Oleh : Ahmad
Sastra
Pandangan Islam Terhadap Persoalan
Palestina
Pertama, persoalan Palestina
bukanlah urusan Fattah, Hamas, atau PLO saja. Ini juga bukan sekedar konflik
rakyat Palestina dengan Israel. Tapi merupakan persoalan umat Islam, karena
tanah Palestina adalah milik umat Islam.
Kedua, persoalan pokok Palestina itu adalah adanya penjajah Israel yang
merampas tanah kaum muslimin disana. Jadi perjuangan ini harus fokus pada bagaimana agar Israel mundur dari
Palestina
Ketiga, perjuangan untuk membuat mundur Israel dari tanah Palestina, tidak
mungkin bisa diraih dengan perdamaian. Sebab perdamaian mensyaratkan dua hal :
pengakuan eksistensi negara penjajah Israel dan yang kedua Israel dan Palestina
akan menjadi dua negara yang berdampingan. Jalan satu-satunya adalah jihad fi
Sabilillah. Kondisi perang harus tetap dipertahankan, bukan perdamaian.
Keempat, Islam mengharamkan segala bentuk perdamaian dengan Israel . Karena
perdamain dengan Israel mensyaratkan pengakuan keberadaan negara Israel yang
sesungguhnya merupakan negara penjajah dan akan menghentikan jihad fi
sabilillah.
Kelima, Islam mengharamkan segala bentuk jalan (wasilah) yang menghantarkan
penguasaan orang-orang kafir penjajah terhadap Palestina atau mengokohkan
penjajahan Israel seperti tawaran perdamaian , demokrasi, bantuan
baik berupa hibang maupun hutang dll.
Keenam, Umat Islam sebenarnya sedang menghadapi AS dan negara-negara
Barat yang mendukung penuh negara Israel. Jadi bukan hanya Israel yang
merupakan negara boneka. Karena itu memang dibutuhkan kekuatan seimbang. Sebab
yang kita hadapi adalah negara-negara imperialis. Kekuatan yang seimbang itu
tidak ada yang lain kecuali Daulah Khilafah Islam. Negara global yang
menyatukan kaum muslim.Daulah Khilafah ini nanti akan menyerukan jihad fi
sabilillah kepada kaum muslim seluruh dunia untuk membebaskan Palestina. Perlu
kita catat, Palestina saat dibebaskan oleh Sholahuddin al Ayyubi pada saat kaum
muslim memiliki Daulah Khilafah Islam.
Sikap Kaum Muslim Atas Konflik Palestina
Palestina sebagai bumi para nabi, karena
banyak Nabi yang lahir dari bumi Palestina. Karena itu konflik dengan Israel
bagi seorang muslim adalah persoalan akidah, syariah dan juga politik, bukan
hanya memandang sebagai persoalan kemanusiaan belaka. Karena itu sikap yang
benar bagi seorang muslim adalah tidak pernah ragu membela muslim palestina
dari penjajahan Israel.
Secara akidah, Masjidil Aqsa (Palestina)
adalah tanah suci ketiga bagi kaum Muslimin. “Nabi pernah bersabda, tidak ada
perjalanan yang sengaja ke masjid kecuali ke Masjidil Haram, masjidku (Masjid
Nabawi, red) dan Masjidil Aqsa. Jadi tanah Palestina juga tanah yang diberkat.
Secara syariah, Islam juga mengharamkan
kolonialisme dan pembantaian. Kalau mereka menyebut itu persoalan penjajahan
atau kolonialisme, ya itu persoalan Islam. Karena Islam memang anti penjajahan,
apalagi itu terhadap tanah milik kaum Muslimin, tanah wakaf, tanah kharajiah.
Kemudian Israel melakukan kedzaliman luar
biasa, membantai penduduk Palestina, terus disebutlah itu sebagai persoalan
kemanusiaan. Ya itu persoalan Islam, karena ketika ada orang tanpa alasan
syar’i membunuh ya itu berdasarkan Alquran bagaikan membunuh manusia secara
keseluruhan.
Secara politik, sejak pemerintahan Khalifah
Umar bin Khaththab ra, kaum Muslimin diamanahi melindungi kaum Nashrani dari
ancaman Yahudi dengan mencegah Yahudi tinggal di Palestina. Hal itu dituangkan
dalam Perjanjian Umariyah/Perjanjian Illiya tatkala penduduk Palestina yang
semuanya Nashrani menyerahkan secara sukarela tanahnya kepada kaum Muslimin.
Karena itu sesama muslim harus saling
membantu dimanapun berapa, terlebih saat muslim lainnya mendapatkan berbagai
bentuk kezaliman dari orang-orang kafir. Sudah sangat jelas bahwa Israel adalah
penjajah yang akan terus menguasai tanah palestina, terlebih saat negara barat
terus memberikan dukungan atas penjajahan ini. Sebab negara barat memang
merupakan negara-negara imperialis, seperti Amerika, Perancis, Inggris dan
sekutunya. Banyak dalil yang menegaskan perintah untuk membantu sesama muslim
karena ikatan aqidah.
Sesungguhnya Allah telah membeli dari
orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan Surga untuk mereka.
Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh; (itulah)
janji yang benar yang ada dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapa yang
lebih menepati janjinya dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang
telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS At Taubah : 111)
Orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara.
Karena itu, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS Al Hujurat : 10)
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW
bersabda: "Orang mukmin terhadap orang mukmin yang lain ibarat bangunan
yang saling menguatkan satu sama lainnya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dari
Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda:
"Seorang mukmin kepada mukmin yang
lain ibarat bangunan yang saling menguatkan, lalu beliau menyilangkan
jari-jarinya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW
bersabda : "Barang siapa yang membantu saudaranya, maka Allah akan membantu
dirinya pada hari kiamat." (HR. Muslim). Dari Abdullah bin Amr RA,
Rasulullah SAW bersabda: "Rahmatlah (yang dihendaki), karena siapa yang
tidak memberi rahmat, niscaya tidak diberi rahmat." (HR. Al-Bukhari dan
Muslim). Dari Umar bin Khattab RA, Rasulullah SAW bersabda: "Tidak
sempurna iman seseorang di antara kamu sampai ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, "Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Barangsiapa yang melihat sesuatu yang tidak
benar, hendaknya dia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaknya
dia mengubahnya dengan lisannya. Jika tidak mampu, hendaknya dia mengubahnya
dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.'" (HR.
Muslim)
Dari hadis-hadis tersebut, dapat
disimpulkan bahwa membantu dan mendukung sesama Muslim adalah tindakan yang
sangat dianjurkan dalam Islam. Kasih sayang, rasa peduli, dan solidaritas di
antara umat Islam adalah hal-hal yang sangat dihargai dan ditekankan dalam
ajaran Islam. Menyokong dan membantu sesama Muslim dalam kesulitan, baik dalam
bentuk materi, moral, atau spiritual, merupakan wujud dari iman yang kuat dan
kasih sayang sesama manusia. Kepada Palestina, seorang muslim bisa membantu berupa
nyawa, kata, harta, rasa dan doa.
Sikap Kaum Munafik Atas Konflik Palestina
Sikap orang munafik sejak
zaman nabi telah ada dan akan terus ada hingga akhir zaman. Dalam peristiwa
perang uhud, lahirnya seorang munafik yang bernama Abdullah bin Ubay. Kedatangan Nabi Muhammad ke Madinah tidak hanya memadamkan
api permusuhan di antara suku, tetapi juga menyatukan mereka dengan
"menghapus" nama suku yang kerap menjadi pemicu konflik. Nabi
Muhammad menyebut semua orang di Madinah sebagai kaum Anshar, karena telah
menolong, membantu, dan mengizinkan umat Islam Mekkah (Muhajirin) untuk tinggal
di Madinah.
Meski telah
masuk Islam, Abdullah bin Ubay sangat tidak menyukai Nabi Muhammad dan
menganggapnya sebagai penghalang untuk menjadi penguasa di Madinah. Abdullah
bin Ubay selalu bersikap sinis terhadap Rasulullah karena merasa cemburu dan
takut kehilangan pengaruh. Abdullah bin Ubay dianggap munafik karena tidak
pernah mengungkapkan permusuhannya secara terbuka, tetapi dengan cara halus. Ia
masuk Islam, tidak mengingkari kebenaran yang dibawa Nabi, dan tidak menyangkal
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan terakhir Allah. Akan tetapi, semua sikapnya
ditujukan untuk memadamkan dakwah dan pengaruh Rasulullah.
Sifat munafik
Abdullah bin Ubay terlihat jelas dalam Perang Uhud antara umat Islam melawan
kaum kafir Quraisy pada tahun 625. Dalam perang itu, 700 umat Islam harus
melawan 3.000 kaum kafir Quraisy. Sebelum perang, Nabi mengadakan musyawarah
bersama para sahabat, termasuk Abdullah bin Ubay. Abdullah bin Ubay awalnya
mendukung semua strategi yang dipaparkan oleh Rasulullah.
Namun, di
perjalanan menuju medan pertempuran, Abdullah bin Ubay justru bertindak sebagai
provokator yang mematahkan semangat pasukan Muslim. Ia bersama 300 pasukannya
menarik diri dari barisan dan menyatakan tidak akan berperang melawan kaum
musyrikin karena Nabi lebih memilih pendapat anak-anak muda dibandingkan
usulannya.
Abdullah bin
Ubay juga mengatakan bahwa perang itu juga tidak membawa keuntungan apa-apa
bagi kelompoknya. Tidak hanya itu, aksi pembelotan Abdullah bin Ubay mengundang
kemarahan pasukan dan memecah konsentrasi mereka. Setelah pembelotan dalam
Perang Uhud, Abdullah bin Ubay menyebar fitnah tentang Aisyah, istri Nabi
Muhammad. Sepulang dari Perang Bani Musthaliq, Aisyah difitnah telah
berselingkuh dengan laki-laki bernama Shafwan. Embusan kebohongan Abdullah bin
Ubay tidak hanya menggoyahkan rumah tangga Nabi, tetapi membuat kegaduhan di
antara umat Islam.
Fitnah yang
menimpa Aisyah akhirnya terselesaikan setelah turun wahyu Allah SWT yang
mengungkap kebenarannya. Selain peristiwa-peristiwa tersebut, banyak
tindakan-tindakan keji Abdullah bin Ubay yang melatarbelakangi turunnya
ayat-ayat Al Quran. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebut bahwa surat An-Nur
ayat 33 diturunkan berkaitan dengan Abdullah bin Ubay yang memaksa budak
perempuannya agar melacurkan diri demi uang.
Munafik termasuk salah satu sifat tercela. Al-Qur'an dan hadits bahkan
menjelaskan secara khusus ciri-ciri orang munafik. Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al-Qur'an
menyebutkan orang munafik akan ditempatkan di neraka jahanam. Demikian dengan
beberapa hadits Rasulullah SAW yang menegaskan bahwa sifat munafik harus
dihindari oleh semua umat muslim. Orang-orang beriman jangan sampai tertipu
dengan kaum munafik, karena mereka memang sangat pandai berbohong atau pandai
melakukan pencintraan.
Apabila engkau
melihat mereka, tubuhnya mengagumkanmu. Jika mereka bertutur kata, engkau
mendengarkan tutur katanya (dengan saksama karena kefasihannya). Mereka
bagaikan (seonggok) kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan
(kutukan) ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya). Maka,
waspadalah terhadap mereka. Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah
mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)? (QS Al Munafiqun : 4)
Ada empat tanda,
jika seseorang memiliki empat tanda ini, maka ia disebut munafik tulen. Jika ia
memiliki salah satu tandanya, maka dalam dirinya ada tanda kemunafikan sampai
ia meninggalkan perilaku tersebut, yaitu: jika diberi amanat, khianat; jika
berbicara, dusta; jika membuat perjanjian, tidak dipenuhi; jika berselisih, dia
akan berbuat zalim." (HR Muslim)
Lihatlah sikap
orang muslim atas konflik Palestina hari ini. Jika ada tujuh sikap berikut,
maka mereka terkategori sebagai orang-orang munafik. Pertama, bersikap
merendahakan dan mengejek kepada saudara sesama muslim yang peduli dan membela
muslim palestina. Kedua, melakukan berbagai fitnah keji kepada muslim
palestina. Ketiga, menimbulkan berbagai kegaduhan baru agar umat Islam ragu
membela palestina. Keempat, memilih diam karena takut kehilangan dunia dan
jabatan. Kelima, membela Israel dengan berbagai aopologi murahan. Keenam,
menebar kebohongan perihal konflik Palestina, seperti mengatakan bahwa konflik
Palestina hanya sebatas masalah kemanusiaan belaka, bukan masalah agama. Ketujuh,
gemar mengkhianati saudararanya demi mengabdi kepada musuh-musuh Allah.
Ingat, Abdullah
bin Ubay modern akan terus lahir, maka waspadalah, jangan sampai umat Islam tertipu
dengan gaya mereka. Jika muslim, maka membela muslim Palestina, jika munafik,
maka justru akan memusuhinya.
(AhmadSastra,KotaHujan,17/10/23
: 13.00 WIB)