Oleh : Ahmad Sastra
Kembali negeri ini kehilangan ulama. Kabar duka datang dari pengasuh Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah, Abuya Turtusi atau biasa dipanggil Abuya Uci. Abuya Uci meninggal dunia pada Selasa 6 April 2021 pukul 5 pagi tadi. Camat Pasar Kemis, Tangerang, Chaidir membenarkan meningalnya salah satu tokoh agama yang terkenal ini. "Benar, beliau meninggal dunia," ucap Chaidir kepada VIVA.
Abuya KH. Uci Thurtusi, Abuya Uci Atau lebih dikenal dengan Abah Uci Merupakan Guru Besar seorang Pengasuh sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren dan Majelis Ta'lim Al-Istiqlaliyyah yang berada di wilayah Kampung Cilongok, Desa Sukamantri Pasar Kemis, Tangerang, Banten.
Abuya Uci adalah putra dari Alm Abuya Dimyathi Cilongok, seorang kiai yang sangat disegani oleh masyarakat Banten. Sehari-hari, Abuya Dimyathi Cilongok mengajar ngaji kepada para santri-santrinya. Abuya Dimyati pun rutin melaksanakan pengajian mingguan untuk masyarakat di luar pesantren Cilongok.
Kini, aktivitas itu diteruskan oleh putranya Abuya Uci Thurtusi. Nama Abuya Uci sudah terkenal hingga ke luar pulau jawa. Ketika menyelenggarakan pengajian mingguan di Pesantren Cilongok, kerap didatangi ulama atau tokoh dari negara-negara di dunia sebut saja tokoh Mesir, Yaman, Arab Saudi, India, Irak, Maroko pernah hadir di pengajian Abuya Uci.
Ulama karismatik asal Tangerang ini memiliki nama lengkap KH. Uci Thurtusi dan biasa disapa Abuya Uci. beliau terlahir di Pondok Pesantren Al Istiqlaliyah, di Kampung Cilongok, Pasar Kemis, Tangerang, Banten. Dan salah satu putra dari Abuya Dimyathi al-Bantani. Semenjak kecil, Abuya Uci mulai belajar dari ayahnya di pondok pesantren Al Istiqlaliyah dan langsung diajarkan ayahnya. Tidak hanya menyerap ilmu dari ayahnya, Abuya Uci juga belajar dari 32 guru yang ada di pesantren tersebut selama 32 tahun dalam hidupnya.
Sepeninggal ayahnya, Abuya Uci langsung memimpin pondok pesantren Al Istiqlaliyah, yang telah berdiri sejak tahun 1957. Di mana pondok pesantren yang berada di kampung Cilongok, Banten itu memiliki luas sekitar 4,5 hektar. Setelah sholat Shubuh di hari Minggu, pondok pesantren akan rutin mengadakan majelis akbar yang langsung dipimpin Abuya Uci. Dan ribuan jemaah kerap memadati dan mengikuti pengajian yang berasal dari berbagai wilayah, termasuk Tangerang, Banten, Bogor, Bekasi hingga Jakarta.
Ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi, termasuk di dalamnya Nabi Muhammad saw., tidak mewariskan harta, tetapi mewariskan ilmu yang bersumber dari wahyu. Siapa saja yang menguasai ilmu syar’i serta menghiasi keyakinan dan amal perbuatannya dengan ilmu tersebut layak disebut sebagai ulama pewaris para nabi. Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar maupun dinar, tetapi mereka mewariskan ilmu. Siapa saja yang mengambil ilmu itu, ia mengambil bagian yang banyak (HR Abu Dawud).
Ulama adalah entitas bangsa yang sangat istimewa. Secara historis, saat masa perang, ulama adalah orang terdepan yang ikut berjihad dan berjuang memerdekakan negeri ini. Sementara saat masa damai, ulama punya peran besar dalam ikut mencerdasakan kehidupan bangsa. Bahkan tidak sekedar cerdas, namun juga beradab.
Ulama adalah mutiara yang tak bisa tergantikan. Negeri ini akan kehilangan aset
paling berharga, jika ditinggal ulama. Negeri ini termasuk zalim jika tidak
serius menjaga dan melindungi keselamatan para ulama. Tidak mudah melahirkan
kembali ulama besar, jika tidak hendak dikatakan mustahil. Ulama adalah
pencerah dalam kegelapan kehidupan. Dalam arus politik sekuleristik, peran
ulama dalam meluruskan arah bangsa sangat dibutuhkan.
Agama Islam bukan saja menghargai ilmu tetapi meletakkan ilmu dengan posisi yang sangat istimewa. Allah berfirman dalam banyak ayat al-Qur’an supaya kaum Muslimin memiliki ilmu. Keistimewaan tersebut tampak sekali dari banyaknya ayat-ayat al-Qur’an dan al-Hadits yang memerintahkan supaya mendalami ilmu. Allah berfirman : Apakah sama, orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?” Hanya orang-orang yang berakal sajalah yang bisa mengambil pelajaran. (QS Az Zumar : 9).
Allah mengangkat orang-orang yang beriman daripada kamu dan orang-orang yang diberi ilmu dengan beberapa derajat. (QS Al Mujaadilah : 11) dalam Surat Ali Imran Allah berfirman hendaklah kalian jadi generasi rabbani [orang yang sempurna ilmu dan taqwanya kepada Allah], karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
Rasulullah saw juga bersabda: Barangsiapa melalui satu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memasukkannya ke salah satu jalan di antara jalan-jalan surga, dan sesungguhnya malaikat benar-benar merendahkan sayap-sayapnya karena ridha terhadap penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang alim benar-benar akan dimintakan ampun oleh makhluk yang ada di langit dan di bumi, bahkan ikan-ikan di dalam air. Dan sesungguhnya keutamaan seorang alim atas seorang abid (ahli ibadah) adalah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang yang ada. Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan Dinar ataupun dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya, maka hendaklah dia mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Daud).
Ali bin Abi Talib ra. berkata : “Ilmu lebih baik daripada harta, oleh karena harta itu kamu yang menjaganya, sedangkan ilmu itu adalah yang menjagamu. Harta akan lenyap jika dibelanjakan, sementara ilmu akan berkembang jika diinfakkan (diajarkan). Ilmu adalah penguasa, sedang harta adalah yang dikuasai. Telah mati para penyimpan harta padahal mereka masih hidup, sementara ulama tetap hidup sepanjang masa. Jasa-jasa mereka hilang tapi pengaruh mereka tetap ada/membekas di dalam hati.”
Ulama pewaris nabi adalah orang-orang yang mengetahui ajaran Nabi saw., baik yang menyangkut perkara-perkara akidah maupun syariah. Mereka pun berusaha menyifati budi pekerti dan seluruh amal perbuatan beliau dengan ilmu yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah Nabi saw. Mereka takut berpaling atau dipalingkan dari syariah Islam karena makrifatnya yang sempurna kepada Allah SWT dan sifat-sifat-Nya.
Kematian adalah taqdir Allah, tak mungkin dimundurkan atau dimajukan. Jika ajal seseorang telah sampai, maka tak seorangpun mampu menahannya. Tinggal kita yang ditinggalkan harus mampu mengambil ibrah dan pelajaran. Pelajaran berharga dari wafatnya seorang ulama adalah pentingnya bersungguh-sungguh mencari ilmu, mengamalkan dan mengajarkannya. Selain itu penting dicatat, meninggalnya seorang ulama adalah menyadarkan akan pentingnya konsistensi dan keberanian memperjuangkan nilai-nilai Islam hingga bisa diterapkan dan dirasakan sebagai rahmatan lil’alamin atau kematian menjemput dalam jalan dakwah dan perjuangan.
Oleh karena itu, wafatnya ulama kharismatik Abuya Uci semoga menjadi renungan bagi bangsa ini untuk tetap menjaga para ulamanya, memuliakan dan mendengarkan nasihat-nasihatnya. Jangan sampai negeri ini justru burbuat aniaya kepada para ulama, sebab selain berdosa juga akan mendatangkan malapetaka. Bagi kaum muslimin, meninggalnya ulama adalah motivasi besar bagi semangat untuk terus belajar agama dan menyiapkan ulama-ulama yang lebih banyak lagi. Mati satu tumbuh seribu, gugur satu sejuta berganti.
Selamat jalan Abuya Uci, tugasmu telah usai. Semoga Allah menempatkan Abuya di tempat terindah di sisi Allah. Aamiin.
(AhmadSastra,KotaHujan,06/04/21 : 11.40 WIB)
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad