POLITIK DAGANG BABI





 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Politik dagang sapi secara sederhana artinya politik transaksional. Praktek politik dagang sapi berupa tawar-menawar antara beberapa partai politik dalam menyusun suatu kabinet koalisi atau ujung-ujungnya bagi-bagi kursi. Sementara politik gentong babi sebuah istilah yang akhir-akhir ini juga mencuat sebagai respons terhadap Praktik politik di negeri ini. Politik gentong babi adalah usaha petahana (incumbent) untuk menggelontorkan dan mengalokasikan sejumlah dana, dengan tujuan tertentu. Tujuan tertentu ya tujuan politik maksudnya.

 

Praktek politik demokrasi di negeri ini sudah seperti pasar yang sedang bertransaksi jual beli, hanya saja yang dijual belikan barang haram. Itulah mengapa dalam demokrasi terjadi banyak suap-menyuap, korupsi dan sejenisnya. Jadi jika digabungkan antara politik dagang sapi dan gentong babi menjadi politik dagang babi yang artinya politik transaksional dengan cara-cara haram dan untuk meraih tujuan haram. Demokrasi itu semacam lingkaran setan sistem politik.  

 

Wacana adanya penambahan jumlah kementerian di era pemerintahan Prabowo-Gibran tengah mencuat. PAN mengatakan gagasan itu untuk mengakomodir keberlangsungan kebijakan pemerintahan mendatang. Ada politikus dari partai koalisi yang menegaskan bahwa persoalan penambahan jumlah kursi menteri dalam kabinet yang akan datang itu tentu adalah juga bagian yang perlu dipikirkan secara bersama-sama. Alasannya Indonesia ke depan kan lebih sulit dibandingkan dengan periode sebelumnya apalagi secara geopolitik persaingan kita di dunia internasional cukup besar.

 

Di atas adalah contoh apologi politik atau bualan politik dari partai koalisi yang akan terus berulang-ulang dalam sistem demokrasi ini. Demokrasi itu sistem terburuk dalam memilih pemimpin. Demokrasi adalah sistem berbiaya mahal yang pada akhirnya semua orang yang merasa telah mendukung harus mendapatkan jatah. Bahkan musuh politikpun akan ditawari jatah agar tidak menjadi oposisi. Sangat buruk, demokrasi itu sangat buruk. Apologi apapun yang dilontarkan oleh partai koalisi tidak akan dipercaya rakyat. Lagian mereka juga pada sadar bahwa dirinya sedang membohongi rakyat, iya kan ?

 

Jika ada kader partai koalisi yang mengatakan bahwa penambahan jumlah kursi menteri itu bukanlah politik dagang sapi, maka politisi itu memang seolah dilahirkan untuk menjadi penipu rakyat. Bisa juga karena adanya pendidikan politik yang disorientasi di tipa partai politik. Politik itu seolah maknanya siapa dapat apa. Tidak ada lagi pikiran para politisi untuk mencerdasakan kehidupan bangsa, mensejahterakan rakyat dan melindungi segenap tumpah darah bangsa Indonesia.

 

Koran kompas pernah menulis terkait politik gentong babi. Nama lain politik gentong babi adalah pork barrel politics. Sebenarnya politik semacam ini banyak dilakukan, namun sering kali tidak disadari. Apa itu politik gentong babi atau pork barrel politics? Pengertian politik gentong babi Dikutip dari jurnal Politik Pork Barrel di Indonesia (2011) oleh Antonius Saragintan dan Syahrul Hidayat, berikut pengertian politik gentong babi: "Politik gentong babi adalah usaha petahana (incumbent) untuk menggelontorkan dan mengalokasikan sejumlah dana, dengan tujuan tertentu." Adapun tujuan yang dimaksud ini mengarah pada upaya petahana untuk membuat dirinya terpilih kembali dalam pemilihan umum, dan menjabat selama beberapa tahun ke depan.

 

Sementara itu, dilansir dari Investopedia, politik gentong babi adalah upaya lembaga legislatif untuk menyelipkan sejumlah dana ke proyek lokal anggaran yang lebih luas. Walaupun proyek tersebut sebenarnya tidak berhubungan langsung juga berdampak besar, bagi undang-undang dan masyarakat saat ini. Menurut Annie Duke dalam buku Quit (2022), berikut pengertian politik gentong babi: "Politik gentong babi adalah penggunaan dan pengalokasian dana publik, demi mendapat keuntungan politik, dengan mengalihkan anggaran pada keperluan politik." 

 

Sejarah politik gentong babi Dalam buku Politik Tanpa Korupsi (2021) oleh Herdiansyah Hamzah, sejarah politik gentong babi tidak dapat dipisahkan dari tradisi sistem politik di Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam, politik ini mengacu pada pengeluaran politisi untuk kepentingan konstituennya. Hal itu dilakukan sebagai bentuk balas jasa atau imbalan atas dukungan politik dalam kampanye dan pemungutan suara. Sebenarnya istilah gentong babi sendiri merujuk pada gentong, tong, atau wadah yang terbuat dari kayu untuk menyimpan dan mengawetkan daging babi asin.

 

Istilah gentong babi digunakan untuk merujuk pada pengeluaran pemerintah yang menggemuk atau boros. Terminologi gentong babi pertama kali digunakan oleh John Farejohn, untuk mengungkap kasus atau fenomena serupa di lembaga Congress, Amerika Serikat. Walau perwujudan atau realisasi anggarannya ada, politik gentong babi tetap tidak dibenarkan. Karena sistem politik ini dipakai untuk mencapai keuntungan sepihak saja.

 

Jadi kesimpulannya, jika demokrasi sekuler yang masih dipraktekkan di negeri mayoritas muslim ini, maka yang akan terjadi tetaplah kesengsaraan dan bahkan kehancuran kehidupan rakyat di negeri ini. Dengan demokrasi sekuler, negeri ini tidak akan mendapatkan keberkahan dari Allah, sebab demokrasi adalah sistem kufur warisan penjajah yang sarat dengan transaksi haram demi meraih kekuaraan yang korup. Jadi demokrasi itu bisa disebut sebagai politik dagang babi.

 

(AhmadSastra,KotaHujan,13/05/24 : 09.11 WIB)

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.