MEWUJUDKAN RAMADHAN POSITIF, PRODUKTIF DAN KONSTRIBUTIF



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Tanpa kita sadari waktu   begitu cepat  bergulir. Tentu kita masih sangat ingat, bulan suci Ramadhan tahun lalu seolah baru saja beranjak dari kehidupan kita, namun Ramadhan tahun kita sebentar lagi telah dating kembali. Bahkan masa ketika kita masih anak-anakpun masih sangat ingat, namun hari ini kita telah menginjak usia dewasa dan bahkan telah tua.

 

Waktu begitu cepat berlalu. Adakah kita telah memanfaatkan waktu ini untuk taat kepada Allah SWT atau belum. Ramadhan adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hambaNya yang beriman agar semakin termotivasi untuk beribadah guna mencapai derajat takwa.

 

Bulan suci Ramadhan 1442 H kembali menyapa kaum muslimin di seluruh dunia. Kebahagiaan menyambut bulan mulia ini adalah indikator keimanan seorang muslim. Ekspresi kebahagiaan memang berbeda setiap individu dan bangsa, namun tetap bermuara kepada rasa syukur atas anugerah Allah dengan datangnya bulan penuh berkah ini.

 

Jika menilik sejarah bagaimana Rasulullah dan para sahabat menjalani waktu demi waktu selama bulan suci Ramadhan, maka bisa didapati kesimpulan bahwa Ramadhan mestinya menambah positif, produktif dan konstributif bagi seorang muslim. Ramadhan adalah bulan mulia, tidaklah pantas dijadikan sebagai alasan untuk bermalas-malasan dengan alasan lapar dan haus.

 

Menjadi pribadi yang semakin positif selama bulan suci Ramadhan maknanya menjadi pribadi yang semakin sholih karena meningkatkanya spiritualitas. Untuk memotivasi amalan ibadah, Allah telah menetapkan bahwa ibadah sunnah akan diberikan pahala seperti ibadah wajib. Sementara ibadah wajib akan dilipatgandakan pahalanya.

 

Sebagai salah satu contoh ibadah di bulan suci Ramadhan adalah membaca, menghafal, menelaah dan mengamalkan Al Qur’an. Ramadhan sebagai syahrul qur’an semestinya semakin memotivasi umat Islam untuk lebih dekat kepada Al Qur’an.  Allah menegaskan bahwa Al Qur’an sebagai petunjuk, penjelas haq dan batil, serta sumber kebenaran bagi manusia.

 

Allah menegaskan dalam firmanNya : Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). (QS. al-Baqarah : 185).

 

Jika kaum muslimin membaca satu juz Al Qur’an kira-kira berjumlah 7000 huruf, kalikan satu huruf dengan 10 kebaikan dikalikan pahala 70 kewajiban maka akan menghasilkan  4.900.000 kebaikan. Jika satu kali saja Al Qur’an dikhatamkan selama bulan Ramadhan, maka akan didapat 147 juta kebaikan. Jika tiga kali akan didapatkan 441 juta kebaikan. Sungguh Allah melipatgandakan pahala setiap amal sholeh di bulan Ramadhan.

 

Selain membaca Al Qur’an, agenda ibadah harian selama bulan Ramadhan semisal niat puasa karena Allah,  berbuka puasa dan makan sahur, menjaga diri dari yang membatalkan atau yang mengurangi pahala puasa, menjalankan  sholat terawih dan qiyamul lail dan berzikir. Dengan demikian bulan suci Ramadhan bisa menjadi wasilah agar semakin menjadi pribadi positif.

 

Selain dimensi spiritualitas, dimana Ramadhan sebagai sarana agar semakin sholih dengan memperbanyak ibadah, bulan suci ini juga berdimensi intelektualitas yang bermuara kepada produktifitas. Menghadiri berbagai kajian tsaqafah yang menambah pemahaman Islam adalah salah satu cara menjadikan Ramadhan sebagai bulan produktif.

 

Meski pandemi covid 19 belum nampak berakhir, namun tidaklah menghalangi produktifitas seorang muslim selama bulan suci Ramadhan. Berbagai kajian virtual bisa diikuti dari rumah. Produktifitas juga bisa dilakukan dengan cara menghasilkan karya-karya tulis terbaik. Menulis satu huruf di bulan Ramadhan dengan niat ibadah, tentu saja mendapatkan berlipat pahala dari Allah. Menghidupkan budaya literasi Ramadhan adalah bentuk produktifitas.

 

Negeri ini juga tengah menghadapi berbagai kerusakan kehidupan akibat runtuhnya sendi-sendi moral bangsa. Maraknya miras, pornografi, pornoaksi telah menjerumuskan bangsa ini kepada kubangan perilaku amoral. Akibatnya marak tindak kriminal, pembunuhan, pemerkosaan, terorisme, seks bebas, LGBT, perzinahan, pelacuran hingga tawuran. Entah sudah berapa nyawa melayang akibat kriminalitas yang disulut oleh tenggakan miras ini. Padahal Allah sang Pemilik kehidupan ini telah dengan tegas mengharamkan biang dosa ini. Memikirkan solusi atas semua problem ini adalah bentuk produktifitas ibadah, apalagi pada bulan Ramadhan.

 

Dalam sejarah, bulan Ramadhan oleh Rasulullah dan para sahabat justru menjadi bulan yang penuh produktifitas. Pada bulan Ramadhan tahun ke 2 H, Rasulullah memimpin perang Badar al Kubro antara pasukan Islam yang berjumlah 313 prajurit melawan kafir Quraisy yang berjumlah 1000 prajurit. Pada bulan Ramadhan juga terjadi peristiwa besar berupa penaklukan kota Mekkah atau futhu Mekkah, tepatnya terjadi pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 H yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw.

 

Perang Ahzab terjadi para bulan Ramadhan tahun 5 Hijrah dan perang Tabuk melawan adikuasa Romawi terjadi pada bulan Ramadhan tahun 9 hijrah.   Penaklukan kota Thoif juga terjadi di bulan suci Ramadhan dibawah panji Islam yang dibawa oleh Rasulullah. Kemerdekaan RI bahkan juga terjadi pada tanggal 9 Ramadhan 1366 H atas perjuangan dan jihad para ulama dan santri mengusir penjajah.

 

Sementara dimensi konstributif ramadhan bisa diwujudkan dengan melakukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan memperbanyak sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan. Penting juga menjadikan Ramadhan sebagai kesempatan emas untuk kaum muslimin memikirkan kondisi kaum muslimin di  negeri ini dan di belahan penjuru dunia lantas memberikan pencerahan dan solusi. Mengapa kaum muslimin di seluruh dunia masih dalam kondisi terpinggirkan, terzolimi dan terjerat kemiskinan. Ramadhan adalah moment yang tepat untuk mencari akar masalah dan mencari solusi fundamental oleh seluruh kaum muslimin di dunia.

 

Dakwah virtual bisa dijalankan secara optimal selama bulan suci Ramadhan mengingat masih dalam kondisi pandemi. Dakwah adalah konstrubusi terbaik bagi pemahaman dan kesadaran akan kehidupan kaum muslimin pada umumnya. Dakwah adalah perkataan terbaik yang ditetapkan oleh Allah. Berbagai sarana virtual bisa dimanfaatkan untuk konstribusi dakwah ini.

 

Allah menegaskan dalam Al Qur’an : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri ? (QS Fushshilat : 33)

 

Membayar zakat dan bersedah untuk dibagikan kepada fakir miskin adalah bentuk konstribusi yang akan mendatangkan pahala berlipat dari Allah. Rasulullah SAW bersabda, "senyummu kepada saudaramu adalah sedekah, ajakanmu terhadap kebaikan adalah sedekah, bantuanmu terhadap orang yang tak bisa melihat adalah sedekah, menyingkirkan batu atau duri di jalanan itu sedekah, dan membagi isi timbamu kepada timba saudaramu itu juga sedekah." (HR Tirmidzi).

 

Dari Abu Umamah bin Shuday bin 'Ajlan RA, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda, "Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu memberikan kelebihan hartamu, maka itu sangat baik. Jika tidak, itu sangat jelek bagimu. Kamu tidaklah dicela karena kesederhanaanmu. Dahulukan orang yang menjadi tanggunganmu. Sebab, tangan di atas (orang yang memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (orang yang meminta)." (HR Muslim).

 

(AhmadSastra,KotaHujan,12/04/21 : 12.20 WIB)   

 

 

 

 

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.