RAKYAT BERHAK MUAK


 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Kata "muak" dalam bahasa Indonesia merujuk pada perasaan jenuh, bosan, atau sangat tidak suka terhadap sesuatu atau seseorang. Muak dengan demikian merujuk kepada kondisi psikologis terhadap situasi yang tidak menyenangkan. Ini adalah reaksi emosional yang muncul ketika seseorang merasa lelah, tidak nyaman, atau terganggu karena hal-hal tertentu yang terus-menerus terjadi atau berulang.

 

Ketika seseorang melakukan hal yang sama terus-menerus tanpa variasi, ini bisa menimbulkan rasa jenuh dan muak. Ketika harapan seseorang terus-menerus tidak terpenuhi atau selalu merasa dikecewakan, mereka bisa merasa muak.

 

Jika seseorang terus-menerus terpapar pada sesuatu yang tidak mereka sukai (seperti perilaku seseorang, bau, suara, atau situasi tertentu), rasa muak bisa timbul. Tingkat stres yang tinggi atau situasi yang menekan dapat membuat seseorang merasa muak dengan hal-hal di sekitarnya.

 

Ketika seseorang merasa tidak puas dengan kehidupannya atau dengan keadaan tertentu, rasa muak bisa muncul sebagai bentuk protes batin. Perasaan ini adalah bentuk alami dari respons emosional seseorang terhadap situasi yang tidak menyenangkan atau yang dianggap tidak bisa ditoleransi lagi.

 

Dalam melihat dan merasakan kontestasi politik di negeri ini yang kian carut maruk, hiruk pikuk para koruptor dan penipu rakyat, silih berganti berkuasa dan berlomba dalam memohongi rakyat, maka berhak muak kepada situasi ini. Apalgi jika situasi buruk ini semakin menjadi-jadi dari waktu ke waktu. Muak politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan rasa jenuh, frustrasi, atau ketidakpuasan yang mendalam terhadap dunia politik di negeri ini.

 

Ketika pemimpin politik atau partai yang berkuasa tidak memenuhi janji-janji mereka, atau terlibat dalam skandal, korupsi, atau kebijakan yang tidak populer, banyak orang merasa kecewa dan kehilangan kepercayaan, yang bisa memicu rasa muak. Rakyat berhak muak jika terus menerus ditipu oleh pemimpinnya sendiri yang telah dipilih saat pemilu.

 

Ketika politik menjadi sangat terpolarisasi, dengan perdebatan yang tajam dan konflik yang intens antara kelompok-kelompok yang berbeda, hal ini dapat membuat rakyat merasa lelah dan muak dengan ketegangan yang terus-menerus. Rakyat berhak muak saat melihat elit partai bertikai hanya untuk berebut kekuasaan, tanpa pernah memikirkan nasib rakyatnya.

 

Situasi politik yang tidak stabil atau penuh ketidakpastian, seperti perubahan kebijakan yang sering, pergantian pemimpin yang tidak terduga, atau krisis politik, dapat menyebabkan rasa cemas dan muak di kalangan masyarakat. Rakyat berhak muak saat kehidupan di negeri ini semakin susah. Pemimpin malah berkhianat dan bersekutu dengan para oligarki di atas penderitaan rakyat.

 

Rakyat berhak muak saat melihat perilaku pamer dan sombong dipertontonkan oleh para penguasa dan keluarganya. Pamer barang mewah di saat rakyat justru sedang perang melawan rasa lapar karena kemiskinan. Rakyat berhak muak saat melihat dagelan tidak bermutu yang dipertontonkan oleh pemimpin zolim.

 

Taktik manipulatif, propaganda, atau informasi yang menyesatkan dari politisi atau media dapat menyebabkan orang merasa lelah dan tidak percaya, yang kemudian berujung pada rasa muak terhadap politik secara keseluruhan. Entah mau berapa kali lagi rakyat selalu menjadi tumbal politik para pengkhianat bangsa ini ?.

 

Ketika orang merasa bahwa suara mereka tidak didengar atau bahwa mereka tidak dapat mempengaruhi perubahan melalui proses politik, mereka mungkin merasa muak dan apatis terhadap politik. Konon katanya, rakyat berdaulat di negeri ini, namun faktanya partailah yang berdaulat, bahkan ketua partailah yang berdaulat. Sementara ketua-ketua partai berkomplot dengan para cukong, maka rakyat berhak muak dengan semua ini.

 

Rasa muak karena pemimpin yang zalim adalah reaksi emosional yang muncul ketika seseorang merasa lelah, frustrasi, dan tidak tahan lagi dengan kepemimpinan yang tidak adil, sewenang-wenang, atau menindas. Pemimpin zalim biasanya menggunakan kekuasaan mereka untuk keuntungan pribadi, menindas rakyat, dan mengabaikan prinsip keadilan serta kesejahteraan publik.

 

Pemimpin zalim sering kali melakukan kebijakan atau tindakan yang secara terang-terangan tidak adil, seperti diskriminasi, penindasan terhadap kelompok tertentu, atau penggunaan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaan. Ketidakadilan yang terus-menerus ini dapat memicu perasaan muak yang mendalam.

 

Ketika pemimpin menggunakan kekuasaan mereka untuk memperkaya diri sendiri, keluarga, atau kelompok mereka, sementara rakyat menderita, hal ini dapat menimbulkan rasa muak. Korupsi yang merajalela mengikis kepercayaan publik dan menambah rasa frustrasi.

 

Pemimpin yang zalim sering kali tidak peduli dengan kesejahteraan rakyatnya, memprioritaskan kekuasaan atau kepentingan pribadi di atas kepentingan umum. Kebijakan yang merugikan rakyat, seperti pengabaian terhadap kesehatan, pendidikan, atau ekonomi, dapat memicu rasa muak yang besar.

 

Ketika seorang pemimpin menggunakan kekerasan, intimidasi, atau penindasan untuk mengendalikan rakyat atau menekan oposisi, hal ini dapat menimbulkan rasa takut dan muak yang mendalam. Rakyat yang merasa tertekan dan tidak bisa bebas mengekspresikan diri atau menuntut keadilan akan merasa sangat muak terhadap pemimpin semacam ini.

 

Pemimpin zalim sering kali tidak mau bertanggung jawab atas tindakan mereka. Mereka mungkin menutup-nutupi kesalahan, menolak kritik, atau menghukum orang-orang yang berusaha menegakkan keadilan. Ketidakmampuan untuk meminta pertanggungjawaban pemimpin seperti ini bisa membuat rakyat merasa muak dan tidak berdaya.

 

Rasa muak terhadap pemimpin yang zalim sering kali menjadi pendorong bagi gerakan perlawanan, protes, atau perubahan sosial. Rakyat yang merasa muak bisa mencari cara untuk melawan ketidakadilan, baik melalui protes damai, kampanye politik, atau bahkan revolusi dalam kasus yang ekstrem.

 

Rasa muak politik sering kali diiringi oleh keengganan untuk terlibat dalam diskusi politik, mengikuti berita politik, atau bahkan berpartisipasi dalam pemilihan umum. Ini bisa menjadi tanda dari ketidakpuasan yang mendalam terhadap sistem politik yang ada, dan dalam beberapa kasus, bisa mendorong gerakan untuk perubahan atau reformasi. Jadi jika sekarang rakyat banyak yang memilih golput, mungkin mereka sudah sangat muak, muak sekali.

 

(AhmadSastra,KotaHujan, 30/08/24 : 21.30 WIB)

 

 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.