Oleh
: Ahmad Sastra
Nama
Rocky Gerung (RG) kembali menjadi perbincangan masyarakat Indonesia beberapa
hari ini. Bukan RG namanya jika tidak melontarkan pikiran-pikiran kritis atas
berbagai realitas social politik di negeri ini. Diksi-diksinya acap kali
menimbulkan berbagai kontroversi. Namun, begitulah seharusnya pemikiran,
menimbulkan sebuah gejolak yang disebut dialektika. Pendekatan kritisisme RG
cukup baik untuk membuka pikiran masyarakat yang selama ini mungkin membisu dan
mungkin juga takut untuk berpikir kritis.
Memang
idealnya kaum intelektual menjadi pemikir yang cerdas dan
mendasar. Kaum intelektual adalah mereka yang merdeka dalam arti tidak tunduk
kepada rezim dan juga tidak didekte oleh hegemoni kekuasaan. Saya bukan
pengikut Rocky Gerung, bahkan saya juga banyak yang tidak bersepakat dengan
alur berfikirnya, namun setidaknya dia telah membangunkan intektualitas bangsa
ini, khususnya budaya berpikir kritis. Saya bersepakat dengan Rocky Gerung bahwa suatu
peradaban bangsa harus dibangun dengan fundamental intelektual. Tradisi
berfikir rasional adalah bagian yang menyatu dengan peradaban suatu bangsa.
Kritisisme
adalah pendekatan kritis atau sikap skeptis terhadap suatu gagasan, pandangan,
atau teori, yang melibatkan analisis mendalam, evaluasi, dan pertimbangan yang
teliti terhadap argumen, bukti, dan asumsi yang mendasarinya. Sebagai seorang
muslim, tentu saja memiliki daya berpikir kritis itu sangat penting. Sistem
sekuler kapitalisme yang kini diterapkan harus dikritisi dengan menggunakan
pemikiran Islam sebagai pisau analisanya.
Kritisisme
seorang muslim melibatkan kemampuan untuk mempertanyakan, meragukan, dan
menguji kebenaran atau keabsahan suatu klaim, serta tidak menerima begitu saja
informasi tanpa pemikiran yang kritis. Terlebih, jika pemikiran itu jelas-jelas
berasal dari aqidah yang salah, semisal kapitalisme atau komunisme. Gaya
berpikir RG setidaknya bisa membuka pintu bagi tradisi berpikir suatu bangsa,
khususnya di Indonesia.
Para intelektual muslim penting melakukan kritisisme
filosofis atas konsepsi-konsepsi yang beredar di masyarakat. Pendekatan kritis
terhadap ide-ide filosofis, teori-teori, atau konsep-konsep dengan
mempertanyakan dasar-dasar logis, konsistensi, dan implikasinya. Kritisisme
filosofis membantu dalam membangun argumen yang lebih kuat dan mengidentifikasi
potensi kelemahan dalam berbagai gagasan.
Pemikir muslim juga harus melakukan kritisisme media. Pendekatan analitis
terhadap konten media seperti berita, iklan, atau konten digital lainnya, untuk
mengidentifikasi bias, manipulasi informasi, atau dampak sosial dari media
tersebut. Maraknya media social dengan jutaan konten setiap detik harus menjadi
perhatian intelektual muslim agar mampu memberikan pencerdasan kepada
masyarakat. Jangan sampai seorang intelektual muslim termakan hoak.
Terlebih lagi masalah social di negeri ini, maka
intelektual muslim harus memiliki daya kritisisme sosial politik. Pendekatan kritis
terhadap isu-isu sosial seperti ketidaksetaraan, diskriminasi, atau
ketidakadilan, dengan tujuan mengungkap struktur-struktur kekuasaan yang
mendasarinya, ideologi yang menjadi pondasinya, lantas mendorong perubahan ke
arah Islam.
Perubahan
ke arah Islam adalah sebuah keharusan. Jangan sampai malah ada pejabat yang
anti perubahan. Perubahan ke arah Islam, harus dimulai dari kesadaran umat
Islam, sementara kesadaran harus dimulai dari pemahaman, sedangkan pemahaman
dimulai dari pemikiran.
Dalam
esensi, kritisisme mendorong manusia untuk berpikir secara kritis, melampaui
pandangan permukaan, dan mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia di
sekitar mereka. Ini adalah bagian penting dari proses intelektual dan
pengembangan individu, serta membantu membangun pengetahuan dan pemahaman yang
lebih mendalam. Intelektual muslim harus berpikir cemerlang, bukan hanya
mendalam atau filosofis. Pemikiran cemerlang melibatkan nilai-nilai Islam
sebagai basis aksilogisnya.
Kemunculan
Rocky Gerung bisa dikatakan telah
membuka budaya berpikir kritis. Budaya berpikir kritis merujuk pada lingkungan
atau norma-norma yang mendorong dan memfasilitasi perkembangan keterampilan
berpikir kritis dalam masyarakat atau kelompok tertentu. Ini melibatkan sikap,
nilai-nilai, dan praktik-praktik yang mendorong individu untuk mempertanyakan,
menganalisis, dan mengevaluasi informasi serta gagasan secara kritis dan
objektif.
Budaya
berpikir kritis mengajarkan individu untuk tidak menerima informasi begitu
saja, tetapi untuk melakukan pemikiran yang mendalam dan teliti sebelum
mengambil keputusan atau membentuk pandangan. Terlebih seorang muslim yang
telah Allah perintahkan untuk senantiasa berpikir dan amar ma’ruf nahi munkar.
Wahai
orang-orang yang beriman, jika datang kepada kamu seorang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum dengan kejahilan, lalu kamu menjadi penyesalan atas apa yang
kamu perbuat." (QS. Al-Hujurat: 6)
Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung." (Al-Imran: 104)
Coba perhatikanlah ucapan pidato Abu Bakar As
Shiddiq saat dilantik menjadi seorang khalifah pertama dalam peradaban Islam : Wahai
manusia Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu (ri’ayatu suunul
ummah). Padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu. Maka jikalau aku
dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah aku. Tetapi jika aku berlaku salah,
maka luruskanlah. Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku
dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan
orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan
haknya kepadanya. Maka hendakklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada
Allah dan Rasul-Nya.
Inilah karakter kepemimpinan Islam yang justru
tidak anti kritik. Sebaliknya, malah meminta dirinya untuk dikritik jika telah
berlaku salah, dalam arti menyalahi syariat Allah dalam memimpin rakyat. Jangan
sebaliknya, sudah salah tidak mau dikritik atau dinasihati. Kontrol masyarakat
muslim adalah dengan amar ma;ruf nahi munkar. Bahkan ada sebuah hadits yang
menjelaskan bahwa jihad terbesar adalah menyampaikan kebenaran Islam kepada
pemimpin zolim.
Budaya
berpikir kritis di masyarakat harus terus dibangun, terlebih jika masyarakat
hidup dalam tekanan hegemoni kekuasaan. Jika diam maka selamanya akan terjajah,
rakyat harus memiliki keterbukaan
terhadap pemikiran yang beragam. Budaya berpikir kritis mendorong
penghargaan terhadap berbagai sudut pandang dan pendekatan, serta mengajarkan
individu untuk mendengarkan dan mempertimbangkan argumen-argumen yang berbeda.
Sistem
pendidikan harus mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis melalui
metode pembelajaran yang mendorong diskusi dan analisis mendalam kepada para
siswa atau mahasiswa. Individu dalam budaya berpikir kritis diajarkan tentang
metode ilmiah, logika, dan cara mengumpulkan serta mengevaluasi bukti secara
objektif.
Budaya
berpikir kritis mendorong individu rakyat untuk bertanya dan menggali lebih
dalam terhadap informasi yang diterima, memeriksa sumber-sumber informasi,
serta meragukan klaim yang tidak memiliki dasar yang kuat. Bahkan lebih dari
itu, rakyat punya hak mempertanyakan setiap kebijakan pemerintah. Terlebih jika
kebijakan itu merugikan rakyat.
Budaya
berpikir kritis mengutamakan kebenaran dan keadilan di atas pandangan atau
opini pribadi. Individu diajarkan untuk mencari kebenaran dan berkontribusi
pada perbaikan masyarakat melalui pemikiran yang kritis. Khusus bagi seorang
muslim, berpikir kritis harus dilandarkan oleh aqidah Islam.
Budaya
berpikir kritis mengajarkan keterampilan komunikasi yang baik, termasuk
kemampuan untuk menyampaikan argumen dengan jelas, mendengarkan dengan saksama,
dan merespons secara produktif. Budaya berpikir kritis merangsang kreativitas
dan pemikiran inovatif dalam mengatasi tantangan dan masalah.
Individu
dalam budaya berpikir kritis diberdayakan untuk mengenali bias dan prasangka
pribadi serta memahami bagaimana faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi
pemahaman dan pandangan mereka. Budaya ini mendorong individu untuk mengambil
tanggung jawab atas pemikiran dan tindakan mereka sendiri serta menerima
konsekuensi dari pendekatan berpikir kritis.
Budaya
berpikir kritis memiliki dampak yang positif pada perkembangan individu,
masyarakat, dan dunia secara keseluruhan, karena individu yang memiliki
keterampilan berpikir kritis cenderung menjadi pengambil keputusan yang lebih
baik, kontributor yang lebih efektif, dan warga yang lebih sadar secara sosial.
Kompetensi
berpikir kritis adalah kemampuan individu untuk secara efektif menganalisis,
mengevaluasi, dan memahami informasi secara mendalam, serta untuk menghasilkan
argumen dan solusi yang rasional dan terinformasi. Ini melibatkan kemampuan
untuk mempertanyakan asumsi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengenali
pola-pola, dan memahami implikasi dari informasi yang diberikan.
Bagi
seorang muslim, bukan hanya soal kemampuan berpikir kritis, namun harus kritis paradigmatik.
Paradigma dalam disiplin intelektual memiliki arti cara
pandang (worldview) orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan
mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah
laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai,
dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas
yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual.
Paradigma atau worldview biasanya
digunakan kaum intelektual untuk membaca pandangan alam yang lain. Misalnya
seorang muslim, dengan paradigma Islam dipakai untuk melakukan pembacaan atas
isme-isme yang bertentanganan dengan Islam. Sebagai contoh adalah ketika paradigma
Islam digunakan untuk membaca paham sekulerisme, liberalisme dan pluralisme
agama, maka ketiganya adalah paham sesat dan haram hukumnya.
Dengan
adanya perintah amar ma’ruf nahi munkar, maka bagi seorang muslim memiliki
kemampuan berpikir kritis analitik adalah sebuah keniscayaan. Terlebih jika
seorang muslim hidup di suatu negeri yang menerapkan system dan ideologi kapitalisme
sekuler atau komunisme ateis yang sudah jelas-jelas sesat. Namun, seorang
muslim harus membangun argumentasi rasional yang bisa menyadarkan umat dan
membangkitkan pemikirannya.
(AhmadSastra,KotaHujan,07/08/23
: 00.18 WIB)