UMAR BIN KHATHAB : PEMIMPIN YANG BERTANGGUNGJAWAB DAN BERJIWA KSATRIA



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Dalam perspektif Islam, penerapan syariah Islam dalam institusi negara memiliki beberapa tujuan yang sering disebut dengan istilah maqosid syariah. Setidaknya ada lima maqosid syariah yakni menjaga agama, menjaga akal, menjaga jiwa, menjaga keturunan, menjaga harta, bahkan ada yang menambahkan menjaga negara.

 

Institusi khilafah yang pernah berdiri tegak selama 13 abad lebih adalah representasi bentuk negara dalam Islam yang mampu mewujudkan tujuan syariah secara sempurna. Islam sendiri mewajibkan umatnya untuk masuk Islam secara kaffah : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan [kafah], dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu, (QS. Al-Baqarah [2]: 208).

 

Menurut salah satu ulama, ahli tafsir terkemuka Islam, Imaluddin Ismail bin Umar bin Katsir atau Ibnu Katsir, jika seorang muslim bermaksud memeluk Islam secara kafah, ia harus melakukan dua hal berikut, sebagaiamana dikutip dari uraian "Islam kafah Menurut Pandangan Ibnu Katsir" yang ditulis Riana Ratna Sari di Jurnal Ishlah. Pertama, ia harus beriman secara penuh kepada Allah SWT dan mengakui kenabian Rasulullah SAW. Keimanan dalam Islam mengharuskan untuk meyakini lima rukun iman yang harus dipegang teguh setiap muslim. Kedua, untuk menjadi muslim kafah, seseorang harus menjalankan syariat Islam sesuai petunjuk ajaran agama.


Pemimpin negara adalah orang yang diberikan amanah untuk mengurus urusan umat atau rakyat yang dipimpinnya. Dalam hal menjaga jiwa rakyat,
Umar bin Khathab ketika menjabat sebagai khalifah berkata, “demi Allah jika ada seekor keledai jatuh terperosok dari negeri Irak aku khawatir keledai itu akan menuntut hisab aku di hari kiamat. ”Waktu itu Umar bin Khatab tinggal di Madinah, sedang lubangnya di Irak.

 

Betapa bertanggungjawabnya seorang khalifah bernama Umar Bin Khathab ini, jangankan jiwa manusia, bahkan hanya seekor keledai pun dia perhatikan jangan sampai terpeleset gara-gara jalannya tidak bagus. Jika seekor keledai terpeleset karena jalannya licin akibat tidak diurus, beliau begitu takut akan ditanya Allah kelak di akhirat. Inilah contoh kepemimpinan yang penuh tanggungjawab dan ksatria mengakui kesalahan.

 

Bagaimana jika ada suatu negara pemimpinnya tidak tanggungjawab dan tidak ksatria, mungkin saja akan membiarkan rakyatnya mati kelaparan dan mati karena wabah dan tidak berusaha menyelamatkan dengan kebijakan yang benar. Mungkin dia juga akan merasa tidak bersalah dengan apa yang dia lihat. Bahkan meskipun sudah ribuah rakyat meninggal karena kesalahan kebijakan, dia pun tidak mau mengakui kesalahan dan tidak mau mundur. Inilah contoh pemimpin yang tidak punya rasa malu, tidak punya tanggungjawab dan tidak ksatria mengakui kesalahan.  

 

Saat dibaiat menjadi seorang khalifah, Umar Bin khathab berpidato : Saudara-saudara! Aku hanya salah seorang dari kalian. Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah (Abu Bakar) aku enggan memikul tanggung jawab ini. Ya Allah, aku ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku. Ya Allah aku sangat lemah, maka berikanlah kekuatan. Ya Allah aku ini kikir, jadikanlah aku dermawan bermurah hati."

 

"Bacalah Alquran, dalami, dan bekerjalah dengannya. Jadilah salah satu umatnya. Timbang dirimu sebelum menimbang, hiasi dirimu untuk persembahan terbesar pada hari ketika kamu akan dipersembahkan kepada Allah SWT. Bukan aku menurunkan diriku dari kekayaan Allah SWT dalam status sebagai wali yatim piatu. Jika kalian puas, maka akan diampuni, jika kalian miskin, maka akan makan enak." Selanjutnya, Umar bin Khattab menyampaikan:

 

"Allah telah menguji kalian dengan diriku dan menguji diriku lewat kalian. Sepeninggal sahabat-sahabatku, sekarang aku ada di tengah-tengah kalian. Tidak ada persoalan kalian yang harus aku hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain kecuali kepadaku. Dan tak ada yang tak hadir di sini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau berbuat baik, akan kubalas dengan kebaikan, tetapi kalau berbuat jahat, terimalah bencana yang akan kutimpakan."

 

Perhatikanlah ucapan pidato Abu Bakar As Shiddiq saat dilantik menjadi seorang khalifah pertama dalam peradaban Islam : (1) Wahai manusia Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu (ri’ayatu suunul ummah). (2) Padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu (berakhlak : rendah hati dan tahu diri). (3) Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah (ikutlah) aku (merangkul rakyat, bukan memusuhi).

 

(4) Tetapi jika aku berlaku salah, maka luruskanlah (tidak anti kritik, mengakui kesalahan, mendengar masukan para ahli dll). . Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya (ekonomi keseimbangan, bukan kapitalisme : menerapkan sistem ekonomi Islam). sejalan dengan firman Allah  59 : 7 “….agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya diantara kamu.

 

(5) Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya (meratakan kesejahteraan rakyat sebagai hak fundamental terutama kepada fakir miskin). (6) Maka hendakklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya (sistem baiat dalam kepemimpinan Islam, taat kepada hukum Allah, bukan kepada pemimpin semata).

 

(7) Namun bila mana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu mematuhiku (bahkan seorang khalifah wajib diberhentikan jika tidak taat kepada hukum Allah). (8) Berdirilah (untuk) shalat, semoga rahmat Allah meliputi kamu (kepemimpinan Islam adalah memiliki visi keselamatan ketakwaan rakyat di dunia dan keselamatan di akhirat ).

Ali Bin Abi Thalib pernah menyampaikan penilaiannya atas Abu Bakar Ash Shiddiq : Allah merahmatimu wahai Abu Bakar. Engkau adalah orang pertama yang memeluk Islam. Orang yang paling ikhlas dalam beriman. Orang yang paling kuat keyakinan. Orang berada yang paling mulia dan orang yang paling melindungi Rasul Allah. Orang yang dekat dengan Rasul Allah akhlaknya,  kemuliaannya,  petunjuknya dan karakternya. Semoga Allah memberimu pahala kebaikan atas Islam,  Rasul Allah dan kaum muslimin.

 

Engkau membenarkan Rasul Allah saat orang-orang mengingkari. Engkau mendarmakan hartamu saat orang-orang lain kikir. Engkau berdiri bersamanya saat orang-orang lain diam. Allah menamakanmu Shiddiqan (yaitu yang datang dgn membawa kebenaran dan dia membenarkan. Mereka adalah orang-orang yang muttaqun). Orang-orang menginginkan Muhammad dan Muhammad menginginkanmu.

 

Demi Allah engkau adalah benteng Islam dan siksaan bagi kaum kafirin. Hujjah-mu tidak menurun dan nalarmu tidak melemah. Dirimu tidak pernah takut. Engkau bagaikan gunung yang tidak goyah oleh hembusan badai. Engkau seperti halnya sabda Rasul : “Badanmu lemah namun kukuh dalam perintah Allah. Engkau adalah orang yang rendah hati namun mulia dihadapan Allah. Mulia di muka bumi dan besar di hadapan kaum muslimin.

 

Tidak seorangpun di hadapanmu berambisi dan tidak seorangpun meremehkan. Orang yang kuat di hadapanmu lemah sampai engkau mengembalikan hak orang lain dari padanya. Orang yang lemah di hadapanmu kuat sampai engkau mengembalikan haknya. Semoga Allah tidak menjauhkan pahalamu atas kami dan tidak pula Allah menyesatkan kami setelah kepergianmu.

 

(AhmadSastra,KotaHujan,21/07/21 : 09.37 WIB)

 

 

 

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.