[19] RAMADHAN TRANSFORMATIF



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri (Ar-Ra'd: 11).

 

Alhamdulillah, kita telah memasuki Ramadhan ke 19, suatu nikmat besar dari Allah dengan masih memberikan kesempatan untuk meraup segala kebaikan dan keistimewaan di bulan mulia ini. Pada edisi 19 ini kita akan membahas masis seputar transformasi keluarga. Kali ini kita fokus kepada keluarga yang berhijrah. Kita bisa mendapatkan inspirasi dari peristiwa hijrahnya Rasulullah lantas kita bisa implementasikan dalam keluarga. Seperti apa keluarga yang berhijrah itu ?

 

Peristiwa hijrah itu sangat istimewa dalam Islam, karena merupakan t5ransformasi peradaban yang menandai kegemilangan Islam dan menjadi mercusuar peradaban dunia selama 14 abad lebih. Bahkan Umar Bin Khathab memilih peristiwa hijrah Rasulullah sebagai awal penanggalan Islam diantara banyak pilihan, bukan tanpa alasan. Selain merupakan sejarah agung dimulainya peradaban Islam di Madinah, peristiwa hijrah juga semestinya menjadi spirit generasi muslim sepanjang masa untuk selalu bangkit dan berjuang, khususnya keluarga sebagai tema Ramadhan Transformatif kali ini.

 

Periode Mekkah adalah hijrah individual, dimana beberapa masyarakat Mekkah dan para tokohnya menyatakan dirinya masuk Islam dan bergabung bersama Rasulullah. Berbagai rintangan dan penderitaan harus ditanggung oleh mereka yang baru hijrah. Namun Rasulullah menghadapinya dengan penuh kesabaran. Pelajaran yang bisa diambil adalah bahwa keluarga adalah terdiri dari individu-individu. Maknya adalah bahwa hijrah keluarga harus dimulai dari hijrah indivual anggota keluarga.

 

Rasulullah tidak pernah berhenti berdakwah mengajak masyarakat Mekkah untuk memeluk agama Islam dan meninggalkan kekafiran dan kemusyrikan serta kejahiliahan yang selama ini diwarisi dari nenek moyang mereka. Hijrahnya individu  di Mekkah adalah awal dari hijrah peradaban di Madinah. Pesan hijrah transformatif inilah yang semestinya keluarga warisi di zaman sekarang ini.  Artinya orang tua harus senantiasa mengajak kepada anak-anak untuk melakukan perubahan diri menjadi lebih Islami.

 

Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya mensinyalir  bahwa Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing. Ada dua kata asing dalam penggalan hadits ini yang diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Kitab al Kabir ini.  Kata asing yang pertama berkaitan dengan kedatangan Islam di tengah sistem kehidupan jahiliyah. Kehidupan jahiliyah adalah seburuk-buruk sistem kehidupan pada masa itu.

 

Seluruh puncak kemaksiatan manusia muncul pada zaman ini. Nah, bukankah kemaksiatan juga terjadi pada zaman ini, bahkan lebiah parah dibandingkan zaman jahiliah dulu. Saatnya orang tua mengajak anak-anak agar tidak terjerumus kepada segala macam kemaksiatan zaman modern yang sekuleristik ini.

 

Zaman jahiliyah adalah zaman dimana akal dan wahyu sudah tidak dijadikan sebagai timbangan perilaku manusia. Pada zaman ini seluruh perilaku kehidupan hanya dilandasi oleh naluri dan hawa nafsu dan mengabaikan nilai-nilai etis agama dan nilai-nilai rasionalitas. Pada zaman jahiliyah muncul permusuhan antar manusia karena kepentingan hedonistik.  

 

Berbagai tindak pembunuhan, tradisi mabok-mabokan, perjudian, perzinahan dan bahkan perbudakan terjadi begitu masif dan meluas. Seluruh perilaku buruk ini telah mendarah daging dalam kehidupan mereka, sulit untuk diubah. Hijrah keluarga harus dimulai pada keterikatan anggota keluarga kepada hukum-hukum Islam.

 

Dalam bidang aqidah, zaman jahiliyah adalah zaman dimana Allah tidak lagi dijadikan sesembahan. Mereka terjebak kepada keyakinan nenek moyang yang penuh kemusyrikan dan kekufuran.  Berbagai bentuk patung dan benda-benda lainnya dijadikan sebagai tuhan yang disembah. Padahal sebenarnya hawa nafsulah yang mereka sembah. Hijrah keluarga mestinya dilandasi oleh aqidah Islam standar perbuatan anggota keluarga.  

 

Dalam keadaan puncak kerusakan manusia inilah Allah lantas mengutus seorang Rasul yang bernama Muhammad SAW untuk melakukan perbaikan seluruh kerusakan sistem kehidupan masyarakat jahiliyah. Dengan penuh kesabaran dan kelembutan, Rasulullah berusaha keras memberikan penjelasan atas kesalahan sistem jahiliyah. Rasulullah harus dijadikan sebagai suri tauladan dalam kehidupan keluarga, baik kepribadiannya maupun gerakan dakwahnya.

 

Rasulullah dengan lantang dan tegas menyampaikan kesalahan aqidah yang mereka anut, kesalahan pemikiran yang mereka anut serta kesalahan perilaku mereka. Rasulullah menyampaikan bahwa hanya Allahlah yang berhak disembah seraya mengajak mereka untuk memeluk agama Islam memiliki ajaran mulia dan melarang perilaku buruk demi kebahagiaan manusia. Orang tua harus menjadikan anak-anaknya sebagai generasi pejuang yang berani menyampaikan Islam kepada masyarakat dan para pemimpin.

 

Nampaknya kedatangan Rasulullah dengan dakwahnya ini mengusik keyakinan dan menyulut emosi kaum jahiliyah. Mereka merasa ada orang asing dengan ajaran asing yang akan mengubah sistem kehidupan yang telah ratusan tahun mereka yakini dan jalani. Sebagai sosok orang Arab, Rasulullah sendiri bukanlah orang asing, namun ajaran-ajaran Islam yang disampaikan beliaulah yang dirasakan asing.

 

Sebab ajaran-ajaran yang disampaikan Rasulullah dianggap baru dan akan melenyapkan seluruh sistem keyakinan jahiliyah yang selama ini mereka percaya. Dalam titik inilah, Islam dianggap asing oleh kaum jahiliyah. Maka beruntunglah jika disebut sebagai keluarga asing, yakni keluarga yang senantiasa melakukan perbaikan keadaan sosial yang buruk menuju keadaan yang islami.

 

Kata asing kedua berkaitan dengan masa setelah Rasulullah, dimana kehidupan kembali dikuasai oleh sistem kehidupan jahiliyah. Kehidupan modern yang kini sedang dirasakan manusia akhir zaman adalah kehidupan yang tidak jauh kondisinya dengan zaman jahiliyah masa kenabian. Bahkan bisa dikatakan lebih jahiliyah lagi, sebab seluruh perilaku kemaksiatan pada zaman nabi kini terjadi lebih masif dan lebih luas. Kondisi ini harus dipahamkan kepada anggota keluarga sebagai bekal dakwah dan perjuangan.

 

Meski dianggap asing, namun Rasulullah melanjutkan sabdanya bahwa beruntunglah orang-orang yang dianggap asing. Para sahabat bertanya kepada beliau siapakah orang-orang asing itu ?. Rasulullah menjawab bahwa orang asing itu adalah mereka yang melakukan perbaikan ketika kehidupan manusia sudah mengalami kerusakan. Jawaban Rasulullah ini sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah pada zaman itu. Rasulullah adalah orang yang diutus Allah untuk melakukan perbaikan kerusakan hidup jahiliyah.

 

Yang dimaksud orang asing ini tentu bukan para sahabat, sebab mereka datang setelah ada manusia yang merusak metode kehidupan yang dibawa Rasulullah. Sementara para sahabat tidak merusak metode kehidupan Rasulullah dan metode kehidupan itu belum rusak pada masa Rasulullah.

 

Kata   idza (ketika) dalam lafadz yuslihuuna idza fasada an naas menurut al Ausat dan al Shagir menunjukkan masa yang akan datang. Dalam hadits ini terdapat petunjuk bahwa kerusakan tersebut terjadi setelah masa sahabat. Artinya jika merujuk kepada kehidupan hari ini, maka masa kerusakan salah satunya adalah pada masa kita hidup sekarang. Sebab pada faktanya dalam kehidupan hari ini berbagai bentuk kemaksiatan telah menjadi fenomena global yang tak terbendung akibat sistem kehidupan jahiliyah modern ini. Disinilah tantangan besar menjadi keluarga berhijrah dengan dakwah dan perjuangannya.

 

Jahiliyah modern adalah kehidupan yang akal dan wahyu tidak lagi dijadikan rujukan dan timbangan pola pikir dan pola sikap manusia. Sebaliknya, orientasi sekuleristik duniawilah yang dijadikan sebagai timbangan kehidupan manusia. Akibatnya berbagai bentuk kezaliman, permusuhan, dan kemaksiatan terjadi secara terus-menerus. Keluarga berhijrah setidaknya menyelamatkan keluarga dari siksa api neraka karena terjerumus kepada kemasiatan, maksimalnya adalah melakukan perubahan sosial.

 

Dengan demikian hijrah keluarga pada Ramadhan Transformatif adalah proses transformasi keluarga berupa kesadaran akan nilai-nilai Islam dan menjauhkan diri dari segara nilai jahiliyah. Dari kekuatan keluarga mukmin inilah tumbuh kesadaran sosial yang akan mendorong terjadinya hijrah peradaban suatu bangsa. Sebagaimana Rasulullah membangun peradaban Islam di Madinah, begitulah seharusnya keluarga muslim dan kaum muslimin pada umumnya memaknai hijrah keluarga pada bulan Ramadhan 1444 H ini.

 

Sudah siap hijrah keluarga menuju keluarga dakwah dan perjuangan yang melakukan perbaikan sosial di tengah zaman jahiliyah modern ini ?

 

(AhmadSastra,KotaHujan,10/04/23 : 21.00 WIB)  

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.