Oleh : Ahmad Sastra
Perkembangan teknologi informasi adalah fakta yang tak mungkin dielakkan. Lebih dari itu, bahkan melalui dunia maya terjadi perang cyber (cyber war), tentaranya disebut sebagai cyber force. Cyber war bisa terjadi antar negara, antar ideologi, antar golongan bahkan antar pribadi. Antara lawan dan kawan menjadi sangat absurd dalam cyber war ini, sebab semua bergantung kepada sandaran dan standarnya.
Semua kepentingan bisa masuk sebagai pemain di dunia maya ini. Tak ketinggalan, ghozwul fikri juga begitu masif mewarnai perang cyber. Islam kerap menjadi sasaran fitnah, hinaan dan bahkan kebencian orang-orang yang memang tidak menginginkan agama ini bangkit. Tak heran, jika banyak muslim yang terpanggil keimanannya untuk membela Islam dari serangan cyber.
Dalam cyber war dikenal istilah hacker. Hacker adalah orang yang menemukan dan memanfaatkan kelemahan sistem personal komputer serta atau jaringan buat mendapatkan akses ke data langsung atau bisnis. Umumnya, hacker adalah programmer yang terampil dengan pengetahuan ihwal keamanan komputer yang luas.
Hacker sendiri ada yang putih dan ada yang hitam, sebuah istilah yang juga sangat absurd. Jika putih maksudnya adalah hacker yang baik dan yang hitam adalah hacker jahat, juga masih suatu yang absurd. Jika hacker putih adalah hacker muslim dan yang hitam hacker non muslim tentunya suatu yang sangat tendensius.
Tapi yang pasti adalah bahwa setiap muslim punya tanggungjawab membela agamanya dari berbagai bentuk permusuhan sebagaimana terjadi di masa lalu. Cyber war dengan demikian juga memerlukan tentara-tentara pembela Islam dari berbagai serangan pemikiran melalui ruang digital. Aplikasi digital bagi seorang muslim adalah alat untuk dakwah.
Disebutkan dalam kitab suci Al-Qur’an akan kewajiban berdakwah bagi setiap individu muslim dan jamaah umat Islam, yaitu: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl:125),
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110), “Demi Masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. Al-’Ashr:1-3).
Dakwah di era sosial media disebut sebagai dakwah digital. Dakwah dengan media sosial adalah dakwah dengan memanfaatkan media seperti facebook, youtube, instagram, twitter, televisi dsb. Di zaman modern ini dakwah dengan media sosial bisa menjadi alternatif yang efektif bahkan mengena secara langsung, cepat dan tidak mengenal waktu.
Hal ini disebabkan karena orang zaman sekarang dapat dengan mudah mengkases apapun melalui internet ditambah kehidupan sosial yang ingin segala sesuatunya berjalan dengan cepat. Maka tidak heran jika banyak kita temukan ceramah-ceramah atau petikan-petikan hikmah yang viral melalui media sosial. Para santri, ustadz, kyai dan ulama banyak yang ambil bagian dalam gerakan dakwah digital ini. Memang begitulah seharusnya karakter seorang santri yang berdakwah bela Islam melalui kanal digital.
Allah menegaskan dengan firmanNya : Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad 47: Ayat 7).
Tafsir Kementerian Agama menerangkan, ayat ini mengandung makna, wahai orang-orang yang beriman, yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengamalkan tuntunan-Nya. Jika kamu menolong agama Allah dengan berjihad memperjuangkan kebenaran di jalan Allah, niscaya Dia akan menolongmu menghadapi berbagai kesulitan, dan niscaya Dia akan menolongmu menghadapi berbagai kesulitan serta meneguhkan kedudukanmu, sehingga kamu dapat mengalahkan musuh-musuhmu. Itulah janji Allah untuk mendorong mereka yang beriman agar tidak segan dalam berjihad di jalan Allah.
Melalui ayat ini, Allah menyeru orang Mukmin, jika mereka membela dan menolong agama-Nya dengan mengorbankan harta dan jiwa, niscaya Ia akan menolong mereka dari musuh-musuhnya. Allah akan menguatkan hati dan barisan mereka dalam melaksanakan kewajiban mempertahankan agama Islam dengan memerangi orang-orang kafir yang hendak meruntuhkannya. Sehingga agama Allah itu tegak dan kokoh (sumber Republika.co.id)
Beberapa waktu yang lalu Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), dan Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) bersama menggelar Seminar dan Pelatihan Cyber Security untuk santri di Indonesia yang bertepatan dengan Hari Santri Nasional 2022.
Menurut Hary Budiarto selaku Kepala Bidang Litbang SDM Kementerian Kominfo, ada 4 tujuan dari diadakannya seminar untuk santri, yaitu mencetak Santri Cyber Security, membangun ekosistem Santri Cyber Security, mengkosolidasikan talenta keamanan siber dan mewujudkan coaching dan job connector.
“Seiring dengan meningkatnya eskalasi politik dan momentum Pemilihan Umum 2024 diperlukan tindakan cepat, tepat dan akurat dalam menghadapi serta mengantisipasi berbagai tantangannya,” ujar Hary di bilangan Jakarta Pusat, Sabtu (22/10).
Para santri akan dididik menjadi hacker, tapi bukan untuk menyerang melainkan mengamankan perangkat yang mempunyai beberapa kelemahan dan mereka akan memperkuat di sisi itu. Potensi dan sumber daya digital yang dimiliki para santri Indonesia dinilai sangat luar biasa. Meski jarang diekspos, namun para santri selalu hadir, baik di dunia white hacker, konten, pasar digital hingga startup.
Pelatihan ini juga akan melatih, menghimpun, mewadahi dan memfasilitasi santri yang memiliki kemampuan keamanan siber sekaligus membangun kolaborasi digital dalam kesatuan visi. Pertanyaannya visinya apa ?. Apakah visinya sejalan dengan visi Islam atau tidak ?.
Penting dicatat, bahwa santri secara filosofis adalah individu yang memiliki visi dan orientasi keislaman, sebab mereka memang dididik agama di lembaga pendidikan Islam yang disebut pesantren. Santri tidak boleh disorientasi, harus tetap istiqomah menjadi guru, dai dan pembela agama Allah.
Karena itu Seminar dan Pelatihan Cyber Security untuk santri di Indonesia yang bertepatan dengan Hari Santri Nasional 2022 semestinya tidak boleh keluar dari filosofi santri sebagai garda terdepan pembela agama Allah. Karena itu akan menjadi sangat absurd penamaan hacker putih atau hacker hitam jika standarnya bukan Islam. Jangan sampai santri justru dimanfaatkan kepentingan-kepentingan politik pragmatis yang justru menyelisihi politik Islam.
Resolusi jihad sebagai latar historis hari santri harus dimaknai secara benar dalam perspektif jihad kekinian dalam sudut pandang Islam. Sebab jika salah sudut pandang, santri justru akan mengalami disorientasi. Santri dalam hal ini harus mampu mengidentifikasi siapa sebenarnya penjajah negeri ini pada saat ini ?. Jika saat resolusi jihad, penjajahnya adalah Belanda, lantas siapa penjajah negeri ini pada saat ini ?.
Salah satu pertimbangan Resolusi Jihad adalah : mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menurut hukum Agama Islam, termasuk sebagai satu kewadjiban bagi tiap2 orang Islam. Mengutip nu.or.id, Resolusi Jihad ini menegaskan, “memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaja menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata serta sebadan terhadap usaha-usaha jang akan membahayakan Kemerdekaan dan Agama dan Negara Indonesia, terutama terhadap pihak Belanda dan kaki-tangannya.”
Allah berfirman : Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS Al Ankabut : 69).
Nah, oleh karena itu jadilah santri yang benar-benar santri yakni yang memiliki visi jihad membela agama Allah, khususnya melalui dunia maya yang kini tengah berlangsung cyber war. Jadilah hacker putih pembela Islam melawan hacker hitam musuh-musuh Islam. Jadikan Islam sebagai standar perbuatan dan tindakan, agar seluruh usaha mulia para santri menjadi amal sholeh di hadapan Allah. Jangan sampai sebaliknya, santri terjebak dalam kepentingan politik pragmatis.
(AhmadSastra,KotaHujan,25/10/22 : 13.47 WIB)
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad