MEMANGNYA NEGARA INI MILIK SIAPA ?



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Politik antroposentrisme demokrasi akan melahirkan para pemimpin negara yang congkak, angkuh dan merasa memiliki segalanya saat mereka berkuasa. Dahulu fir’aun dengan kekuasaan di tangannya merasa negara Mesir menjadi miliknya. Tak sampai disitu, fir’aun pun merasa rakyat miliknya yang bisa diatur semau nafsunya, jika rakyat membangkang, maka tangan besinya melayang hingga harus merenggut nyawa. Ouncak kesombongan fir’an adalah saat merasa dirinya telah menjadi tuhan yang wajib disembah oleh rakyat. Padahal waktu yang kelak membinasakannya.

 

Paradigma dasar demokrasi adalah menjadikan suara manusia sebagai sumber dan timbangan kebenaran, ini kesalahan fatal. Padahal manusia secara filosofis tidak akan pernah menjadi sumber kebenaran. Terlebih lagi, demokrasi mendasarkan kepada suara terbanyak sebagai legitimasi kebenaran dan kekuasaan. Padahal fakta demokrasi, suara rakyat kadang hanya bisa ditugas dengan seonggok nasi basi saat jelang pemilu. Inilah penipuan terbesar abad ini.

 

Sementara Allah telah dengan tegas mengingatkan : Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (QS Al An’am : 116).

 

Para pemimpin congkak yang lahir dari demokrasi merasa bahwa dukungan besar dari suara rakyat yang mengantarkan dirinya berkuasa menjadikan dirinya sebagai yang dipertuan agung dimana rakyat harus tunduk kepada titah-titahnya. Sebab aturan dibuat oleh mereka juga, maka tak ayal, watak rakusnya bergelora untuk bisa memiliki segalanya yang ada dibawah kendali kuasanya. Sebab yang demikian telah menjadi naluri setiap manusia, yakni menyukai hal-hal yang berbau duniawi.

 

Watak manusia ini telah disinggung oleh Allah : Sesungguhnya kalian (wahai manusia), mementingkan perhiasan dunia atas kenikmatan akhirat," (QS al-A’la Ayat 16). Jika tak dikendalikan oleh kesadaran akan hakikat Allah sebagai pencipta dan pemilik hakiki atas dunia dan alam semesta, maka manusia terutama pemimpin di dalam demokrasi akan menjelma seperti fir’aun.

 

Nabi Muhammad  bersabda, Apalah artinya dunia ini bagiku?! Apa urusanku dengan dunia?! Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya. Rasûlullâh juga bersabda : Demi Allâh! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian meletakkan jarinya  Yahya (perawi hadits) berisyarat dengan jari telunjuknya  ke laut, lalu lihatlah apa yang dibawa jarinya itu ?.

 

Allah berfirman : Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman tanaman bumi dengan subur (karena air itu),di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya adzab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir. [QS. Yûnus/10:24].

 

Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kamiturunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan AllâhMahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya disisi Rabb mu serta lebih baik untuk menjadi harapan. [QS. Al Kahfi/18:45 46]

 

Banyak tidak disadari oleh para penguasa rakus demokrasi karena hatinya telah mati bahwa sesungguhnya Allah lah Sang Maha Pemilik segalanya, bahkan hingga nyawa-nyawa mereka itu adalah milikNya. Jangankan tanah dimana Indonesia berdiri, bahkan seluruh jagad raya adalah milikNya. Fir’aun-fir’aun demokrasi mestinya sadar akan kelemahan dirinya. Matikan rasa congkaknya, jangan merasa sok kuasa dan merasa memiliki negara, sehingga seenaknya menjual kepada siapa saja.

 

Perhatikan firman Allah : Dan kepunyaannya (Allah) apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi..,” (QS An-Najm: 31). Ingatlah sesungguhnya hanya milik-Nya makhluq yang ada di langit dan makhluk yang ada di bumi. (QS Yunus: 66). Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam, kamukah yang menumbuhkannya atau Kami yang menumbuhkannya. (QS AI Waqi’ah: 63-64). Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu…,”(QS. An-Nuur: 33). Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka..,” (QS Ali ‘Imran: 180).

 

Jika manusia adalah sebagai amin (yang dipercaya) untuk memegang harta dan sebagai wakil, maka tidak boleh bagi manusia untuk menyandarkan harta itu pada dirinya dan mengatasnamakan keutamaan itu sebagai atas jerih payahnya. Sehingga ia mengatakan seperti yang dikatakan oleh orang kafir, “Ini adalah milikku” (QS. Fushshilat: 41). Atau mengatakan seperti yang dikatakan oleh Qarun, “Sesungguhnya aku diberi harta itu, hanya karena ilmu yang ada padaku” (Al Qashash: 78).

 

Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan adzab hari yang membinasakan (kiamat), hai kaumku, penuhilah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan rnanusia terhadap hak-hak mereka janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. (QS Huud: 84-85).

 

Tulisan ini sebagai bentuk peringatan kepada para fir’aun demokrasi yang sok kuasa. Ingat bahwa hidup dan mati itu milik Allah semata, cepat atau lambat semuanya akan menuju kebinasaan. Tak ada gunanya dan manfaatnya harta sebanyak apapun yang merasa miliknya bagi manusia yang telah mati. Fir’aun demokrasi sebagaimana fir’aun masa lalu, akan bisa dengan penuh hina karena kecongkakan dirinya.

 

(AhmadSastra,KotaHujan,02/03/22 : 11.50 WIB)

 

 

 

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.