan Allah. Mereka yang meninggal dalam jihad disebut syuhada (jamak dari syahid) dan dijanjikan kedudukan yang sangat tinggi di akhirat.

Konsep syahid ini erat kaitannya dengan pasukan berani mati dalam Islam, karena pejuang yang meninggal dalam pertempuran dengan niat tulus untuk mempertahankan Islam dianggap sebagai syahid.

 

Ada juga konsep fida'I dalam Islam. Kata fida'i berarti "orang yang berkorban" atau "orang yang siap mengorbankan dirinya." Terminologi ini sering digunakan dalam konteks pejuang yang rela mengorbankan nyawa mereka untuk membela keyakinan agama atau tujuan yang lebih besar. Dalam sejarah Islam, istilah ini sering dikaitkan dengan pasukan yang menjalankan misi-misi berisiko tinggi, termasuk misi yang bisa mengakibatkan kematian.

 

Dalam konteks modern, istilah ini kadang dikaitkan dengan perlawanan melawan penjajahan atau tindakan-tindakan militer yang melibatkan risiko besar bagi para pejuangnya.

 

Konsep lainnya adalah istishhad yang berarti "mencari kesyahidan," atau dengan kata lain, kesediaan untuk mati sebagai syahid dalam perjuangan. Istilah ini merujuk pada tindakan mencari kematian yang terhormat dalam pertempuran demi mempertahankan agama atau tanah air.

 

Istishhadi adalah istilah yang digunakan untuk orang yang dengan sadar menjalankan misi berbahaya, di mana kemungkinan mereka akan gugur sangat tinggi, tetapi mereka melakukannya dengan keyakinan bahwa mereka akan mati sebagai syahid.

 

Yang paling sering di dengar dalam ajaran Islam kaitannya dengan pasukan berani mati adalah konsep jihad fisabilillah. Jihad fisabilillah adalah konsep jihad di mana seseorang berjuang "di jalan Allah" untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Dalam konteks ini, siapapun yang berperang dengan niat murni untuk membela agama atau negaranya, dan gugur dalam prosesnya, dianggap telah menjalankan jihad dan diberikan status syahid.

 

Jihad fisabilillah dapat melibatkan pasukan berani mati yang dengan kesadaran penuh bersedia menjalankan misi-misi berisiko tinggi demi mempertahankan keadilan atau kebenaran yang mereka yakini.

 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 15/09/24 : 14.42 WIB)

 

 

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.