Oleh : Ahmad
Sastra
Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al Baqarah : 183). Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran :
110).
Alhamdulillah,
kembali kita berjumpa melalui tulisan seri The Power Of Ramadhan hari ke
duapuluh satu bulan suci Ramadhan 1445 H. Ramadhan adalah bulan dimana
orang-orang beriman diuji untuk menjalankan puasa sebulan penuh dan mampu
istiqomah sampai garis finish. Tidak mudah menjalankan perintah Allah, sebab
akan dihadapkan kepada berbagai ujian dan godaan.
Di saat orang
beriman berpuasa, maka dia akan melihat di lingkungannya banyak orang yang
justri tidak berpuasa dengan berbagai alasan. Bahkan banyak diantara kaum
muslimin sengaja tidak berpuasa karena memang mengabaikan perintah Allah ini.
Ini menandakan bahwa muslim itu belum tentu mukmin, bisa jadi hanya muslim KTP
saja. Ramadhan mestinya menumbuhkan kekuatan untuk tetap istiqomah menjadi
orang asing di tengah benturan dan guyuran tantangan dan godaan.
Kelak,
menjalankan perintah Allah sebagai refleksi keimanan akan terlihat aneh,
janggal dan asing di tengah kehidupan yang semakin hedonis. Banyak manusia yang
kemudian mempermainkan agama. Allah menyinggung orang-orang yang mempermainkan
agama untuk tidak dijadikan sebagai pemimpin : Dan janganlah
kamu menjadikan orang-orang yang mempermainkan agama Allah sebagai pemimpin di
antara kalian. (QS Al-An'am : 68). Dan janganlah kamu jual agama-Ku dengan
harga yang murah dan janganlah kamu mempermainkan ayat-ayat-Ku. (QS Al-Baqarah
: 41).
Karena itu
meskipun menjalankan perintah Allah, seperti puasa akan dianggap seperti orang
asing, seorang mukmin harus tetap istiqomah. Terkait istilah asing ini telah disabdakan
oleh Rasulullah SAW : 'Islam itu asing pada saat dimulainya, dan akan kembali
menjadi asing seperti pada saat dimulainya, maka beruntunglah bagi orang-orang
yang asing itu. (HR. Muslim)
Jika Islam dianggap
sebagai agama asing di tengah peradaban hedon, maka pemeluknyapun akan dianggap
sebagai orang asing. Dalam konteks hadis tersebut, "orang asing"
mengacu pada orang-orang yang memegang teguh nilai-nilai dan ajaran Islam
meskipun masyarakat di sekitar mereka mungkin tidak memahaminya atau bahkan
menolaknya. Orang asing adalah orang-orang beriman yang istiqomah menjalankan
perintah Allah di tengah peradaban yang menolak hukum Allah.
Orang asing adalah
orang yang tetap pada jalan agama Allah, di tengah hegemoni ideologi
sekulerisme, liberalisme, komunisme, dan pluralism. Istiqomah menjadi orang
asing juga adalah sebuah sikap yang selalu memperbaiki keadaan yang tidak
sejalan dengan Islam. Dakwah ideologis dengan tujuan manusia kembali kepada Islam
dan menjauhkan semua ideologi yang ada juga akan dianggap sebagai orang asing. Istiqomahlah
menjadi orang asing, sebagai refleksi kekuatan yang dilahirkan dari pelaksanaan
puasa Ramadhan.
Meskipun hidup
sebagai orang asing mungkin sulit, hadis tersebut menyatakan bahwa orang-orang
ini beruntung, karena mereka memegang teguh nilai-nilai kebenaran Islam dan
ketulusan meskipun di tengah tantangan. Mereka dijanjikan pahala dan keberkahan
dari Allah SWT. Jadi, kesediaan seseorang untuk menjadi orang asing dalam
konteks ini adalah kesediaan untuk mempertahankan kebenaran dan keyakinan Islam
meskipun di tengah zaman yang rusak akibat paham dan ideologi kufur. Orang asing
adalah mukmin yang istiqomah dan dakwah.
Karakter orang
asing dalam konteks hadis tentang Islam yang asing adalah : pertama, mereka
memiliki keteguhan iman meskipun hidup berada di tengah-tengah masyarakat yang
tidak beriman kepada Allah. Mereka teguh menjalankan perintah Allah di tengah
masyarakat yang menolak perintah Allah.
Kedua, mereka
teguh dalam menjalankan ajaran Islam tanpa terpengaruh oleh tekanan atau godaan
dari lingkungan sekitar, bahkan selalu berusaha memperbaiki keadaan dengan
dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Dia istiqomah dalam dakwah meskipun ditentang
oleh orang-orang sekitar, bahkan kadang ditentang oleh keluarganya sendiri.
Tentang keteguhan,
Allah berfirman : Dan hendaklah kamu sekalian memegang teguh kepada tali Allah
semuanya, dan janganlah kamu bercerai-berai dan ingatlah nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara;
dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu
mendapat petunjuk." (QS. Ali Imran: 103
Ketiga, mereka
bertindak dengan ketulusan dan kejujuran dalam menjalankan ajaran Islam, tanpa
memperhitungkan popularitas atau penerimaan dari masyarakat. Akan menjadi orang
asing, disaat istiqomah menjalankan ajaran Islam secara ikhlas di tengah
manusia yang sedang berlomba mencari popularitas dunia. Orang asing ini mungkin
tidak akan dikenal di dunia, namun akan terkenal di akhirat karena
ketulusannya.
Allah berfirman :
Dan sesungguhnya Aku (Allah) ini adalah Allah; tidak ada tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Thaha: 14). Katakanlah
(Muhammad): 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-An'am: 162).
Keempat, mereka
memiliki ketabahan dan keberanian untuk menjalankan ajaran Islam bahkan dalam
situasi yang sulit atau penuh tantangan. Para Nabi dan Rasul telah menjadi
contoh betapa mereka memiliki ketabahan dan keberanian menjalankan ajaran Islam
meskipun harus menanggung kebencian dan permusuhan orang kafir, munafik dan
fasik.
Allah menegaskan
dalam firmanNya : Allah telah mengutus
rasul-rasul dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia
mendapatkannya (agama itu) menang atas segala agama, sekalipun orang-orang
kafir membencinya. (QS. At-Taubah: 33).
Kelima, mereka sabar menghadapi
segala cobaan dan ujian yang mungkin mereka hadapi sebagai orang asing dalam
masyarakat yang mungkin tidak memahami atau bahkan menolak ajaran Islam. Mereka
juga siap untuk berkorban demi menjaga nilai-nilai dan prinsip Islam, bahkan
jika itu berarti harus menghadapi kesulitan atau keterasingan dari masyarakat
sekitar.
Dalam kesabaran
itulah letak pertolongan Allah berada, sebagaimana firmanNya : Dan carilah
pertolongan dalam kesabaran dan shalat. Dan sesungguhnya itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang yakin akan
bertemu dengan Tuhannya, dan bahwa sesungguhnya kepada-Nya mereka akan
kembali." (QS. Al-Baqarah: 45-46).
Nah,
semoga Ramadhan hari ke 21 ini kita senantiasa mendapatkan kekuatan lahir batin
untuk tetap istiqomah dalam menjalankan perintah Allah, seperti ibadah dan
dakwah. Meskipun untuk itu akan mendapatkan tuduhan dan cacian sebagai orang
asing. Tapi justru yang asing inilah yang beruntung di hadapan Allah, sementara
orang-orang kafir itulah sesungguhnya yang merugi. Jadi, istiqomahlah menjadi
orang asing.
(Kota
Hujan, 31/03/24 M – 21 Ramadhan 1445 H, 07.00 WIB)