Oleh : Ahmad
Sastra
Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al Baqarah : 183). Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran :
110).
Alhamdulillah,
kembali kita berjumpa melalui tulisan seri The Power Of Ramadhan hari ke
sepuluh bulan suci Ramadhan 1445 H. Sebagai seorang muslim, jangan pernah
berhenti bersyukur kepada Allah atas anugerah Ramadhan ini dengan terus
memperkuat keterikatan dengan Allah (idra’ silla billah).
Hubungan yang
kuat dengan Allah akan mendatangnya kekuatan lahir batin bagi seorang muslim.
Kebangkitan umat Islam terdahulu, mula-mula dari keyakinan yang tinggi kepada
Allah. Kebangkitan Islam dimulai dari keyakinan akan pertolongan Allah, jika
kita sendiri mau dan yakin untuk menolong agama Allah.
Hal ini sejalan
dengan firmanNya : Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (QS Muhammad :
7). Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa (QS Al Hajj : 40)
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Penerima taubat (QS An Nash : 1-3).
Kebangkitan
bagi seorang muslim adalah dengan Islam, bukan dengan ideologi selain Islam. Jangan
sampai umat Islam mencari solusi atas masalah umat dengan meninggalkan sumber
Islam itu sendiri. Para nabi, sahabat dan ulama telah mencontohkan kepada kita
semua. Hadji Umar Said Tjokroaminoto memberikan kata kuncinya di singkat 5 K
(1) Kemauan, Kekuatan, Kemenangan, Kekuasaan dan Kemerdekaan.
Salah satu
contoh terbaik kebangkitan dan kemenangan saat Ramadhan adalah kemenangan
Rasulullah dan pasukannya pada perang Badar. Pertempuran
Badar (Arab: غزوة بدر, translit: gazwah badr), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Ramadan 2 H (13 Maret 625). Pasukan kecil kaum Muslim yang
berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah
bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan
pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.
Kemenangan Rasulullah dan pasukannya dalam Perang badar
diabadikan dalam Al Qur’an : Sungguh Allah telah menolong
kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang
lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya (QS Ali
Imran : 123)
Pasukan muslim dikatakan
lemah oleh Allah, karena pada faktanya Rasulullah mengadakan persiapan untuk
keluar hanya berjumlah 313 atau hingga 317 orang, yang terdiri dari 82 hingga
86 dari Muhajirin, 61 dari Aus, dan 170 dari Khazraj. Mereka tidak mengadakan
pertemuan khusus dan tidak membawa perlengkapan yang banyak. Kudanya pun hanya
dua ekor; seekor milik Az-Zubair bin Al-Awwam dan seekor lagi milik Al-Miqdad
bin Al-Aswad Al-Kindi. Untanya ada 70 ekor, Satu ekor dinaiki dua atau tiga
orang. Muhammad naik seekor unta bersama Ali bin Abu Thalib dan Martsad bin Abu
Martsad Al-Ghanawi.[2]
Muhammad, mengangkat Ibnu
Ummi Makhtum menjadi wakilnya di Madinah. Namun, setibanya di Ar-Rauha',
Muhammad menyuruh Abu Lubabah bin Abdul Mundzir agar kembali ke Madinah dan
menggantikan posisi Ibnu Ummi Makhtum sebagai wakilnya. Bendera komando
tertinggi yang berwarna putih diserahkan kepada Mush'ab bin Umair Al-Qurasyi
Al-Abdari.
Pasukan kaum Muslimin dibagi
menjadi dua battalion : Batalion Muhajirin. Benderanya diserahkan kepada Ali
bin Abu Thalib. Batalion Anshar. Benderanya diserahkan kepada Sa'ad bin Mu'adz.
Komando sayap kanan diserahkan kepada Az-Zubair bin Al-Awwam' dan sayap kiri
diserahkan kepada Al-Miqdad bin Amr, karena hanya mereka berdualah yang naik
kuda dalam pasukan itu. Sementara titik pertahanan garis belakang diserahkan
kepada Qais bin Sha'sha'ah. Komando tertinggi berada di tangan Muhammad.
Badar adalah suatu tempat yang terletak di antara Makkah dan
Madinah yang dikenal dengan sumurnya. Nama Badar itu dinisbatkan kepada
penggali sumur itu, yaitu Badar bin Narin. Asy-Sya’bi berkata: “Badar adalah
sebuah sumur milik seorang yang bernama Badar.”
Ibnu Katsir menegaskan
terkait kemenangan pada pesang badar sebagai hari al-Furqaan [perbedaan antara
kebenaran dan kebathilan] yang di dalamnya Allah memenangkan Islam dan kaum
Muslimin. Serta memusnahkan kemusyrikan dan pusatnya serta golongannya,
meskipun golongan kaum muslimin sedikit sekali yaitu 313 orang saja. mereka
hanya dilengkapi dua ekor kuda dan 70 unta, sedangkan sisanya berjalan kaki
tanpa dilengkapi perlengkapan yang memadai.
Namun disisi lain, disaat pasukan kaum muslimin berjumlah
banyak, justru terkalahkan, kecuali sejumlah pasukan yang masih bersama
Rasulullah pada Perang Hunain. Hal ini sejalan dengan firman Allah : “Dan
(ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kmudian kamu
lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan
kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala
tentara yang kamu tiada melihatnya dan Allah menimpakan bencana kepada
orang-orang yang kafir dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang
kafir. Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya.
Allah Mahapengampun lagi Maha-penyayang.” (QS. At-Taubah: 25-27).
Pada peristiwa Hunain, ketika mereka terlena dengan jumlah mereka
yang banyak, akan tetapi jumlah yang banyak itu tidak bennanfaat bagi mereka,
mereka lari tunggang-langgang, kecuali sejumlah kecil orang-orang mukmin
bersama Rasulullah saw. Setelah itu Allah menurunkan bantuan dan
pertolongan-Nya, kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin yang bersamanya untuk
memberikan pengetahuan kepada mereka bahwa kemenangan hanya berasal dari Allah
semata, meskipun jumlah orangnya hanya sedikit.
“Berapa banyak golongan yang sedikit mengalahkan golongan
yang banyak dengan ijin Allah. Dan, sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang sabar." (QS Al baqarah : 249)
Perang Hunain terjadi setelah penaklukan kota Makkah, pada bulan
Syawwal tahun kedelapan Hijriyah. Yaitu ketika Rasulullah telah selesai dari
penaklukan kota Makkah, di mana urusan-urusannya telah mencair. Dimana
kebanyakan penduduknya telah masuk Islam dan telah dibebaskan. Lalu sampailah
berita kepada Rasulullah saw, bahwa Bani Hawazin di bawah pimpinan Malik bin
Auf an-Nadhari mengumpulkan kekuatan untuk memerangi Rasulullah saw.
Bersama mereka ada Bani Tsaqif, Bani Jasyim, Bani Sa’ad bin Bakar,
beberapa kelompok yang tidak berjumlah banyak dari Bani Hilal, sejumlah orang
Bani `Amr bin `Amir dan dari Bani `Aun bin `Amir, mereka datang secara
keseluruhan, membawa anak-anak, wanita, orang tua dan semua hewan peliharaan
mereka.
Maka Rasulullah
dengan pasukannya yang berjumlah 10.000 orang dari gang-orang Muhajirin,
Anshar, dan suku-suku Arab, di tambah dengan 2000 personil dari orang Makkah
yang telah masuk Islam dan dibebaskan. Mereka bertemu musuh di lembah Hunain,
lembah yang terletak antara Makkah dan Thaif dan di sinilah terjadi peperangan
yang dinamakan perang Hunain.
Dari kemenangan pada Perang Badar,
kekalahan pada perang Hunain dan Uhud, kita bisa mengambil petunjuk dan
pelajaran akan kunci-kunci kebangkitan dan kemenangan. Ada beberapa petunjuk dan
pelajaran sebagai berikut : Pertama, pondasi ruh dan keyakinan. Perang Badar mengajarkan
kepada kita betapa pentingnya keimanan dan ketaqwaan, serta kesyukuran. Keimanan
dan ketaqwaan serta kesyukuran adalah bentuk kekuatan ruhiyah Rasulullah dan
pasukannya yang memang terdiri dari orang-orang mukmin.
Kedua, kemenangan adalah hak Allah. Kemenangan
pada Perang badar dan kekalahan pada Perang Uhud menerangkan bahwa kemenangan
itu tidak terkait dengan banyaknya jumlah pasukan semata-mata, namun
semata-mata karena pertolongan Allah. Kemenangan adalah mutlak hak Allah. Sebab
kaum muslimin meraih kemenangan di perang Badar dan meraih dengan jumlah
pasukan lebih sedikit dan mengalami kekalahan di perang Uhud dengan jumlah
pasukan lebih banyak. Kemenangan Islam adalah atas izin Allah yang ditopang
oleh pejuang-pejuangnya yang yakin dan bersungguh-sungguh, meskipun jumlah
sedikit.
Ketiga, lurus niat, tidak boleh
disorientasi dalam berjuang membela Islam. Peperangan Rasulullah dengan
musuh-musuh Allah mengajarkan kepada kita bahwa perjuangan itu hanya untuk Islam,
bukan yang lain. Niat harus lurus, perjuangan harus fokus, tidak boleh
disorientasi atau adanya muslim yang berkhianat. Perang Uhud menjelaskan pentingnya
membersihkan barisan pejuang kaum muslimin dari orang-orang munafik dan mereka
yang memiliki aqidah lemah.
Pembelotan yang dilakukan oleh Abdullah
bin Ubay merupakan pelajaran yang tidak akan pernah dilupakan sejarah
selama-lamanya. Itulah mengapa Abu Bakar tidak mengizinkan keterlibatan
orang-orang murtad dalam pasukan penakluk kaum muslimin. Kekuatan umat itu ada
pada visi yang jelas, metode merealisasikan visi, ditopang SDM yang punya
komitmen dan memiliki ikatan aqidah (ruh) yang kuat.
Keempat,
pentingnya hukum kausalitas untuk
menyiapkan faktor-faktor kemenangan. Perang uhud mengajarkan kepada kaum
muslimin bahwa sunnah kehidupan (hukum kausalitas) itu tidak dapat digantikan.
Ketika mereka mengambil sebab-sebab kemenangan, maka mereka akan mendapatkan
kemenangan itu. Namun ketika mereka menyepelekannya, merekapun kalah. Itu
sunnatulah pada makhlukNya dan kita tidak akan mendapat ganti dari sunnatullah
itu.
Kelima, pentingnya kepemimpinan dan
ketaatan. Perang Uhud mengajarkan kaum muslimin akan pentingnya disiplin
militer dan memegang teguh perintah dan arahan pimpinan, bagaimanapun situasi
dan kondisinya. Seluruh kaum muslimin telah menyadari bahwa penyebab awal
kekalahan perang Uhud adalah tindakan indisipliner alias menyepelekan perintah Rasulullah
sebagai kepala pasukan sekaligus kepala Negara Madinah sebagai panglima pasukan
dengan meninggalkan gunung Uhud oleh para pemanah. Karena itu barisan belakang
jadi tidak terlindungi. Akibatnya, Khalid bin Walid dapat mengepung mereka.
Seluruh peperangan yang dilakukan oleh
Rasulullah terjadi pada saat Daulah Madinah telah berdiri, artinya satu komando
dalam perang itu jelas oleh kepala negara tau kepala militer daulah Islam dengan
musuh yang telah jelas juga. Inilah yang kurang dari umat hari ini, dikarenakan
belum tegaknya daulah Islam, akhirnya umat Islam tercerai berai, lemah, dan
tidka tahu siapa musuh utamanya, bagaimana mau bangkit dan memang ?. (Sumber :
Sirah Nabawiyah Sisi Politis Perjuangan Rasulullah SAW, Prof DR. Muhammad
Rawwas Qal’ahji)
(Kota Hujan, 20/03/24 M – 10 Ramadhan
1445 H, 06.30 WIB)