Oleh :
Ahmad Sastra
Kasus
Rempang adalah konfirmasi kebijakan pemerintah yang melanggar nilai-nilai
kemanusiaan, keadilan dan keadaban. Indikatornya adalah adanya penolakan
relokasi, pengambilalihan paksa hak rayat, tidak disiapkan tempat pengganti,
tidak ada musyawarah dan kesepakatan, rakyat merasa dirugikan bahkan dizolimi,
protes datang dari berbagai elemen masyarakat lintas organisasi dan wilayah.
Bukan hanya melanggar nilai pancasila, lebih dari itu melanggar nilai-nilai
Islam.
Jika
dicermati secara serius dalam ayat-ayat al Quran maupun as sunnah, niscaya akan
ditemukan, bahwa inti ajaran Islam adalah iman dan amal saleh. Islam lebih dari
sekedar sebuah agama formal, tetapi juga risalah yang agung bagi transformasi
sosial dan tantangan bagi kepentingan pribadi dan sosial.
Hukum
Islam berkarakter manusiawi (orientasi kemanusiaan) yaitu agama yang sangat mementingkan manusia
sebagai tujuan sentral. Inilah dasar Islam. Oleh karena itu, tugas terbesar Islam
sesungguhnya adalah melakukan transformasi sosial dan budaya dengan nilai-nilai
Islam. Islam adalah agama yang menebarkan rahmat bagi semua manusia dan alam
semesta.
Kisah Khalifah
Umar bin Khattab memberikan ilustrasi betapa adilnya kepemimpinan dalam Islam
(sistem khilafah). Saat itu ada Gubernur Mesir yang bernama Amr bin ‘Ash dan
dia berniat untuk membangun sebuah masjid di samping istananya yang megah itu
namun terkendala oleh adanya bangunan gubuk milik Yahudi, diganti untung 2 kali
lipat, namun tetap ditolak. Akhirnya digusur dan yahudi mengadu kepada Umar bin
Khathab.
Umar
mengirimkan tulang dengan garis lurus pakai pedang. Tulang ini merupakan
peringatan keras terhadap diriku dan tulang ini merupakan ancaman dari Khalifah
Umar bin Khattab. Artinya, apa pun pangkat dan kekuasaanmu suatu saat kamu akan
bernasib sama seperti tulang ini, karena itu bertindak adillah kamu seperti
huruf alif yang lurus. Adil di atas dan adil di bawah. Sebab kalau kamu tidak
bertindak adil dan lurus seperti goresan tulang ini, maka Khalifah tidak
segan-segan untuk memenggal kepala saya”, jelas Gubernur Amr bin ‘Ash. Akhirnya
orang Yahudi mengikhlaskan tanahnya dan bahkan masuk Islam karena keadilan
hukum Islam.
Kasus
rempang mengkonfirmasi adanya penjajahan gaya baru (neokolonialisme) yakni
investasi, hutang (riba), privatisasi oleh ideologi kapitalisme sekuler dan
komunisme ateis.
Islam
memberikan tuntunan hidup manusia dari persoalan yang paling kecil hingga ke
urusan yang paling besar, mulai dari urusan rumah tangga, tidur, makan dan
minum sampai pada urusan bangsa dan negara. Ada tiga kepemilikan dalam Islam,
Negara, rakyat (umum) dan pribadi. Privatisasi BUMN dan SDA milik negara dan
rakyat diharamkan dalam hukum Islam. Utang luar negeri, tidak dibolehkan oleh hukum
syara’. Sebab, pinjaman seperti itu selalu terkait dengan riba dan
syarat-syarat tertentu. Riba diharamkan oleh hukum syara. Persyaratan (yang
menyertai utang luar negeri) sama saja dengan menjadikan negara-negara asing
tersebut berkuasa atas kaum Muslim. Sedangkan investasi asing hukumnya juga
haram karena menyebabkan makin kuatnya cengkeraman atas kaum muslimin.
Perhatian beberapa dalil berikut :
"Kaum
Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api".
(HR. Abu Dawud dan Ahmad). Hadits tersebut menyatakan bahwa kaum Muslim
(manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api. Dan bahwa ketiganya
tidak boleh dimiliki oleh individu.
“Allâh
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS Al-Baqarah(2):275). Jauhi
tujuh hal yang membinasakan! Para sahabat berkata, "Wahai, Rasulullah!
apakah itu? Beliau bersabda, "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa
yang diharamkan Allah tanpa haq, memakan harta riba, memakan harta anak yatim,
lari dari medan perang dan menuduh wanita beriman yang Ialai berzina"
(Muttafaq 'alaih).
Dosa riba
yang paling ringan adalah bagaikan seorang Iaki-Iaki yang menzinai ibu
kandungnya." (HR Thabrani).
Allah
tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang
beriman. (QS An nisaa’ : 141). Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan
(hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
yakin? (QS al-Maidah [5]: 50)
Kepemimpinan
dengan sistem kapitalisme dan komunisme cenderung zolim dan tidak adil kepada
rakyat. Kepemimpinan zolim sangat dilarang dalam ajaran Islam. Al-Hasan
berkata, Ubaidillah bin Ziyad menjenguk Ma’qal bin Yasar ra., ketika ia sakit
yang menyebabkan kematiannya, maka Ma’qal berkata kepada Ubaidillah bin Ziyad,
“Aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadits yang telah dengar dari Rasulullah
saw., aku telah mendengar Nabi saw. bersabda, “Tiada seorang hamba yang diberi
amanat rakyat oleh Allah lalu ia tidak memeliharanya dengan baik, melainkan
Allah tidak akan merasakan padanya harumnya surga (melainkan tidak mendapat bau
surga.”
Jadi
kesimpulannya, konflik Rempang dalam kaca mata Islam ada dua hal mendasar : pertama,
adanya cengkeraman neo imperialisme/kolonialisme dan jejak hitam oligarki. Kedua, adanya kezaliman kepada rakyat yang dilakukan
oleh penguasa dan pengusaha.
Karena
itu penting adanya transformasi sistemik dari sistem kapitalisme komunisme
oligarki ke sistem dan kepemimpinan Islam lebih manusiawi, adil, orientasi
kemakmuran rakyat dengan penerapan hukum Allah secara kaffah
Indahnya
kepemimpinan seorang khalifah dalam sistem khilafah tergambar pada pidato Abu
Bakar saat dibaiat sebagai khalifah : Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk
mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu.
Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah (ikutlah) aku,
tetapi jika aku berlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang kamu anggap kuat,
aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan orang
yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya
kepadanya. Maka hendakklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, namun bila mana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak
perlu mematuhiku. Berdirilah (untuk) shalat, semoga rahmat Allah meliputi kamu.
Begitupun
pidato Umar bin Khatahab : Saudara-saudara! Aku hanya salah seorang dari
kalian. Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah (Abu
Bakar) aku enggan memikul tanggung jawab ini. Ya Allah, aku ini sungguh keras,
kasar, maka lunakkanlah hatiku. Ya Allah aku sangat lemah, maka berikanlah
kekuatan. Ya Allah aku ini kikir, jadikanlah aku dermawan bermurah hati."
Bacalah Alquran, dalami, dan bekerjalah dengannya. Jadilah salah satu umatnya.
Timbang dirimu sebelum menimbang, hiasi dirimu untuk persembahan terbesar pada
hari ketika kamu akan dipersembahkan kepada Allah SWT.
Bukan aku
menurunkan diriku dari kekayaan Allah SWT dalam status sebagai wali yatim
piatu. Jika kalian puas, maka akan diampuni, jika kalian miskin, maka akan
makan enak. Allah telah menguji kalian dengan diriku dan menguji diriku lewat
kalian. Sepeninggal sahabat-sahabatku, sekarang aku ada di tengah-tengah
kalian. Tidak ada persoalan kalian yang harus aku hadapi lalu diwakilkan kepada
orang lain kecuali kepadaku. Dan tak ada yang tak hadir di sini lalu
meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau berbuat baik, akan kubalas
dengan kebaikan, tetapi kalau berbuat jahat, terimalah bencana yang akan
kutimpakan.
(AhmadSastra,KotaHujan,
21/09/23 : 14.23 WIB)