Oleh : Ahmad Sastra
Ramadhan bulan mulia, penuh berkah dan ampunan Allah kembali menyapa kaum muslimin di seluruh dunia. Suka cita dan kebahagiaan menyambut bulan suci Ramadhan merupakan tanda keimanan seorang muslim. Antusiasme masyarakat muslim begitu terasa menyambut kehadiran Ramadhan. Spirit Ramadhan ini harus terus terjaga selama menjalani puasa bahkan hingga pasca Ramadhan. Setidaknya ada empat spirit Ramadhan yang harus dijaga oleh segenap kaum muslimin.
Pertama adalah menjaga spiritualitas. Ramadhan adalah bulan dimana manusia beriman mencapai puncak ketaatan kepada Allah. Ramadhan juga merupakan pemisah antara orang yang beriman dan tidak beriman. Sebab ibadah puasa adalah ibadah yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan Allah, orang lain tidak pernah tau akan puasa orang lain. Bahkan Allah sendiri yang akan memberikan balasan kebaikan bagi orang-orang yang berpuasa. Ibadah puasa begitu istimewa di hadapan Allah.
Dikatakan sebagai puncak ketaatan orang-orang beriman adalah disebabkan karena pada saat berpuasa inilah seluruh waktunya akan dimanfaatkan untuk kebaikan. Sebab jika tidak, maka pahala puasa tidak akan didapatkan, kecuali hanya haus dan lapar. Apalagi perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasanya seperti makan dan minum secara sengaja, semua akan dijauhkan atas dasar keimanan kepada Allah.
Orang-orang yang berpuasa yakin betul akan janji Allah yakni surga yang akan dihadiahkan kepada mereka kelak di akherat. Orang berpuasa rela lapar, haus dan manjauhkan segala perbuatan maksiat semata-mata demi meraih janji Allah berupa rahmat, ampunan dan kebahagiaan surga. Sebab salah satu cirri orang bertaqwa adalah mereka yang meyakini yang ghoib.
Puncak ketaatan seorang yang berpuasa juga ditandai oleh bagaimana mereka mengisi waktu sepanjang Ramadhan untuk melakukan berbagai aktivitas ibadah individual maupun sosial. Banyak bentuk ibadah yang bisa dilakukan selama Ramadhan, mislanya tilawatul qur’an, qiyamul lail, berzikir, mencari ilmu, membaca buku, bersedekah, membayar zakat, berdakwah, dan membantu sesama muslim yang membutuhkan.
Kedua adalah spirit produktivitas. Ramadhan bukan hanya bulan untuk melakukan ibadah individual, melainkan justru banyak peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di bulan suci ini. Pada bulan Ramadhan tahun ke 2 Hijriyah, Rasulullah memimpin perang Badar al Kubro antara pasukan Islam yang berjumlah 313 prajurit melawan kafir Quraisy yang berjumlah 1000 prajurit.
Pada bulan Ramadhan juga terjadi peristiwa besar berupa penaklukan kota Mekkah atau futhu Mekkah, tepatnya terjadi pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 H yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw. Penaklukan kota Thoif juga terjadi di bulan suci Ramadhan dibawah panji Islam yang dibawa oleh Rasulullah.
Bahkan di bulan suci Ramadhan tanggal 15 1294 H juga terjadi perang Yalhiz, antara pasukan Khalifah Utsmani yang berjumlah 34.000 pasukan kaum muslimin melawan tentara kaisar Rusia berjumlah 740.000 dengan kemanangan di tangan kaum muslimin.
Berbagai peristiwa perjuangan ini mestinya menjadi ibroh umat Islam untuk senantiasa menjaga spirit Ramadhan dengan berbagai aktivitas ketaatan kepada Allah yang positif, produktif dan kontributif. Jangan sampai Ramadhan justru diisi dengan aktivitas bermalas-malas seperti tidur, menonton TV atau sekedar ngrumpi.
Ketiga adalah spirit intelektualitas. Penting juga menjadikan Ramadhan sebagai kesempatan emas untuk kaum muslimin memikirkan kondisi kaum muslimin di negeri ini dan di belahan penjuru dunia. Mengapa kaum muslimin di seluruh dunia masih dalam kondisi terpinggirkan, terzolimi dan terjerat kemiskinan. Ramadhan adalah moment yang tepat untuk mencari akar masalah dan mencari solusi fundamental oleh seluruh kaum muslimin di dunia.
Negeri ini juga tengah menghadapi berbagai kerusakan kehidupan akibat runtuhnya sendi-sendi moral bangsa. Maraknya miras, pornografi, pornoaksi telah menjerumuskan bangsa ini kepada kubangan perilaku amoral. Akibatnya marak tindak kriminal, pembunuhan, pemerkosaan, terorisme, seks bebas, LGBT, perzinahan, pelacuran hingga tawuran. Entah sudah berapa nyawa melayang akibat kriminalitas yang disulut oleh tenggakan miras ini. Padahal Allah sang Pemilik kehidupan ini telah dengan tegas mengharamkan biang dosa ini.
Keempat adalah spirit solidaritas. Saatnya menjadikan Ramadhan sebagai momentum muhasabah keumatan untuk kembali menjadikan kaum muslimin sebagai umat terbaik yang bersatu dan bersaudara. Islam adalah agama damai yang memberikan rahmat bagi seluruh bangsa dan alam semesta. Islam adalah agama yang mendamaikan umat manusia dan kemanusiaan serta mengharamkan tindakan kekerasan apalagi terorisme.
Ditetapkannya Ramadhan oleh Allah sebagai moment untuk mewujudkan misi agung yang krusial dua kali pada zaman Nabi saw. bukan tanpa alasan. Tanggal 17 Ramadhan 2 H ditetapkan sebagai Yaum al-Furqan [Hari Penentuan], moment Perang Badar Kubra, yang menentukan kalah dan menangnya Islam. Jika kaum Muslim kalah, maka kaum Muslim pun habis, dan Islam pun tak akan ada lagi. Ini moment krusial pertama.
Betapa krusialnya moment ini tampak dari doa yang dipanjatkan oleh Nabi saw. di malam Perang Badar Kubra itu. Ketika Nabi saw. berdoa, dengan nada “mengancam” Allah SWT: “Ya Allah, jika kelompok [yang sedikit ini] kalah, maka setelah ini, Engkau tak akan pernah lagi disembah.”
Doa ini dipanjatkan oleh Nabi saw. di tengah malam, diulang-ulang, dengan tubuh bergetar, hingga surban yang ada di pundak sebelah kanan Nabi pun terjatuh ke tanah. Surban itu diambil oleh Abu Bakar. Abu Bakar yang ketika itu ada di belakang Nabi pun merinding, bulu kuduknya pun berdiri, mendengarkan doa Nabi yang dahsyat itu, sampai akhirnya Abu Bakar berkata kepada Nabi saw, “Cukup. Cukup, ya Rasulullah. Allah telah mendengar doamu.”
Moment krusial yang kedua juga ditetapkan oleh Allah untuk diwujudkan di bulan Ramadhan yang agung ini. Tepatnya, 20 Ramadhan 8 H, ketika Nabi bersama 10,000 sahabat melakukan Penaklukan Kota Makkah. Makkah bukan hanya tempat Baitullah, yang menjadi perhatian dunia, tetapi Makkah juga ibukota Emperium Arab, Quraisy. Ketika ibukota Emperium Arab, Quraisy ini jatuh ke tangan kaum Muslim, maka seluruh Jazirah Arab pun berbondong-bondong menyatakan ketundukannya kepada Negara Islam di Madinah, yang dipimpin oleh Nabi saw.
Betapa tidak, setelah peristiwa Penaklukan Kota Makkah [Ramadhan 8 H], yang diikuti dengan Perang Hunain [Syawal 8 H], Nabi saw. kembali ke Madinah setelah terlebih dahulu melaksanakan umrah. Maka, tahun 9 H, ada 70 kabilah dan suku dari seluruh Jazirah Arab menghadap Nabi saw. di Madinah, sehingga tahun itu Nabi saw. tidak bisa menunaikan ibadah haji. Nabi menunjuk Abu Bakar sebagai Amirul Haj. Setelah Abu Bakar berangkat, Q.s. at-Taubah turun kepada Nabi, yang dimulai tanpa Basmalah, tetapi kalimat yang tegas, “Bara’atun mina-Llahi wa Rasulihi [Allah dan Rasul-Nya berlepas diri..]” menandai tak ada lagi kompromi dengan kekufuran.
Inilah dua misi krusial yang benar-benar luar biasa; Perang Badar Kubra, dan Penaklukan Kota Makkah. Semuanya dilakukan oleh Nabi saw. atas titah Allah SWT di bulan Ramadhan. Lalu, mengapa Ramadhan dipilih oleh Allah untuk mewujudkan misi krusial tersebut ?.
Iya, Allah SWT memang tidak memberikan alasan, tetapi setidaknya jawaban atas pertanyaan tersebut bisa dinalar, baik dari hadits Nabi saw. maupun ungkapan para sahabat.
Pertama, Ramadhan adalah moment ketaatan, dimana ketaatan seorang Muslim sedang dalam puncaknya. Terlebih, ketika mereka hidup dalam kehidupan Islam dalam seluruh aspek kehidupannya, di saat negara menerapkan syariat Islam secara kaffah. Ketaatan inilah yang menjadi sumber kekuatan dan kemenangan kaum Muslim dalam menghadapi musuh-musuhnya. Inilah yang dinyatakan oleh ‘Umar bin al-Khatthab radhiya-Llahu ‘anhu: “Jika kita tidak bisa mengalahkan mereka dengan ketaatan kita, maka mereka pasti akan mengalahkan kita dengan kekuatan mereka.”
Ketaatan inilah yang menjadi sumber kekuatan dan kemenangan pasukan kaum Muslim saat Perang Badar Kubra, dan Penaklukan Kota Makkah. Sebaliknya, ketidaktaatan telah menjadi sumber kelemahan dan kekalahan mereka saat Perang Uhud. Saat pasukan pemanah yang ditugaskan menempati Jabal Rumat tidak menaati titah Nabi saw.
Kedua, kekuatan doa orang-orang yang berpuasa, yang dinyatakan sendiri oleh Nabi saw: “Ada tiga orang yang doanya tidak akan ditolak [tidak dipenuhi oleh Allah]: Orang yang berpuasa hingga dia berbuka..” [Hr. Ahmad dan at-Tirmidzi dari Abu Hurairah]
Doa-doa mereka tidak akan ditolak oleh Allah. Doa-doa mereka bisa membelah langit dan menggoncang singgasana Allah, sehingga Allah SWT tak kuasa, kecuali mengabulkannya. Itulah doa-doa orang yang berpuasa.
Jika dua kekuatan ini; kekuatan ketaatan dan kekuatan doa orang-orang yang berpuasa menyatu, dan digunakan untuk mewujudkan misi agung, sebagaimana yang dititahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka dua kekuatan ini akan mengundang kekuatan ketiga, yaitu pertolongan Allah SWT. Allah pun menyatakan: “Kami selalu berkewajiban untuk menolong orang-orang yang beriman.” [QS. ar-Rum: 47].
Ketika ketiga kekuatan ini menyatu pada diri kita di bulan Ramadhan, maka tak ada misi agung yang tidak bisa diwujudkan. Inilah ketiga kekuatan yang harus kita sadari, dan kita satukan dalam diri kita, dan umat Nabi Muhammad saw. Ketiga kekuatan yang menjadi senjata kita untuk kembali meraih kemenangan, kejayaan dan kesuksesan. Semoga kita senantiasa bisa menjaga ketiga kekuatan tersebut.
Ramadhan Mubarak kembali menyapa kaum muslimin di seluruh dunia. Dengan berbagai kemuliaan dan keistimewaan yang ada di dalamnya, wajar jika bulan suci ini merupakan salah satu bulan yang paling dirindukan kehadirannya oleh kaum muslimin. Berbagai cara di berbagai negara dilakukan kaum muslimin unutk menyambut bulan mulia ini dengan penuh antusias dan hati gembira. Sebab rasa gembira menyambut datangnya bulan Ramadhan adalah bagian dari refleksi keimanan seorang muslim.
Setiap perintah ibadah dalam Islam selalu memiliki dimensi vertikal dan horizontal, individual dan sosial. Meski puasa adalah perintah ibadah yang harus dilakukan oleh setiap individu kaum muslimin, namun tetap memberikan pesan-pesan spiritual sosial. Secara individual, pelaksanaan puasa Ramadhan memiliki dampak meningkatnya kualitas ketaqwaan.
Sebagaimana disepakati oleh jumhur ulama bahwa hakekat ketaqwaan adalah derajat mulia bagi seorang muslim karena mampu melaksanakan seluruh perintah Allah dan mampu menjauhi seluruh larangan Allah. Bahkan dalam Qur’an surga juga disebut dengan istilah darul muttaqien, dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan Itulah Sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa (QS An Nahl : 30).
Sebelum dan setelah kedatangan bulan suci Ramadhan bukan berarti tanpa hambatan, rintangan dan ujian. Karenanya kaum muslimin perlu mempersiapkan bekal ilmu, mental dan keimanan, agar bulan Ramadhan tahun ini bisa menjadi orang-orang beruntung di hadapan Allah kelak. Orang beruntung adalah orang yang semakin meningkat ketaqwaannya kepada Allah, baik sebelum, selama dan setelah bulan Ramadhan. Dalam kontek kebangsaan, Ramadhan adalah jalan menuju ketaqwaan kolektif. Ketaqwaan kolektif akan menghasilkan keberkahan kolektif pula.
Untuk memotivasi kaum muslimin sekaligus kabar gembira agar, maka Allah akan melipatgandakan kebaikan setiap amalan di bulan suci Ramadhan. Sebagai contoh saat kaum muslimin membaca al Qur’an di bulan suci Ramadhan. Jika kaum muslimin membaca satu juz Al Qur’an kira-kira berjumlah 7000 huruf, kalikan satu huruf dengan 10 kebaikan dikalikan pahala 70 kewajiban maka akan menghasilkan 4.900.000 kebaikan. Jika satu kali saja Al Qur’an dikhatamkan selama bulan Ramadhan, maka akan didapat 147 juta kebaikan. Jika tiga kali akan didapatkan 441 juta kebaikan. Sungguh Allah melipatgandakan pahala setiap amal sholeh di bulan Ramadhan. Karena itu penting menjadikan Ramadhan sebagai ladang amal, bukan bulan untuk bermalas-malas.
Ramadhan bukanlah momen untuk bermalas-malasan apalagi berbuat maksiat. Banyak peristiwa besar dalam sejarah yang justru terjadi pada bulan Ramadhan. Kemenangan Perang Badar dibawah kepemimpinan Rasulullah terjadi di bulan Ramadhan. Pembebasan Ka’bah Al Musyarafah (Fathu Makkah) oleh 10 ribu kaum muslimin terjadi pada terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 Hijriyah. Penaklukan kaum Tartar, Khalifah Al Mu’tasyim memenangkan perang Khiththin untuk membela seorang muslimah yang dilecehkan tentara Romawi. Penaklukan Syam oleh Shalahuddin Al Ayyubi dan kemenangan panglima Nuruddin Zanki dari kaum salibis. Bahkan Indonesia meraih pertolongan Allah bebas dari penjajah juga di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah juga merupakan bulan lahirnya tokoh-tokoh besar seperti Nabi Yahya, Al Hasan bin Ali, al Huli Al Hasan bin Yusuf bin Al Muthahhar, Mirza Baqir Az Zanjani. Bulan Ramadhan juga awal berdirinya Universitas Al Azhar Kairo oleh Jauhar Asy Syakali dimasa Khilafah Fatimiyah.
Meski kebahagiaan harus terus menghiasi hati kaum muslimin menghadapi datangnya tamu agung Ramadhan, namun kesedihan atas kondisi kaum muslimin di seluruh dunia tentu juga tidak mungkin disembunyikan. Di tengah kegembiraan kaum muslimin menyambut bulan Ramadhan di negeri ini, disaat yang sama saudara muslim lain di negara lain justru dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Mereka terjebak dalam situasi perang, kelaparan, kezaliman dan bahkan pengusiran. Padahal umat ini adalah umat terbaik yang dilahirkan di dunia.
Berbagai tragedi dan kezaliman kini tengah dihadapi oleh kaum muslimin di berbagai negara dari Palestina, Suriah, Irak, Myanmar hingga negara-negara Eropa. Tragedi Palestina berupa pembunuhan dan penjajahan atas kaum muslimin tentu bukan semata-mata masalah kemanusiaan, tetapi masalah akidah seorang muslim. Dalam pandangan Islam, Tanah Palestina (Syam) adalah tanah milik kaum Muslim. Kaum muslimin di seluruh dunia adalah bersaudara, satu kesatuan bagai satu tubuh. Jika sakit salah satu anggota tubuh, maka anggota tubuh yang lain ikut merasakana sakitnya. Di tanah ini berdiri al-Quds, yang merupakan lambang kebesaran umat ini, dan ia menempati posisi yang sangat mulia. Umat Islam jangan melupakan sejarah, jangan melupakan sejarah. “ Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia dan Kami telah memberikan kepada-Nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh” (QS Al Anbiya : 71-72)
Yang dimaksud dengan negeri di sini ialah negeri Syam termasuk di dalamnya Palestina. Allah memberkahi negeri itu karena kebanyakan Nabi dilahirkan di negeri ini dan tanahnyapun subur. Ibnu Abbas menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Para nabi tinggal di Syam dan tidak ada sejengkal pun kota Baitul Maqdis kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana.” (HR at-Tirmidzi).
Khalifah terakhir turki ustmani sultan Abdul Hamid II, mengatakan Sesungguhnya aku tidak akan melepaskan bumi Palestina meskipun hanya sejengkal…Tanah Palestina bukanlah milikku, tetapi milik kaum Muslim…Rakyatku telah berjihad untuk menyelamatkan bumi ini dan mengalirkan darah demi tanah ini…Hendaknya kaum Yahudi menyimpan saja jutaan uangnya…Jika suatu hari nanti Khilafah terkoyak-koyak, maka saat itulah mereka akan sanggup merampas Palestina tanpa harus mengeluarkan uang sedikit pun. Selagi aku masih hidup, maka goresan pisau di tubuhku terasa lebih ringan bagi diriku daripada aku harus menyaksikan Palestina terlepas dari Khilafah. Ini adalah perkara yang tidak boleh terjadi.
Syeikh Ahmad Yasin dengan lantang pernah berucap : Umat ini tidak akan pernah memiliki kemuliaan dan meraih kemenangan kecuali dengan Islam. Tanpa Islam tidak pernah ada kemenangan. Kita selamanya akan selalu berada dalam kemunduran sampai ada sekelompok orang dari umat ini yang siap menerima panji kepemimpinan yang berpegang teguh dengan Islam, baik sebagai aturan, perilaku, pergerakan, pengetahuan, maupun jihad. Inilah satu-satunya jalan. Pilihlah oleh Anda: Allah atau binasa.
Sementara di negeri pertiwi ini, dimana kaum muslimin adalah mayoritas juga tidak sepi dari berbagai cobaan dan ujian hidup. Kehidupan sempit tengah melanda negeri ini. Di negeri ini begitu mahal yang namanya keamanan, kesejahteraan, keadilan apalagi kebahagiaan. Kesulitan ekonomi dengan banyaknya pengangguran dan PHK tengah dirasakan oleh kaum muslimin. Ironisnya yang justru merasakan kesejahteraan materi adalah orang-orang asing yang diberikan ruang untuk menguasai sumber daya alam milik rakyat.
Negeri ini juga tengah menghadapi berbagai kerusakan kehidupan akibat runtuhnya sendi-sendi moral bangsa. Maraknya miras, pornografi, pornoaksi telah menjerumuskan bangsa ini kepada kubangan perilaku amoral. Akibatnya marak tindak kriminal, pembunuhan, pemerkosaan, seks bebas, LGBT, perzinahan, pelacuran hingga tawuran. Entah sudah berapa nyawa melayang akibat kriminalitas yang disulut oleh tenggakan miras ini. Padahal Allah sang Pemilik kehidupan ini telah dengan tegas mengharamkan biang dosa ini.
Baik di Indonesia maupun di belahan bumi lainnya, dapat disaksikan bagaimana kaum muslimin tengah menghadapi ujian berat dalam berbagai bentuknya. Kekompakan kaum muslimin di seluruh dunia dalam melaksanakan perintah puasa Ramadhan adalah refleksi ketundukan kepada Allah. Karena itu, hendaknya moment Ramadhan tahun ini semestinya dijadikan sebagai bentuk muhasabah kebangsaan atas apa yang menimpa kaum muslimin.
Muhasabah kebangsaan adalah refleksi ketaqwaan kolektif kaum muslimin di seluruh dunia untuk kembali bersatu membangun kepemimpinan dan peradaban Islam dengan ikatan al Qur’an dan al Hadist. Umat Islam adalah bangsa yang satu dengan ikatan persaudaraan berdasarkan aqidah. Bukankah umat Islam diseluruh dunia memiliki Tuhan yang Satu, Kitab yang satu, Nabi yang satu, dan negara yang satu. Sebab ketaqwaan adalah kembalinya manusia dalam ketundukan kepada Allah semata.
Kepemimpinan peradaban Islam inilah yang akan mampu memerdekakan kaum muslimin dari berbagai bentuk perpecahan, kezaliman dan segala bentuk keterjajahan. Semoga Ramadhan kali ini memberikan inspirasi agung bagi persatuan, kebangkitan dan kemerdekaan seluruh kaum muslimin hingga kembali menjadi umat terbaik dengan segala kemuliaannya. Semoga syariah Islam kembali menghiasi peradaban dunia.
(AhmadSastra,KotaHujan,13/04/21 : 09.30 WIB)
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad