Oleh : Ahmad Sastra
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11).
Tulisan Ramadhan Transformatif edisi 16 ini ditulis pukul 02.30 pagi hari dalam keheningan bulan suci ini. Keheningan sering kali memberikan banyak inspirasi karena kondisi kebatinan dan pikiran kita sedang tenang dan jernih, terlebih jika diiringin sholat malam. Banyak karya besar para ulama ditulis di malam hari dalam keheningan.
Keheningan dapat memberikan beberapa manfaat penting bagi penulis yang ingin menulis dengan fokus dan produktif. Berikut adalah beberapa manfaat keheningan untuk menulis. Pertama, keheningan bisa meningkatkan konsentrasi. Keheningan dapat membantu mengurangi gangguan dari suara-suara dan aktivitas di sekitar, sehingga memungkinkan penulis untuk lebih fokus dan konsentrasi pada proses menulis.
Kedua, suasana hening bisa meningkatkan produktivitas. Dengan menghilangkan gangguan dari lingkungan sekitar, keheningan dapat membantu meningkatkan produktivitas penulis dan memungkinkan penulis untuk menyelesaikan tugas-tugas menulis dengan lebih cepat dan efisien.
Ketiga, keheningan malam bisa merangsang kreativitas. Keheningan dapat membantu merangsang kreativitas dan imajinasi penulis, karena memungkinkan mereka untuk lebih fokus pada proses kreatif dan membiarkan pikiran mereka melayang secara bebas. Keempat, suasana hening bisa mengurangi stres. Keheningan dapat membantu mengurangi stres dan ketegangan yang dapat mengganggu proses menulis. Dengan suasana yang tenang, penulis dapat merasa lebih nyaman dan rileks, sehingga memungkinkan mereka untuk menulis dengan lebih mudah dan alami.
Kelima, hening itu bisa memperkuat koneksi antara penulis dan tulisannya. Keheningan dapat membantu penulis memperkuat koneksi antara dirinya dan tulisannya, karena memberikan waktu dan ruang yang diperlukan untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan pikiran, ide, dan perasaan secara lebih mendalam dan autentik. Oleh karena itu bulan suci Ramadhan ini lakukan suatu proses transformasi dengan memanfaatkan malam-malam untuk berkarya.
Kembali kepada transformasi keluarga. Edisi enambelas ini akan fokus kepada pentingnya menciptakan tradisi intelektualitas dan spiritualitas dengan menjadikan bulan Ramadhan sebagai sebuah rihlah atau tamasya intelektual dan spiritual anggota keluarga, terutama anak-anak. Anak-anak adalah calon generasi penerus keluarga di masa depan, karena itu sejak awal harus mencintai ilmu dan agama ini.
Secara umum, tamasya adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk pada perjalanan atau kegiatan rekreasi yang dilakukan untuk mencari pengalaman baru, menikmati keindahan alam, atau mengunjungi tempat-tempat wisata. Tamasya bisa dilakukan sendirian atau bersama-sama dengan keluarga, teman, atau rombongan.
Tujuan utama dari tamasya adalah untuk mendapatkan pengalaman baru, menikmati waktu luang, dan menghilangkan kejenuhan dari rutinitas sehari-hari. Tamasya bisa dilakukan di dalam maupun di luar negeri, dan bisa melibatkan berbagai kegiatan, seperti berwisata ke tempat-tempat bersejarah, mengunjungi taman hiburan, atau menjelajahi alam terbuka. Dalam beberapa kasus, tamasya juga dapat memiliki konotasi spiritual dan dianggap sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran diri dan mencapai kedamaian batin.
Rihlah adalah istilah dalam bahasa Arab yang merujuk pada perjalanan atau tamasya, dan maknanya serupa dengan tamasya dalam bahasa Indonesia. Rihlah dapat dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti mendapatkan pengalaman baru, menikmati keindahan alam, atau mengunjungi tempat-tempat bersejarah.
Rihlah juga dapat memiliki konotasi spiritual dalam Islam, karena beberapa tokoh Islam terkenal melakukan perjalanan rihlah untuk menuntut ilmu agama, bertemu dengan ulama atau guru spiritual, atau untuk mengeksplorasi keajaiban alam semesta yang diciptakan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, meskipun istilahnya berbeda, tamasya dalam bahasa Indonesia dan rihlah dalam bahasa Arab memiliki makna yang sama yaitu perjalanan atau tamasya untuk tujuan tertentu.
Anak-anak di rumah harus diusahakan untuk mencintai ilmu, terlebih sebagai kelurga muslim. Menuntut ilmu itu wajib hukumnya, maka sejak kecil harus sudah didorong untuk menjadi seorang pembelajar yang mencintai ilmu. Anak perlu merasa bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat bagi dirinya. Jika anak dipaksa untuk belajar, kemungkinan besar ia akan kehilangan minat dan motivasi untuk belajar.
Orang tua perlu menjadi contoh yang baik dengan menunjukkan kecintaan terhadap ilmu. Misalnya, dengan membaca buku, menonton dokumenter, atau mengikuti kelas online. Ajak anak untuk bergabung dalam kegiatan belajar bersama, seperti membaca buku bersama, berdiskusi, atau menonton video pendidikan, semisal kepahlawanan para sahabat Nabi. Hal ini akan membantu anak merasa bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan dan bisa dilakukan bersama-sama.
Orang tua harus sering memmerikan pujian dan penghargaan ketika anak menunjukkan minat dan kemajuan dalam belajar. Hal ini akan membantu memotivasi anak untuk terus belajar dan mengembangkan rasa cinta terhadap ilmu. Jangan lupa di rumah, orang tua harus menyediakan buku, video, atau sumber belajar lainnya yang sesuai dengan minat anak akan membantu anak merasa lebih tertarik untuk belajar. Biarkan anak memiliki ruang untuk mengeksplorasi minat dan ketertarikannya sendiri. Dukunglah anak untuk mencoba hal-hal baru dan mendukungnya dalam mengejar minatnya selama tidak melanggar syariah.
Menciptakan tradisi ilmu dalam keluarga dapat menjadi langkah penting untuk mempromosikan pendidikan dan pengetahuan di antara anggota keluarga. Lakukan berbagai perjalanan atau rihlah yang bertujuan untuk mencari ilmu pengetahuan. Jadikan rumah sebagai tempat rekreasi untuk menambah ilmu. Jadwalkan waktu khusus setiap minggunya untuk belajar bersama di keluarga. Misalnya, dapat dilakukan kegiatan membaca buku, menonton video pendidikan, atau berdiskusi tentang topik tertentu. Bisa juga dengan keluar rumah mengunjungi tempat-tempat bersejarah dengan menceritakan kepada anak-anak.
Doronglah anggota keluarga untuk selalu belajar dan mencari tahu hal-hal baru. Berikan pujian dan penghargaan ketika ada anggota keluarga yang menunjukkan minat dalam belajar. Jelaskan secara terbuka tentang pentingnya belajar dalam kehidupan dan bagaimana pengetahuan dapat membantu memajukan karir, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan manfaat lainnya.
Jangan terbatas hanya pada satu atau dua orang anggota keluarga saja. Ajak seluruh anggota keluarga untuk belajar dan berpartisipasi dalam kegiatan belajar bersama. Kumpulkan buku, majalah, video, dan sumber belajar lainnya yang sesuai dengan minat dan kebutuhan anggota keluarga. Letakkan di tempat yang mudah dijangkau dan diakses oleh semua anggota keluarga. Manfaatkan teknologi seperti internet dan perangkat mobile untuk mengakses sumber belajar. Berikan akses kepada anggota keluarga untuk memanfaatkan teknologi tersebut untuk kepentingan belajar.
Selain rihlah intelektual, Ramadhan ini juga bisa dimanfaat oleh keluarga muslim untuk melakukan rihlah spiritual. Rihlah atau tamasya spiritual adalah kegiatan yang bertujuan untuk mencari kedamaian, kebahagiaan, dan pengalaman batin yang mendalam melalui berbagai kegiatan spiritual dan refleksi diri.
Sebelum memulai tamasya, tentukan tujuan dan agenda kegiatan agar semua anggota keluarga memiliki pemahaman yang sama dan bisa mempersiapkan diri dengan baik. Pilih tempat yang sesuai untuk tamasya spiritual, misalnya tempat yang tenang, memiliki keindahan alam, dan mendukung kegiatan spiritual.
Pilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan keluarga, seperti meditasi, yoga, zikir, dzikir, atau kegiatan lain yang mendukung proses refleksi diri. Sediakan waktu yang cukup untuk melakukan tamasya spiritual, sehingga semua anggota keluarga bisa fokus dan merasakan manfaat dari kegiatan tersebut.
Dalam tamasya spiritual, terkadang rencana tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, tetap terbuka dan fleksibel terhadap perubahan rencana dan tetap berusaha menikmati proses tamasya. Setelah melakukan kegiatan spiritual, luangkan waktu untuk merenungi dan berbagi pengalaman dengan anggota keluarga. Hal ini akan membantu menguatkan ikatan keluarga dan mendukung proses refleksi diri.
Melakukan tamasya intelektual dan spiritual dalam keluarga dapat membantu mengembangkan rasa kesadaran intelektual dan spiritual pada anak-anak, menciptakan kedamaian dalam keluarga, dan memperkuat ikatan antar anggota keluarga. Hal ini juga akan membantu anggota keluarga meraih kebahagiaan, ketenangan batin, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Nah, tunggu apa lagi, lakukan transformasi intelektual dan spiritual pada bulan Ramadhan ini dengan menetapkan program rihlah atau tamasya intelektual dan spiritual. Perubahan ini penting karena pada saat ini godaan materialisme sangat kuat, jika tidak dibentengi sejak awal, maka bukan tidak mungkin, anak-anak akan terjebak materialisme yang akan menggerogoti intelektualitas dan spiritualitas. Selamat mencoba.
(AhmadSastra,KotaHujan,07.04/23 : 02.50 WIB)
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Raihlah spritual dan rihlah intelektual sebuah transformatif yang harus kita laksanakan dalam keluarga kita. Terima kasih ustadz artikel yang sangat bagus
BalasHapus