Oleh : Ahmad Sastra
Forum Doktor
Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) ke 44 kembali hadir di publik melalui acara FGD
online bertema ekonomi yang diadakan pada tanggal 15 Juni 2024. Kali ini FDMPB
mengakat Judul besar Sengkarut Ekonomi Nasional dan Masa Depan Bangsa. Acara kali
ini dilatarbelakngi kondisi ekonomi nasional yang semakin carut matur. Diantara
masalah di negeri ini adalah korupsi, IKN, Tapera, UKT, Pajak, Utang, kenaikan
harga, banyaknya PHK dan masih banyak lagi persoalan yang mendera negeri ini.
Bertubi-tubi
masalah mendera bangsa ini, dari mulai masalah ekonomi sulit sampai korupsi
kaum elit. Tidak tanggung-tanggung ratusan triliun uang negara ini dikorupsi
oleh pejabat yang berakhlaq bejat, yang membuat miris bahwa kerugian negara
menjadi tanggung ‘bersama’ rakyat jelata. Memang fakir miskin dan anak
terlantar‘ dipelihara’ oleh negara (kapitalis) untuk dijadikan sebagai
komoditas. Inilah salah satu masalah terjadinya Sengkarut permasalah ekonomi
bangsa ini.
Dalam acara
FGD ini, keynote speaker, Assoc. Prof. Dr. Fahmi Lukman, M.Hum yang mengangkat
tema Negara dan Sistem Ekonomi memberikan kritik tajam atas sistem ekomomi
kapitalisme yang telah diterapkan di negeri ini. Sistem kapitalisme memiliki
banyak kesalahan, diantaranya konsep tentang kepemilikan sumber daya alam,
dimana sumber daya alam milik umum justru menjadi milik individu.
Kesalahan
berikutnya dari sistem ekonomi kapitalisme adalah utang dengan sistem ribawi. Sistem
ribawi diharamkan dalam Islam yang pada akhirnya akan menambah kesengsaraan
rakyat dan ketidakberkahan hidup. Sistem kapitalisme adalah sistem yang tidak
manusiawi karena akan menjerumuskan masyarakat dalam kubangan kemiskinan. Karena
itu tinggalkan sistem ekonomi kapitalisme dan sekulerisme. Allah menjanjikan
Islam sebagai sistem sempurna dan paripurna yang akan memberikan solusi bagi
persoalan masyarakat.
Rasulullah
telah mempraktekkan bagaimana mengelola ekonomi dan dilanjutkan oleh para
khalifah yang menghasilkan kemerataan kekayaan bagi seluruh rakyat. Kesejahteraan
dirasakan oleh seluruh rakyat. Karena itu solusi yang ditawarkan oleh Islam
mestinya menjadi kesadaran bagi bangsa ini. Sebab Islam adalah rahmat bagi
semesta alam. Rahmat berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat.
Dr. Erwin
Permana, Pengamat Ekonomi Univ Pancasila yang mengangkat tema Menyoal Tapera
dan UKT Pendidikan menyoroti bahwa tapera dan UKT menunjukkan pemerintah telah
membuat perencanaan yang tidak matang. Tapera bukanlah solusi untuk rakyat
mendapatkan rumah, sebab dari jumlah yang ditabung tidak berbanding lurus
dengan besaran uang dan harga rumah. Dengan tabungan sekitar 3 persen perbulan,
maka akan membutuhkan puluhan bahkan hingga ratusan tahun untuk bisa membeli
rumah dna ini adalah mustahil. Belum lagi soal kehidupan masyarakat yang sudah
susah dengan adanya berbagai pungutan.
Menyoroti
adanya kebijakan UKT disoroti oleh Dr. Erwin hanya akan membebani rakyat yang
terkategori kezoliman, sebab pendidikan adalah tanggungjawab negara untuk
mewujudkan visi untuk mencerdasakan kehidupan bangsa. Sudahlah hidup rakyat
kesulitan pendapatan saat hidup di negara kapitalisme karena, masih juga
ditambah dengan berbagai bentuk pungutan seperti UKT yang meningkat tinggi. Ini
adalah bentuk kezoliman, sebab 98 persen rakyat akan merasakan keberatan hidup
di negara kapitalisme.
Dr. Rizal
Taufiqurrahman, Ekonom Senior INDEF yang mengngkat tema Proyek IKN dalam
Tinjauan Ekonomi Nasional menyoroti Perencanaan IKN yang kurang matang, baik
dari sisi modal maupun dari sisi persiapan lahan. Kebijakan IKN dinilai sebagai
kebijakan yang serampangan. Ketercapaian
target menjadi sangat jauh dikarenakan berbagai persoalan tadi, hingga
mundurnya ketua otoritas IKN. Seringkali pemerintah saat membuat kebijakan dan
implementasi berdasarkan Keinginan, bukan kebutuhan (fundamental need).
Kebijakan
harus dibangun dan diformulasi sesuai dengan kebutuhan dan bertujuan untuk
kesejahteraan masyarakat. Ekonomi itu ada tiga fungsi : produksi, konsumsi dan
distribusi. Negara harus mendistribusikan kesejahteraan masyarakat. Muara dari
ekonomi adalah kesejahteraan rakyat, maka perlu dimatangkan dari sisi
perencanaan dan kebijakan, sehingga semua kebutuhan dasar rakyat terpenuhi. Kebijakan
harus bijak dan dapat dirasakan kebaikan bagi rakyatnya. Sebaiknya kebijakan
yang buruk akan menjadi malapetaka bagi rakyat.
Prof. Dr.
Firman Menne, Guru Besar Ilmu Ekonomi yang mengangkat tema Dilema Sistem
Ekonomi Berbasis Utang dan Pajak memberikan sorotan yang tidak kalah tajam. Menurutnya,
sistem defisit APBN mengharuskan mengandalkan utang dan pajak dan inilah awal
dari masalah ekonomi negeri ini. Belanja
negara bunga utang 40 persen dan 82 persen dari pajak, lainnya digunakan untuk
belanja barang, belanja SDM dan modal telah menimbulkan berbagai persoalan
ekonomi yang rumit di negeri ini. Belum lagi
masalah kebocoran utang saat digunakan dalam proyek karena banyaknya oknum yang
korup.
Utang buat
modal yang tidak bisa dirasakan masyarakat, akhirnya meminjam kepada rakyat
berupa tapera. Ini masalah besar, dalam sudut
pandang agama, utang berbunga kepada kreditur, bunga dosa dan akan menimbulkan
mudarat bagi bangsa ini. Sementara masyarakat dalam kondisi ekonomi yang susah
sehingga bisa dikatakan rakyat menjadi sapi perah.
Di negeri
ini, rakyat dipalak sementara pengusaha diberikan keleluasaan untuk mengelola asset
masyarakat. Utang dari china, jika tak bisa membayar, asset negara akan di take
over oleh china. Hasil Penelitian dari
tahun 20210 sampai 2019 menunjukkan hasil negatif terkait dengan pertumbuhan
ekonomi berbasis utang. Indonesia akan
dalam kubangan kemiskinan terus menerus, hidupnya juga tidak akan tenang.
Dengan sistem
kapitalisme, dimana utang dan pajak dijadikan pijakan ekonomi, maka negara akan
tersandera, kemandiriannya akan terganggu.
Karena itu negara ini harus melakukan transformasi sistemik menuju sistem
ekonomi Islam. Pajak dalam Islam :
memenuhi kebutuhan rakyat, saat kas di baitul mal habis, itupun hanya diambil
dari orang kaya dan muslim, tidak boleh
kepada orang miskin dan non muslim.
Potensi sumber
daya di darat, laut dan udara di negeri ini luar biasa, sayangnya diberikan kepada
oligarki aseng dan asing. Mestinya pengelolaannya dikembalikan kepada sistem
Islam, dikelola oleh negara dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan rakyat. Karena itu segera tinggalkan kapitalisme dan sekulerisme
dan kembali kepada Islam sebagai landasan sistem ekonomi atau sistem lainnya. Islam
harus diterapkan secara kaffah, sehingga menjadi solusi bagi seluruh persoalan
yang dihadapi oleh rakyat.
(AhmadSastra,
KotaBogor, 15/06/24 : 10.40 WIB)
Alhamdulillah, para ahli terus berkomentar untuk perbaikan negeri ini
BalasHapusMenurutku artikel ini mengajak kita untuk lebih peduli terhadap kondisi ekonomi nasional.
BalasHapusSebagai mahasiswa atau generasi muda, kita harus lebih aktif mencari solusi dan mengambil peran dalam memperbaiki ekonomi bangsa. Jangan hanya mengkritik, tapi juga berusaha untuk ikut berkontribusi. Dengan begitu, kita bisa memastikan bahwa masa depan bangsa akan lebih cerah.