SALAM LINTAS AGAMA DAN HARAMNYA SINKRETISME - Ahmad Sastra.com

Breaking

Jumat, 07 Juni 2024

SALAM LINTAS AGAMA DAN HARAMNYA SINKRETISME



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui (QS Al Baqarah : 42)

 

Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS Al Kafirun : 1-6)

 

Surat Al Baqarah ayat 42 menegaskan bahwa dalam Islam dilarang mencampuraduk ajaran Islam dengan ajaran agama lain, keyakinan Islam dengan keyakinan agama lain, ritual Islam dengan ritual agama lain. Sikretisme adalah bagian dari pluralisme yang bersifat teologis, bukan sosiologis. Secara teologis, makna toleransi adalah sebatas membiarkan, bukan mencampur aduk.

 

Islam tidak melarang kolaborasi sosiologis, selama tidak melanggar syariat. Dalam lintas agama sama kedudukannya dengan doa lintas agama yang sifatnya teologis yang karenanya terlarang dalam Islam. Sebagaimana haramnya pluralisme, maka sinkretisme juga diharamkan dalam Islam.

 

Plularisme yang menghasilkan sinkretisme adalah bagian dari ghazwul fikri yang harus disadari oleh umat Islam dalam rangka menjaga dan merawat aqidah Islam. Pintu masuk menuju paham pluralisme dan sikkretisme adalah narasi moderasi agama atau beragama. Moderasi beragama adalah anak kandung pluralisme yang bersifat teologis, bukan sosiologis.

 

Berbagai apologi untuk membolehkan moderasi beragama hanyalah suara orang-orang yang sudah mabok moderasi atau mendapatkan proyek merusak Islam dari musuh-musuh agama ini. Dunia memang menggiurkan bagi para pemujanya. Allah sendiri menyinggung agar tidak menjual agama dengan harga sedikit.

 

Berimanlah kamu kepada apa (Al-Qur’an) yang telah Aku turunkan sebagai pembenar bagi apa yang ada pada kamu (Taurat) dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya. Janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga murah dan bertakwalah hanya kepada-Ku. (QS Al Baqarah : 40)

 

Tuntunan pada ayat di atas dipertegas lagi dengan mengajak mereka memeluk Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Dan berimanlah kamu kepada apa, yakni Al-Qur'an, yang telah Aku turunkan kepada Nabi Muhammad yang membenarkan apa, yakni Taurat, Zabur, dan lain-lain, yang ada pada kamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama, yakni yang paling gigih dan paling keras mengingkari dan kafir kepadanya. Janganlah kamu jual, campakkan, atau tukar ayat-ayat Ku dengan kemegahan duniawi dan dengan harga yang pada hakikatnya murah walaupun tampak mahal, dan bertakwalah hanya kepada-Ku, sebab dengan itu kamu akan dapat menjalankan perintah-Ku dan meninggalkan larangan-Ku, sehingga kamu tidak terjerumus dalam kesesatan.

 

Secara etimologis, sinkretisme berasal dari perkataan syin dan kretiozein atau kerannynai, yang berarti mencampurkan elemen-elemen yang saling bertentangan. Adapun pengertian sinkretisme menurut istilah, adalah suatu gerakan di bidang filsafat dan teologi untuk menghadirkan sikap kompromi pada hal-hal yang berbeda dan bertentangan.

 

Tercatat pada abad ke-2 dan ke-4 aliran neo platonisme berusaha menyatukan agama-agama penyembah berhala. Selanjutnya pada masa renaisan muncul usaha untuk menyatukan antara gereja Katholik Timur dan katholik barat. Pernah juga muncul gerakan untuk mengawinkan antara aliran lutherian dengan aliran-aliran lain dalam protestan. Sementara dalam bidang filsafat, pernah muncul usaha untuk mengharmoniskan pertentangan antara pemikiran Plato dan Aritoteles mengenai sinkretisme. Ada beberapa definisi sinkretisme menurut beberapa tokoh, ialah :

 

Niels Mulder merumuskan, sinkretisme adalah upaya untuk menenggelamkan berbagai perbedaan dan menghasilkan kesatuan di antara berbagai sekte atau aliran filsafat. Dengan kata lain upaya menghasilkan kesatuan itu merupakan tujuan tertinggi, dan demi hal itu dianggap pantas untuk mengorbankan prinsip dan dogma. Sedangkan Akbar S Ahmed sebagaimana mengatakan pengertian sinkretisme Islam artinya percampuran antara islam dengan unsur - unsur lokal (jawa) dalam cara yang tidak genuine dan sedikit agak dipaksakan.

 

Sebutan sinkretisme memang mengandung nada ejekan (pejoratif), yakni bahwa Islam tidak lagi tampil sebagai dalam wujudnya yang asli tetapi sudah tercampur dengan unsur-unsur eksternal. Islam yang “sinkretis” sebagaimana kita lihat dalam masyarakat Jawa dengan demikian menggambarkan suatu genuine keagamaan yang sudah jauh dari sifatnya yang “murni” yang datang dari Allah melalui Rasulullah SAW.

 

Adalah tepat jika MUI menyebutkan bahwa penggabungan ajaran berbagai agama termasuk pengucapan salam dengan menyertakan salam berbagai agama dengan alasan toleransi dan / atau moderasi beragama bukanlah makna toleransi yang dibenarkan. Dalam Islam, pengucapan salam merupakan doa yang bersifat ubudiah, karenanya harus mengikuti ketentuan syariat Islam dan tidak boleh dicampuradukkan dengan ucapan salam dari agama lain.

 

Pengucapan salam yang berdimensi doa khusus agama lain oleh umat Islam hukumnya haram. Pengucapan salam dengan cara menyertakan salam berbagai agama bukan merupakan implementasi dari toleransi dan/atau moderasi beragama yang dibenarkan. Sebab sebagaimana ditegaskan di awal tulisan ini, bahwa inti toleransi adalah membiarkan ritual agama lain. Toleransi itu bukan bermakna mengakui kebenaran agama lain, mengikuti ritual agama lain atau mencampur aduk ajaran Islam dengan ajaran agama lain. Sinkretisme bukan bagian dari praktek toleransi, tapi praktek dari sebuah kesesatan beragama, khususnya bagi umat Islam.

 

Islam adalah dien yang menyeluruh dan sempurna dan pasti mempunyai solusi (pemecah) atas segenap persoalan yang terjadi di antara ummat manusia, termasuk salah satunya adalah bagaimana mengatur hubungan di dalam anggota masyarakat. Sudah terlalu banyak fakta yang bisa dibuktikan bahwa selama berabad-abad ketika seluruh aturan-aturan Islam diterapkan secara keseluruhan maka disitulah Islam sebagai “rahmatan lil ‘alamin”, tanpa harus melanggar syariat dan ketentuan Allah.

 

(AhmadSastra,KotaHujan,07/06/24 : 09.59 WIB)

 






__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories