Oleh :
Ahmad Sastra
Tidak ada
paksaan dalam beragama. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada
jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul yang
sangat kuat, yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS Al Baqarah : 256)
Kenapa Allah
mewajibkan seorang muslim untuk ingkar kepada thoghut ?. Jawabnya, sebab thaghut
akan menjauhkan umat Islam dari keimanan kepada Allah. Begitulah karakter
musuh-musuh Islam yang kerja utamanya adalah menjauhkan kaum muslimin dari
agamanya. Musuh utama umat Islam adalah thaghut, dengan berbagai maknanya,
sebab istilah thaghut memiliki makna yang luas.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tagut atau thaghut adalah yang disembah
orang, tetapi bukan tuhan. Thaghut adalah apa saja yang disembah selain Allah
SWT. Dalam Islam, thaghut adalah istilah yang kerap kali merujuk pada berhala.
Thaghut adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab ṭāġūt, yang tersusun dari
tiga akar kata Semitik, Ṭho-Gho-Ta yang bermakna "melampaui batas."
Orang-orang
kafir dan atau munafik yang menyerang umat Islam dengan terang-terangan adalah
bagian dari thaghut ini. Termasuk individu atau kelompok-kelompok yang secara
fisik mengancam atau menyerang umat Islam. Ini bisa termasuk musuh-musuh dalam
peperangan atau konflik bersenjata, serta mereka yang melakukan kekerasan atau
penindasan terhadap umat Islam di mana pun.
Ketika umat
Islam diserang, dizolimi, dijajah dan sejenisnya oleh seseorang atau sekelompok
orang, maka mereka bisa dikategorikan sebagai thaghut. Umat Islam yang ada di
berbagai belahan dunia yang kini dijajah dan dizalimi seperti di Palestina
mengindikasikan bahwa yahudi israel adalah thaghut.
Allah telah
menegaskan bahwa yahudi dan nasrani tidak akan pernah ridho kepada umat Islam,
sebagaimana firmanNya : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada
kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu
mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak
lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS Al Baqarah : 120)
Ini
merujuk pada kekuatan-kekuatan jahat atau setan yang berusaha untuk menggoda
atau menyesatkan manusia dari jalan yang benar dalam Islam. Musuh spiritual
juga bisa merujuk pada godaan-godaan dunia yang menghalangi seseorang dari
beribadah kepada Allah dengan benar.
Maka,
jika seorang muslim melakukan penyembahan dan ketundukan kepada selain Allah,
maka sesembahan itu termasuk thaghut dan karenanya menjadi musuh bagi umat
Islam. Pada zaman jahiliyah, berhala-berhala adalah termasuk thaghut, karena berhala
itu disembah. Padahal hanya Allah yang berhak disembah oleh manusia.
Secara
lebih umum, "thaghut" bisa mencakup segala sesuatu yang memperdaya
manusia untuk menyimpang dari jalan yang benar atau menggantikan ketaatan
kepada Allah dengan ketaatan kepada kekuatan dunia atau hawa nafsu. Jadi, dalam
Islam, memahami dan menolak thaghut merupakan bagian penting dari keyakinan
untuk mengikuti jalan yang benar dan taat kepada Allah semata.
Selain yang
bersifat fisik sebagaimana dijelaskan di atas, maka thaghut juga bisa dimaknai
dalam bentuk kepercayaan atau ideologi yang menyimpang dari Islam dan akan
mengantarkan kepada kesesatan. Ideologi atau sistem nilai yang bertentangan
dengan ajaran Islam termasuk thaghut. Ini bisa mencakup ideologi-ideologi yang
menolak atau menindas agama Islam, serta nilai-nilai yang bertentangan dengan
ajaran Islam, seperti nasionalisme, demokrasi, sekulerisme, pluralisme,
kapitalisme, materialisme, komunisme, liberalisme, humanisme, feminisme, dan
isme-isme sejenis.
Substansi
ideologi demokrasi adalah kedaulatan milik rakyat atau milik manusia dan tentu
saja mengabaikan Allah. Sementara dalam Islam, kedaulatan hukum adalah milik
Allah. Al Qur’an adalah sumber hukum bagi umat Islam, sementara Al Qur’an
adalah kalamullah. Artinya yang berhak membuat hukum hanyalah Allah, bukan
manusia. Kewajiban manusia adalah tunduk sepenuhnya kepada hukum Allah dan
mengingkari hukum thaghut. Barangsiapa
yang tidak memutuskan menurut apa yang Allah turunkan, maka mereka itu adalah
orang-orang kafir. (QS Al Maidah : 44).
Hakikat kebenaran
adalah dari Allah semata, bukan dari kesepakatan manusia (consensus sosial). Sementara
demokrasi menjadikan manusia sebagai sumber hukum dan menjadikan konsensus sosial
sebagai kebenaran. Demokrasi menjadikan suata terbanyak sebagai ukuran
kebenaran. Padahal Allah berfirman : Dan jika kamu mengikuti kebanyakan
orang-orang yang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan
Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka
tidak lain hanyalah berdusta belaka. (QS Al An’am : 116).
Demokrasi
sekuler yang memang merupakan ideology dari kafir barat juga terbukti telah
menyebabkan perpecahan umat Islam. Demokrasi melahirkan nation state yang telah
memecah belah umat Islam antara negara. Muslim tidak lagi terikat dengan
akidah, namun lebih terikat dengan aturan negaranya. Sementara dalam negaranya
sendiri, umat Islam juga terpecah belah hanya karena perbedaan ormas, partai
atau mazhab. Inilah keburukan demokrasi yang jelas merupakan thaghut yang
pastinya menjadi musuh bagi keimanan dan keislaman.
Padahal Allah
menegaskan bahwa sesama muslim adalah saudara dalam surah Al-Hujurat (49:10): Sesungguhnya
orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
Hadis
Riwayat Bukhari dan Muslim: Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ
bersabda, "Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Dia tidak
boleh menzalimi dia, tidak boleh menyerahkan dia kepada musuh, dan tidak boleh
mendustakan dia."
Hadis
Riwayat Muslim: Dari Anas bin Malik, Rasulullah ﷺ
bersabda, "Tidak akan masuk Surga seseorang dari kalangan kalian sehingga
ia beriman dan tidak akan beriman seorang dari kalangan kalian sampai ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."
Islam juga
merumuskan musuh dari apa yang ada dalam diri manusia. Dalam Islam, terdapat
konsep jihad al-nafs atau "perjuangan melawan diri sendiri." Ini
merujuk pada pertarungan batiniah setiap individu untuk mengatasi godaan-godaan
hawa nafsu dan dorongan-dorongan negatif dalam dirinya yang bisa menghalangi
ketaatan kepada Allah. Hawa nafsu yang cenderung kepada keburukan adalah musuh
bagi seorang muslim. Hawa nafsu yang menguasai fir’aun sehingga di melampaui
batas dengan mengaku sebagai tuhan adalah bagian dari thaghut.
Karena itu,
dalam Islam, thaghut adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada segala
sesuatu yang dianggap melebihi batas dan mengambil tempat Allah dalam hal
penyembahan atau ketaatan. Istilah ini sering kali digunakan untuk
menggambarkan bentuk-bentuk penyembahan berhala atau penyerahan kepada kekuatan
atau otoritas selain Allah karena mengikuti hawa nafsu.
Dalam hal
ini, Allah berfirman : Dan apakah kamu telah melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai ilah? Maka apakah kamu menjadi pemelihara atas mereka?. (QS Al
Furqan : 43). Merujuk kepada makna yang luas tentang thaghut, maka hawa nafsu
yang menjauhkan manusia dari jalan Allah termasuk thaghut.
Pada
zaman modern, istilah thaghut adalah juga merujuk pada penguasa zalim seperti
pada surah An-Nisa ayat 60 : Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada
apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut,
padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud
menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.
Filsuf
modern Muslim Abdul A’la Maududi juga mendefinisikan dalam tafsir Al-Qur’an
bahwa thaghut adalah "makhluk yang tidak hanya memberontak kepada Allah,
tetapi juga melampaui batas". Dengan demikian, thaghut adalah istilah yang
juga bisa merujuk pada setiap orang yang dianggap anti-Islam, misalnya
tokoh-tokoh Imperialisme Barat dan kaki tangannya.
Thaghut
adalah istilah yang memiliki makna cukup luas jika merujuk pada ayat-ayat
Al-Qur’an. Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menggunakan kata thaghut ini dengan
makna yang berbeda masing-masingnya. Dalam Al-Qur’an, makna thaghut adalah
sebagai berikut : berhala (QS An Nisa : 51), Apa pun yang disembah selain Allah
( QS Al-Anbiya’ ayat 29) , Kelompok kafir dari ahli kitab dan kaum musyrikin
(QS An Nisa : 60), Setan, yang menyeru untuk beribadah kepada selain Allah (QS
Yasin : 60), Orang-orang zalim termasuk penguasa dan hakim, peramal, dan
musuh-musuh nabi (QS An-Nisa’ : 76) dan Orang
yang mengaku tahu ilmu gaib (QS An-Naml : 65).
Akhirnya,
adalah penting bagi seorang muslim Memahami siapa musuh yang sesungguhnya, baik
dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Dalam kehidupan individu, maka
seorang muslim wajib mengingkari dan melawan thaghut. Sementara dalam kehidupan
sosial, umat Islam harus bersatu padu melawan thaghut dan membuangnya serta menggantikan dengan sistem Islam.
(AhmadSastra,KotaHujan,07/02/24
: 15.30 WIB)