FORUM DIASPORA DAN BRUTALISME DEMOKRASI


 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Sejumlah orang tak dikenal (OTK) membubarkan diskusi yang digelar Forum Tanah Air (FTA) di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan (Jaksel), Sabtu (28/9/2024). Diskusi tersebut bertajuk 'Silaturahmi Kebangsaan Diaspora'. Sebagaimana yang diungkapan dalam konferensi pers usai aksi pembubaran, bahwa agenda diskusi menyangkut kepedulian para tokoh nasional akan nasib negeri yang kian amboradul. FTA hadir untuk mendiskusikan solusi terbaik untuk masa depan bangsa.

 

Ditegaskan juga bahwa FTA sebagai forum intelektual yang membahas berbagai persoalan bangsa dengan memberikan solusi, kritik dan rekomendasi kepada para penyelenggara negara agar rakyat benar-benar berdaulat atas negeri sendiri, sebab faktanya negeri ini telah dikuasai oleh oligarki. Terjadinya perampasan tanah di berbagai wilayah membuktikan hal ini.

 

Dalam konferensi pers, Refly Harun menegaskan bahwa seharusnya forum itu tidak ditakuti, kecuali para koruptor uang negara yang mungkin akan takut. Orang yang takut kepada orang yang berpikir, maka dipastikan sebagai orang primitif. Ketua FTA Tata Kesantra sangat menyayangkan atas kejadian ini, bahkan menyebuatnya sebagai kajadian yang sangat memalukan dunia.

 

Ditegaskan oleh Rocky Gerung bahwa FTA merupakan jaringan diaspora yang ingin terus memperbarui informasi soal permasalahan yang terjadi di Indonesia. RG menegaskan bahwa FTA memang dimaksudkan sebagai tempat berkumpul pikiran-pikiran dari diaspora yang mereka yang ada di luar negeri, orang Indonesia di luar negeri supaya terbit semacam harapan bahwa Indonesia bisa diinvestasikan kembali melalui pikiran dan konsep.

 

Dalam pandangan penulis, ungkapan Said Didu dalam konsferensi pers bahwa negeri ini telah dikuasai oleh oligarki dilengkapi dengan ungkapan Din Syamsudin tentang kejahatan demokrasi menegaskan dua hal, pertama, FTA sesungguhnya telah memberikan kritik fundamental atas penerapan sistem yang salah di negeri ini, dalam bahasa Islam, namanya amar ma'ruf nahi munkar.  Kedua, FTA memberikan semacam penegasan bahwa demokrasi memang bukan sistem terbaik untuk negeri ini.

 

Demokrasi itu secara genetik adalah realisasi sistem kapitalisme yang dihegemoni oleh kepentingan oligarki, jadi jika terjadi banyak penindasan dan ketidakadilan merupakan sebuah keniscayaan. Demokrasi itu sistem politik berbiaya mahal dimana kaum kapitalislah yang akan mudah berkuasa dalam sistem ini, bukan orang yang baik. Siapa yang berduit, itulah yang akan menjadi pemimpin. Sementara orang berduit justru memiliki niat jahat dan seringkali tidak cakap dalam urusan negara.

 

Terungkap dalam dialog Plato, bahwa bapak pendiri filsafat Yunani Socrates, digambarkan sangat pesimis terhadap keseluruhan demokrasi. Dilansir laman The School of Life, dalam Buku Enam Republik, Plato menggambarkan Socrates terlibat dalam percakapan dengan karakter bernama Adeimantus. Socrates mencoba membuatnya melihat kekurangan demokrasi dan membandingkan masyarakat dengan kapal.

 

"Jika Anda melakukan perjalanan melalui laut," tanya Socrates. "Siapa yang idealnya memutuskan siapa yang bertanggung jawab atas kapal? Semua orang atau orang yang paham pelayaran?" "Yang terakhir tentu saja," kata Adeimantus. "Mengapa? Apakah kita terus berpikir bahwa hanya orang tua yang layak untuk menilai siapa yang harus menjadi penguasa suatu negara?" jawab Socrates. 

 

Dan seperti keterampilan apa pun, itu perlu diajarkan secara sistematis kepada orang-orang. Membiarkan rakyat memilih tanpa pendidikan, sama tidak bertanggung jawabnya dengan menempatkan mereka sebagai penanggung jawab atas "tiga kali pelayaran ke Samos dalam badai". 

 

Socrates pun harus mengalami langsung "bencana dari kebodohan pemilih." Pada 399 SM, dia diadili atas tuduhan palsu pemuda Athena. Juri yang terdiri dari 500 orang Athena diundang untuk mempertimbangkan kasus tersebut dan memutuskan dengan selisih tipis bahwa Socrates bersalah. Dia dihukum mati dengan hemlock dalam sebuah proses yang tragis.

 

RG mempertanyakan, kenapa acara itu dibubarkan ? Itu sebetulnya pertemuan di Kemang itu yang dimaksudkan untuk mengkonsolidasi pikiran, mengkonsolidasi ide. Jadi Kenapa mesti dibubarkan, tentu ada yang menyuruh membubarkan, padahal kebebasan berpendapat itu, dari awal kita berkali-kali terangkan, itu hak setiap warga negara.

 

Plato pernah menegaskan bahwa demokrasi pada akhirnya akan menjadi tirani dan anarkis karena berujung pada hegemoni oligarki, itulah salah satu alas an mengapa Plato dan Socrates menolak demokrasi. Artinya ketiga para oligarki berkuasa, maka dia akan menghabisi siapapun yang berani mengkritiknya. Inilah sebenarnya watak asli demokrasi.

 

Brutalisme yang terjadi di acara FTA itu justru merupakan watak asli demokrasi oligarki dimana orang-orang yang melakukan pengrusakan di tengah acara FTA yang mengkritik kekuasaan adalah orang-orang yang sangat mungkin disuruh dan dikenalikan oleh aktor intelektual. Para pembubar itu juga sangat mungkun dibayar oleh orang dibalik layar. Kritik atas kekuasaan memang akan sangat mengganggu penguasa dan oligarki.

 

Padahal mengoreksi penguasa yang telah melakukan penyimpangan adalah merupakan kebaikan dan bahkan kewajiban. Dulu para Nabi seperti Nabi Musa mengoreksi fir'aun, Nabi Ibrahim mengoreksi Namruz dan Nabi Muhammad mengoreksi abu jahal. Ketiganya adalah penguasa yang menyimpang dari ajaran Islam.

 

Amar ma'ruf nahi munkar adalah salah satu kewajiban utama bagi seorang Muslim. Istilah ini berasal dari bahasa Arab, di mana "amar ma'ruf" berarti memerintahkan yang baik, dan "nahi munkar" berarti mencegah yang buruk atau mungkar. Secara teologis, konsep ini sangat penting dalam ajaran Islam dan merupakan bagian dari tanggung jawab sosial dan moral setiap Muslim untuk menjaga kebaikan dan mencegah keburukan di lingkungan mereka. Ini diperintahkan dalam Al-Qur'an dan ditegaskan melalui hadits-hadits Nabi Muhammad.

 

Ada banyak ayat dalam Al-Qur'an yang memerintahkan umat Islam untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar. Beberapa di antaranya adalah di Surah Ali 'Imran (3:104) : "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."

 

Surah At-Taubah (9:71) : "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, serta mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

 

Selain Al-Qur'an, Rasulullah Muhammad ï·º juga banyak mengajarkan pentingnya menjalankan amar ma'ruf nahi munkar dalam hadits.  Dari Abu Sa'id Al-Khudri, Rasulullah ï·º bersabda : "Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman." (HR. Muslim)

 

Kewajiban muslim dalam amar ma'ruf nahi munkar setidaknya bisa dilihat dari berbagai aspek. Pertama, tanggung jawab kolektif. Kewajiban amar ma'ruf nahi munkar tidak hanya berlaku pada individu, tetapi juga pada level sosial. Dalam sebuah masyarakat Muslim, harus ada upaya bersama untuk mendorong kebaikan dan menghentikan keburukan. Ini bisa dilakukan oleh individu, kelompok kepada pemerintah yang memang telah menyimpang dari ajaran Islam.

 

Kedua, tahapan dalam menegakkan amar ma'ruf nahi munkar bisa melalui tangan (kekuasaan), melalui lisan dan terakhir melalui hati (doa dan ketidaksukaan). Bagi yang memiliki kekuasaan, seperti pemimpin atau orang yang memiliki otoritas, yang dapat mengubah kemungkaran dengan tindakan langsung, seperti penegakan hukum atau aturan.

 

Apabila seseorang tidak memiliki kekuasaan, ia bisa menggunakan lisan untuk memberikan nasihat dan peringatan, mengajak kepada kebaikan dan memperingatkan dari keburukan. Jika tidak memungkinkan untuk bertindak atau berbicara, seorang Muslim harus membenci kemungkaran dalam hatinya. Ini adalah bentuk terendah dari iman, tetapi tetap penting sebagai bentuk ketidaksetujuan terhadap keburukan.

 

Ketiga, sikap dan metode yang bijaksana dalam beramar ma'ruf nahi munkar.  Amar ma'ruf nahi munkar harus dilakukan dengan cara yang bijaksana dan penuh hikmah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah An-Nahl (16:125) : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

 

Allah memerintahkan Nabi Musa dan saudaranya, Harun, untuk mendakwahi Fir'aun dengan cara yang lemah lembut : Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut.(Surah Taha, 20:43-44).

 

Allah menceritakan dialog Nabi Musa ketika Allah mengutusnya kepada Fir'aun untuk membebaskan Bani Israil : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan berfirman), 'Datangilah kaum yang zalim itu, (yaitu) kaum Fir'aun. Mengapa mereka tidak bertakwa? (Surah Asy-Syu'ara, 26:10-11). Dalam ayat ini, Allah menggambarkan betapa kaum Fir'aun telah melakukan kezaliman yang besar, dan Nabi Musa diperintahkan untuk mendakwahi mereka.

 

Ketika Nabi Musa mendakwahi Fir'aun dan memperlihatkan mukjizat, Fir'aun justru menuduh Nabi Musa sebagai seorang tukang sihir : "Maka ketika Musa datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami yang nyata, mereka berkata, 'Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat, dan kami tidak pernah mendengar yang seperti ini di kalangan nenek moyang kami yang terdahulu.'" (Surah Al-Qasas, 28:36). Ini menunjukkan sikap keras kepala dan penolakan fir'aun meskipun telah diperlihatkan tanda-tanda kebenaran oleh Nabi Musa.

 

Dan pada akhirnya, para Nabi yang mendakwahkan Islam secara baik-baik itu harus mendapatkan persekusi dari para penguasa kafir tersebut. Nabi Muhammad mendapatkan ancaman pembunuhan dari rezim Abu Jahal, Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup oleh raja zalim namruz dan Nabi Musa diburu pasukan fir'aun karena hendak ditangkap dan dibunuh. Di ujung kisah, pada akhirnya kebenaran Islam yang dibawa para Rasul yang dimenangkan oleh Allah.

 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 30/09/24 : 10.40 WIb)

 

 

 

 

 

 





Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Categories