Oleh : Ahmad Sastra
Pekan ini dunia sosial media dan dunia nyata dikagetkan oleh peristiwa politik internasional yang terjadi di Afghanista, apalagi kalau bukan dilakukannya take over Afghanistan oleh Taliban pada 15 Agustus 2021. Meski melalui serangkaian proses, namun peristiwa ini cukup dianggap revolusioner, mengingat Amerika selama ini dianggap tidak mungkin bisa dikalahkan. Terlebih lagi ketika presiden boneka Afghanistan peliharaan Amerika, Ashraf Gani juga akhirnya kabur meninggalkan negerinya sendiri.
Juru bicara kantor politik Taliban, Mohammad Naeem, kepada Al Jazeera TV, mengatakan : Hari ini adalah hari besar bagi rakyat Afghanistan dan para mujahidin. Mereka telah menyaksikan buah dari upaya dan pengorbanan mereka selama 20 tahun. Alhamdulillah perang telah berakhir di negara ini.
Kata Taliban itu maknanya adalah pelajar atau santri, yakni orang yang menuntut ilmu. Taliban didirikan oleh Mullah Omar dengan 50 orang pengikut awalnya dalam rangka menentang ketidakstabilan, korupsi dan kejahatan di Afghanistan. Mullah Omar sendiri menjadi komandan mujahidin untuk mengusir Uni Soviet tahun 1989. Taliban punya misi mulia, yakni munculnya perdamaian dan tegaknya Islam di Afghanista.
Dari segi namanya, maka Taliban adalah sekelompok orang yang menginginkan kebaikan Islam dalam kehidupan di Afghanistan dan melenyapkan segala kemungkaran di masyarakat. Dalam waktu kurang dari dua tahun, Taliban berhasil menguasai sebagian besar Afghanistan, baik wilayah maupun nilai kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa jika Islam yang dijadikan sebagai pijakan perjuangan, maka Allah tentu saja akan memberikan jalan dan pertolonganNya.
Misi Islam ini pulalah yang telah menjadi faktor utama kekuatan dan militansi Taliban dalam menghadapi berbagai bentuk penjajahan, mulai dari Inggris, Uni Soviet dan kini Amerika. Semua penjajah hengkang dari Afghanistan dengan penuh hina. Afghanistan telah menjadi kuburan masalah bagi para penjajah kafir. Bumi jihad Afghanistan memang cadas penuh tebing curam yang selalu menyulitkan para penjajah untuk bisa menguasai wilayah Afghanistan.
Ashraf Gani kabur ke luar negeri sesaat Taliban mampu menguasai ibu kota Kabul. Hal ini tentu saja menunjukkan bahwa penguasa boneka itu sangat rapuh. Mereka hanya akan dipakai oleh penjajah, jika masih ada manfaatnya, namun jika tak lagi ada manfaaatnya, maka akan dicampakkan bagai bangkai yang tak berharga. Benar, apa yang dikatakan oleh Sheikh Taqiudin An Nabhani, bahwa penjajahan adalah metode baku negara imperialis seperti Amerika dan Eropa. Salah satunya dengan menanam pemimpin boneka untuk melindungi kepentiangnnya.
Pasukan militer dibawah pemimpin boneka Ashraf Gani tak lagi mampu melawan militansi Taliban karena perbedaan orientasi yang sangat doniman. Ashraf Gani justru melakukan berbagai tindak korupsi, sehingga pasukan yang dimiliki tak sebanyak yang dibayangkan Amerika, atau tak seperti yang diharapkan Amerika. Padahal Amerika telah mengeluarkan anggaran ribuan triliun untuk menundukkan Taliban ini. Dalam kondisi ini, presiden Amerika mencari kambing hitam untuk menutupi kekalahan telak di Afghanistan ini.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, pada Senin (16/8) menuding insiden perebutan kekuasaan Afghanistan oleh Taliban disebabkan karena keengganan negara Asia itu memerangi kelompok militan. Biden juga membela dengan kuat keputusannya menarik tentara AS dari Afghanistan dan menyebut bahwa misi tentaranya di negara itu sejatinya tidak pernah bertujuan sebagai pembangunan bangsa.
"Kenyataannya: ini terungkap lebih cepat dari yang kami antisipasi. Jadi apa yang terjadi? Para pemimpin politik [Afghanistan] menyerah dan melarikan diri dari negara tersebut. Tentara Afghanistan menyerah, kadang tanpa upaya untuk berjuang," Ungkap Biden.
Apologi Biden sebenarnya mengkonfirmasi bahwa kekuatan Amerika tak sehebat yang dibayangkan orang selama ini. Kekuatan Amerika yang konon katanya tak terkalahkan adalah mitos belaka. Setidaknya dalam konteks Afghanistan, Amerika telah jauh kehabisan energi. Sebab secara geopolitik, lokus politik dunia juga sedang mengarah ke Laut China Selatan.
Tapi satu hal yang harus diingat bahwa Amerika tetaplah Amerika, sebuah negara imperialisme dengan ideologi kapitalisme sekuler demokrasi, Watak penjajah tidak akan pernah hilang dari negeri ini. Bahwa disinyalir kuat, dari mulai peristiwa pengeboman WTC hingga pendudukan di Afghanistan tidak lebih dari sebuah orientasi ekonomi dalam hal ini bisnis senjata. Untuk memuluskan proyeknya, Amerika lantas mengkonstruk narasi radikalisme, fundamentalisme dan terorisme. Hal ini berlangsung hingga sekarang.
Narasi perang melawan radikalisme dan terorisme hanyalah propaganda untuk menyerang dan menundukkan ideologi Islam. Sebab Islam ideologis dianggap sebagai penghalang bagi upaya imperialisme di negeri-negeri muslim seluruh dunia. Narasi inilah yang kelak justru dimakan mentah-mentah oleh sebagaian kaum muslim dan sebagaian besar pemimpin negeri-negeri muslim. Apalagi, ketika proyek ghozwul fikr ini mendapat kucuran dana yang tidak sedikit dari Amerika.
Oleh karena itu, jika peralihan kekuasaan Taliban atas Afghanistan ini lantas melahirkan kembali narasi radikal radikul, maka pastikan mereka adalah para bebek dungu budak penjajah. Bahwa berkuasanya Taliban adalah wajar menjadikan dunia Barat panik, namun narasi radikal pasca peristiwa ini hanyalah sisa-sisa suara bebek dungu. Padahal jika mau berpikir, sesungguhnya geopolitik dunia justru mulai bergeser.
Tapi semua ini hanyalah sebuah pengulangan sejarah. Kezaliman yang dilakukan oleh penguasa kufur dengan memperalat kaum munafik pemuja dunia telah terjadi dari zaman para Nabi. Penguasa zalim mewakili kemungkaran, sementara para Nabi utusan Allah mewakili kebenaran. Jadi tidaklah mengherankan jika peristiwa demi peristiwa sebagai semacam continuum inspiration bagi kita, hendak berdiri dimana dalam setiap pertarungan hak dan batil ini.
Kezoliman penguasa atas muslim sebenarnya terjadi sejak zaman dahulu. Bahkan setiap kali Rasul diutus Allah, maka dalam saat yang sama muncul musuh-musuh agama yang membenci, memusuhi, menzolimi dan melakukan diskriminasi kepada para Rasul dan umat pengikutnya. Sebagai contoh sejarah adalah kezoliman rezim fir’aun dan rezim namrud yang sangat memusuhi dan menzalimi Nabi Musa dan Ibrahim beserta umat pengikutnya.
Dan demikianlah, Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkara-perkara yang indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan (QS Al An’am : 112).
Musuh Nabi kebanyakan dari kalangan orang kafir. Nabi Musa memiliki musuh
fir’aun. Nabi Ibrahim memiliki musuh namrud. Rasulullah memiliki musuh abu
jahal dan abu lahab. Meskipun Islam tidak mengajarkan permusuhan,bahkan
menebarkan perdamaian, namun inilah konsekuensi dakwah dan perjuangan Islam.
Allah mengingatkan kaum muslimin atas musuh-musuh agama ini.
Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, selain keturunan kaumnya dalam keadaan takut bahwa fir’aun dan para pemuka (kaum) nya akan menyiksa mereka. Dan sungguh fir’aun itu benar-benar telah berbuat sewenang-wenang di bumi, dan benar-benar termasuk orang yang melampaui batas (QS Yunus : 83)
Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik
itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah.
dan cukuplah Allah sebagai Pelindung. (QS Al Ahzab : 48).
Dalam perspektif historis inilah, maka peristiwa politik yang kini terjadi di Afghanistan akan terus mengalami dinamika. Meski demikian, semuanya kembali kepada Taliban sendiri dalam menempatkan diri dalam percaturan politik dunia ini. Taliban mestinya dengan tegas mendudukkan Amerika dan China sebagai musuh ideologis, karena dua negara itu adalah negara penjajah yang akan terus menebarkan ideologi kapitalisme dan komunismenya.
Dalam hal ini, Taliban semestinya memiliki prinsip kokoh untuk memperkuat performa ideologi Islam di tengah pergulatan ideologi kapitalisme dan komunisme. Jangan sampai lepasnya penjajahan fisik, namun justru terperangkap kepada penjajahan ideologis. Hegemoni politik, ekonomi, keamanan, budaya dan pendidikan negeri-negeri muslim oleh Barat justru menujukkan bahwa negeri itu justru belum merdeka, hanya beralih dari penjajahan fisik ke penjajahan non fisik belaka. Taliban harus semakin yakin bahwa kemenangan adalah pertolongan Allah semata dikarenakan ketaatan kepada Allah dan RasulNya serta kesungguhan dalam berjuang menegakkan Islam.
Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan (QS An Nuur : 51-52)
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah, jika kamu suruh mereka berperang, pastilah mereka akan pergi. Katakanlah: "Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta ialah) ketaatan yang sudah dikenal. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Katakanlah: "Taat kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; dan jika kamu berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang". (QS An Nuur : 53-54)
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik. (QS An Nuur : 55).
Dengan tetap teguh dengan performa ideologi Islam, maka Allah akan memberikan pertolongan kepada Taliban hingga mampu menegakkan daulah Islam yang akan menjadi benteng bagi negeri-negeri muslim seluruh dunia dari serangan negeri-negeri imperialis penjajah. Taliban harus teguh dengan performa ideologi Islam untuk menjadi pelopor tegaknya daulah Islam, menerapkan Islam secara kaffah, menebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dan menyatukan umat Islam di seluruh dunia dalam satu kepemimpinan seorang khalifah.
(AhmadSastra,KotaHujan,24/08/21 : 10.50 WIB)
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad