Oleh : Ahmad Sastra
Serangan bertubi-tubi kaum zionis Yahudi kepada kaum muslimin di Palestina dan kaum muslimin di berbagai belahan dunia oleh kaum salibis adalah kondisi yang tak akan berubah sampai kapanpun, kecuali umat Islam mau mengubah keadaan ini dengan bersatu dan Melakukan jihad perlawanan kepada musuh-musuh Islam ini. Syahidnya Ismail Haniya merupakan kesedihan besar bagi kaum muslimin seluruh dunia, sekaligus menjadi renungan mendalam, mengapa 2 milyar umat Islam begitu lemah saat ini.
Meskipun mati syahid sesungguhnya adalah akhir yang mulia dan menjadi dambaan setiap umat Islam, bahkan sesungguhnya masih hidup di sisi Allah bagi hambanya yang syahid. Allah tegaskan : Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Ali Imran : 169-170)
Syahidnya Ismail Haniya memberikan pesan penting bagi umat Islam bahwa pertama, betapa jelas permusuhan kaum Yahudi kepada umat Islam, sampai kapanpun. Kedua, betapa lemahnya umat Islam yang jumlahnya 2 milyar ini. Ketiga, lemahnya umat Islam karena tidak bersatu dan tidak adanya daulah Islam. Keempat, kaum muslimin tengah terjebak pada penyakit al wahn, yakni cinta dunia dan takut mati. Kelima, tercerabutnya ruhul jihad dalam jiwa mayoritas kaum muslimin.
Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 120, Allah telah menegaskan : "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, 'Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).' Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah."
Jika musuh Allah jelas-jelas melakukan penyerangan, maka umat Islam harus melakukan pembalasan yang seimbang yakni berjihad fi sabilillah. Persoalannya adalah disaat kaum muslimin tak bersatu, maka kaum muslim di Palestina tak bisa mengimbangi kekuatan tentara Israhell yang didukung oleh negara-negara besar inperialis. Allah tegaskan dalam Surah Al-Baqarah, Ayat 190: "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."
Allah juga menegaskan perintah jihad dalam Surah At-Taubah, Ayat 41: "Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." Ayat ini mengajak kaum Muslimin untuk berjihad dengan harta dan jiwa mereka, dalam segala keadaan.
Begitupun dalam Surah Al-Ankabut, Ayat 69 : "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." Ayat ini menunjukkan bahwa Allah akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang berjihad dengan niat mencari ridha-Nya.
Allah kembali menegaskan kemuliaan jihad dalam Surah An-Nisa', Ayat 95: "Tidaklah sama antara Mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar." Ayat ini menekankan keutamaan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwa mereka dibandingkan dengan yang tidak ikut serta tanpa uzur.
Jihad pada intinya adalah menolong agama Allah dengan harta dan jiwa. Allah menegaskan dalam Surah Muhammad, Ayat 7 : "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." Ayat ini menyatakan bahwa Allah akan menolong dan menguatkan kaum Muslimin yang berjihad menolong agama-Nya.
Ketika ruhul jihad telah tercerabut dari jiwa kaum Muslimin, beberapa konsekuensi dapat terjadi pada individu maupun komunitas Muslim secara keseluruhan. Kehilangan ruhul jihad dapat menyebabkan penurunan semangat dalam berjuang untuk mempertahankan nilai-nilai Islam dan dalam melaksanakan tugas-tugas keagamaan dengan penuh dedikasi. Semangat untuk berbuat kebaikan dan berkontribusi bagi masyarakat mungkin juga akan menurun, lebih-lebih berjihad dalam arti perang melawan kaum kafir yang menyerang kaum muslimin.
Jika ruhul jihad telah tercerabut dari jiwa-jiwa kaum muslimin, maka identitas, keberanian dan rasa kebanggaan sebagai seorang Muslim bisa melemah, sebab ruhul jihad tidak lagi menjadi bagian dari kehidupan. Kepekaan terhadap isu-isu yang menimpa umat Islam di berbagai belahan dunia bisa menurun dan bahkan hilang dari pikiran dan perasaan kaum muslimin.
Jika ruhul jihad telah tercerabut dari jiwa-jiwa kaum muslimin karena terjerat cinta dunia dan takut mati, maka kehidupan moral dan spiritual mungkin mengalami kemunduran karena hilangnya semangat untuk berjuang demi kepentingan Islam. Bahkan bisa jadi praktik keagamaan seperti shalat, puasa, zakat, dan haji bisa dilakukan dengan kurang semangat dan penghayatan. Kehilangan semangat jihad dapat berimbas pula pada kemunduran dalam bidang sosial dan ekonomi, karena semangat kerja keras dan inovasi bisa menurun.
Kesadaran untuk membangun komunitas yang kuat dan mandiri juga bisa berkurang bahkan akan terabaikan. Umat Islam akan terjebak pada kehidupan pribadi-pribadi (individualisme) dan tak peduli dengan urusan kaum muslimin di seluruh dunia. Padahal umat Islam adalah bagikan satu tubuh.
Ketika ruhul jihad melemah, pengaruh budaya dan ideologi luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam bisa lebih mudah masuk dan mempengaruhi kaum Muslimin, bahkan penjajahan dari musuh-musuh Islam akan sangat mudah masuk ke negeri-negeri kaum muslimin di seluruh dunia. Infiltrasi invasi budaya dan ideologi asing akan semakin kuat dan resistensi terhadapnya akan semakin melemah dalam jika kaum muslimin.
Tanpa ruhul jihad, kesatuan dan solidaritas di antara umat Islam bisa terancam, mengakibatkan meningkatnya konflik internal dan perpecahan. Persaingan dan pertikaian antar kelompok dalam komunitas Muslim bisa meningkat. Hanya dengan diiming-imingi tambang saja umat Islam langsung menerima, padahal jelas tambang merupakan hak rakyat yang harus dikelola negara dengan hukum Allah. Tambang adalah barang haram jika dikelola individu, ormas apalagi oligarki aseng dan asing, lebih haram lagi.
Syahidnya Ismail Haniya, mestinya semakin meningkatkan ruhul jihad dalam jiwa kaum muslimin, bukan malah semakin takut kepada musuh-musuh Allah, bukan malah semakin terpecah belah. Dalam konteks ini, penting bagi kaum Muslimin untuk terus memupuk dan mempertahankan ruhul jihad sebagai semangat untuk berjuang dan memperjuangkan Islam dari segala bentuk penjajahan kaum kafir di seluruh negeri-negeri muslim, khususnya di Palestina.
Jasad Ismail Haniya boleh telah tiada di dunia ini, namun ruhnya sesungguhnya masih hidup mulia di sisi Allah. Tinggal kaum muslimin di seluruh dunia untuk memacu dan menghidupkan ruhul jihad membela agama Allah ini. Jika bukan umat Islam yang mengubah, maka kondisi penjajahan ini tidak akan berubah. Allah menegaskan : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS Ar Ra'd : 11)
(AhmadSastra,KotaHujan,05/08/24 : 09.21 WIB)