Oleh : Ahmad
Sastra
Persamaan waktu
perayaan hari raya Idul Fitri 1445 H merupakan momentum indah bagi kaum
muslimin seluruh dunia. Hal ini sangat dimungkinkan dan seharusnya seperti itu,
sebab umat Islam di seluruh dunia tinggal di bumi yang sama, dibawah langit
yang sama, matahari dan bulan yang sama. Terlebih jika umat ini memiliki satu
kemauan, maka kemampuan umat ini sangat luar biasa.
Sungguh umat Islam
di seluruh dunia adalah umat yang satu, sebab umat Islam seluruh dunia bertuhankan
satu yakni Allah SWT, bernabikan satu yakni Rasulullah Muhammad SAW,
berkitabkan satu yakni Al Qur’an Al Karim, berkiblatkan satu yakni Ka’bah,
berikrarkan satu yakni dua kalimat syahadat dan beragamakan satu yakni dinul
Islam.
Umat Islam tinggal
bersatu mengikrarkan visi persatuan dengan berbahasa satu yakni bahasa Arab,
berbendera satu yakni bendera tauhid dan bernegara satu yakni daulah khilafah
islamiyah. Sungguh umat Islam adalah satu, bersaudara dan haram berpecah belah.
Cukuplah ayat-ayat
berikut menjadi renungan umat Islam seluruh dunia, agar kelak tidak menyesal
saat menghadap pengadilan Allah, disaat tidak memiliki visi persatuan umat.
Pertama, Surah
Al-Anfal (8:46), "Dan taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu
hilang, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar."
Kedua, Surah Ali
'Imran (3:103), "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara. Dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk."
Ketiga, Surah
Al-Ma'idah (5:48), "Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an)
dengan membawa kebenaran, membenarkan Kitab (Taurat) yang sebelumnya dan
menjadi penjaga baginya. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami
berikan hukum dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia
jadikan kamu umat yang satu juga, tetapi (Allah menyertakan kamu) supaya Dia
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitakan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu."
Keempat, Surah
Al-Hujurat (49:10), "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara,
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat."
Kelima, Surah
Al-An'am (6:159), "Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya
dan mereka menjadi beberapa golongan, bagimu (Muhammad) bukanlah urusan mereka
sedikitpun. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah kepada Allah, kemudian Allah
memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan."
Keenam, Surah
Al-Anbiya (21:92), "Sesungguhnya ini, umatmu adalah umat yang satu, dan
Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku."
Secara historis,
khilafah Islamiyah telah secara gemilang bisa menyatukan umat Islam seluruh
dunia. Secara empirik, nasionalisme buatan penjajah Barat telah memecah belah
umat Islam dalam negara-negara kecil yang saling berpecah belah. Nasionalisme adalah
negara yang dikendalikan oleh penjajah, karena memang warisan penjajah untuk
memecah belah persatuan umat Islam pasca keruntuhan Khilafah Turki Utsmani.
Esensi khilafah merujuk
pada inti atau hakikat dari konsep kepemimpinan umum politik dalam Islam.
Khilafah secara harfiah berarti "penggantian" atau "penggantian
setelah". Dalam konteks agama Islam, khilafah mengacu pada institusi
kepemimpinan yang bertanggung jawab atas penerapan syariat Islam, persatuan
umat Islam, dakwah islam ke seluruh penjuru dunia dan pembelaan terhadap
kepentingan umat.
Khilafah adalah
sistem kepemimpinan yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam, yang mencakup
keadilan, kejujuran, kebijaksanaan, dan keadilan sosial. Pemimpin dalam
khilafah diharapkan untuk mengambil keputusan berdasarkan ajaran Islam dan
memastikan kesejahteraan umat.
Rasulullah
bersabda : Imam (pemimpin) adalah penggembala (ra'in) dan dia bertanggung jawab
atas kawanan domba (ra'iyah)nya. (HR. Bukhari dan Muslim ). "Barangsiapa
yang mati dan tidak meninggalkan kesetiaan (bai'at) kepada imam (khalifah),
maka dia mati seperti matinya orang jahiliyah. (HR. Muslim).
Pemimpin dalam
khilafah dipandang sebagai khalifah (wakil) Allah di bumi, dan mereka
diharapkan untuk bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka di
hadapan Allah. Mereka dianggap sebagai pelayan umat, bukan sebagai otoritas
yang absolut. Khilafah bertujuan untuk mewakili dan membela kepentingan umat
secara keseluruhan. Pemimpin khilafah diharapkan untuk mengutamakan
kesejahteraan umat, mempromosikan keadilan, dan memastikan perlindungan hak-hak
individu.
Salah satu tujuan
utama khilafah adalah penerapan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari
secara totalitas. Ini termasuk penerapan hukum Islam dalam berbagai aspek
kehidupan, seperti hukum pidana, ekonomi, sosial, dan politik. Khilafah
mengusahakan persatuan umat Islam di bawah satu kepemimpinan. Ini bertujuan
untuk mengatasi perpecahan dan konflik yang mungkin terjadi di antara umat
Islam dan mempromosikan solidaritas dan kerjasama antara umat Muslim di seluruh
dunia.
Misi
Islam itu rahmatan lil alamin, menebarkan kebajikan kepada seluruh manusia dan
alam semesta. Tidak ada satupun ajaran Islam yang buruk, semuanya baik dan
membaikkan. Islam dalam kajian ilmiah para cendekiawan barat yang obyektif
menemukan Islam sebagai sebuah kekuatan peradaban yang luar biasa maju
sekaligus menebarkan kebaikan.
Kesempurnaan
Islam adalah disaat diterapkan secara menyeluruh di bumi Allah. Secara
historis, Islam pernah diterapkan sejak zaman Rasulullah hingga khilafah Turki
Utsmani selama hampir 14 abad. Khilafah sebagai ajaran Islam adalah sistem
pemerintahan yang menerapkan Islam secara kaffah sebagai ‘antithesis’ ideologi
kapitalisme dan komunisme yang terus dipelihara oleh PBB.
Sebagai
ajaran Islam, tentu saja semestinya ditempatkan dalam ruang diskursus
intelektual di negeri ini. Sebab secara faktual, ideologi kapitalisme sekuler
dengan sistem demokrasi telah terbukti menjadikan negeri ini hancur lebur, baik
secara ekonomi, politik, pendidikan, sosial, budaya. Apalagi ideologi komunisme
ateis yang telah membuat noda hitam sejarah negeri ini. Hal ini tidak sulit
untuk dipahami bagi orang-orang yang mau berpikir jernih, bukan dengan emosi.
Oleh
sebab itu, sudah saatnya kaum intelektual di negeri ini membuka ruang yang luas
untuk diskursus khilafah, baik di masyarakat luas mapun di kampus-kampus.
Tujuannya tentu saja agar masyarakat paham apa hakikat khilafah, jangan sampai
salah paham dan pahamnya salah. Kesalahpahaman masyarakat tentang khilafah
disebabkan oleh gerakan islamophobia yang digelorakan barat. Padahal khilafah
adalah warisan Rasulullah yang sangat berharga bagi kebaikan tata kelola dunia
ini.
Semoga,
bersatunya hari raya Idul Fitri 1445 H menjadi momentum istimewa bagi umat Islam
seluruh dunia untuk kembali merajut visi persatuan umat Islam dengan kembali
kepada sistem khilafah agar mampu menjadi umat terbaik yang dilahirkan di muka
bumi ini. Khilafah jugalah yang akan mempu menebarkan rahmat bagi alam semesta.
Khilafah jugalah yang mampu menghancur leburkan sistem kufur kapitalisme dan
komunisme. Khilafah jugalah yang akan mengantarkan umat ini selamat di dunia
dan bahagia di akhirat.
Kapan lagi
memperjuangkan tegaknya khilafah, kalau bukan sekarang. Siapa yang lagi yang
mau memperjuangkan khilafah, kalau bukan kita sendiri sebagai muslim. Yakinlah dengan
langkah ini, sebelum kelak menyesal di akhirat.
(AhmadSastra,
KotaHujan, 11/04/24 : 06. 34 WIB)