Oleh : Ahmad Sastra
Perkembangan sosial media tak mungkin lagi terbendung dimana milyaran manusia mengakses setiap detiknya. Ini adalah kesempatan untuk para dai mendakwahkan Islam dan mengisi sosial media dengan konten-konten positif penuh inspirasi keislaman. Sosial media ibarat tong kosong yang siap menampung apa saja yang. Seorang dai mesti mampu mengisi sosial media dengan konten-konten dakwah.
Literasi dakwah mengalami apa yang disebut migrasi literasi dari off line ke dunia on line. Ini adalah kesempatan positif bagi para dai zaman now untuk menjadikan sosial media sebagai media dakwah yang bersifat global. Sosial media memiliki banyak kelebihan jika digunakan sebagai media dakwah.
Efektifitas dan daya jangkau dakwah via sosial media kepada ma’du akan lebih cepat. Menulis satu artikel dakwah dan diposting ke FB misalnya, maka dalam hitungan jam mungkin telah ada ratusan bahkan ribuah orang yang mengaksesnya. Bahkan lewat on line, seorang dai juga bisa melakukan tanya jawab kepada ma’du setelah membaca tulisan sang dai.
Mesti telah ada UU ITE yang dikeluarkan pemerintah, yang bisa menjerat postingan dakwah, namun dakwah tentu saja tidak boleh berhenti. Sebab dakwah adalah damai dan penuh kebajikan. Sebab dakwah adalah cinta, mengajak manusia ke jalan yang baik dan keluar dari jalan yang buruk. Yang terpenting, seorang dai tidak boleh menebarkan kebohongan, hoax, penipuan dan fitnah dalam berdakwah melalui sosial media.
Berikut beberapa ayat Allah yang bisa dijadikan sebagai pedoman dakwah via sosial media : Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik [QS Al Hijr : 94]. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu [QS Al Hujurat : 6].
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang [QS Al Hujurat : 19].
Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar" [QS An Nur : 16]
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui [QS An Nur : 19]
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan [QS Al Maidah : 8].
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela [QS Al Humayah : 1] dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah [QS Al Qalam : 10-11].
Islam adalah agama dakwah, dimana seluruh Nabi dan Rasul diutus Allah untuk memberikan petunjuk ke jalan yang lurus dan peringatan agar manusia tidak berjalan di atas jalan kebatikan. Dakwah para Rasul selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan dan hambatan. Namun Rasulullah tidak menyerah dan mundur satu jengkalpun. Beliau tetap berada di jalur dakwah tanpa meleburkan diri dalam sistem jahiliyah yang zalim.
Budaya literasi adalah budaya para Nabi dan ulama dalam menyampaikan dakwah Islam dan ilmu ajaran Islam. Berbagai surat, perjanjian perdamaian yang Rasulullah buat sebagai media dakwah dan karya-karya ulama menunjukkan budaya literasi telah menjadi bagian dari aktivitas kaum muslimin. Dengan demikian literasi sebagai media dakwah dapat dengan mudah dirujuk dalam sejarah.
Tantangan dakwah zaman now sejatinya sama dengan tantangan dakwah zaman dahulu, yakni hegemoni pemikiran sesat yang mengelimuti kehidupan manusia. Imperialisme epistemologi zaman jahiliyah sama dengan hari ini. Karena itu seorang dai harus mampu membaca tantangan dakwah ini untuk kemudian melakukan proses penyadaran kepada umat agar bisa terbebas dari racun-racun pemikiran jahiliyah modern ini.
Sosial media adalah media dakwah efektif yang mampu menjangkau ruang publik lebih luas dalam waktu yang sangat singkat melalui budaya migrasi literasi. Meskipun dakwah mestinya tetap tidak meninggalkan tatap muka langsung antara dai dan ma’du. Karena itu dai zaman now harus melek teknologi informasi sebagai media dakwah dengan tetap menjaga kode etik dakwah agar tujuan dakwahnya bisa tercapai dengan baik tanpa ada unsur paksaan.
Untuk itu di tengah gelombang globalisasi dan modernisasi dengan tantangan pemikiran Barat yang tidak ringan, seorang dai harus mampu merevitalisasi visi, materi, media, organisasi dan pendekatan dakwah serta manajemen dakwah jamaah yang solid. Sebab tantangan besar ini tak mungkin dipikul oleh seorang diri, dakwah harus berjamaah dengan organisasi yang rapi. Allah mencintai hambaNya yang berperang dengan barisan yang rapi dan kuat. Dengan langkah-langah revitalisasi dakwah, semoga Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin segera tegak di bumi Allah dalam institusi daulah Islamiyah, menebar kebajikan dan menumbangkan segala ideologi kufur yang zalim.
(AhmadSastra,KotaHujan,16/05/22 : 21.35 WIB)
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad