Oleh : Ahmad Sastra
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam (QS Ali Imran : 19). Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (QS Al Anbiyaa : 107)
Ade Armando menyebut istilah Islam radikal dengan sebuah pertanyaan retoris dan mengkaitkan dengan adanya aksi bom bunuh diri di Makasar. Istilah Islam radikal adalah kesalahan epistemologis. Sebab Islam adalah nama agama, sementara pelaku bom bunuh diri adalah manusia. Jadi Islam dan muslim adalah dua yang berbeda, sama dengan Kristen sebagai nama agama dengan umat kristiani.
Bisa saja semua orang melakukan tindakan kejahatan, namun mengkaitkan dengan agama adalah sesat logika. Agama sebagai konsepsi, sementara penganutnya tidak selalu merepresentasikan agama tersebut. Jika ada seorang yang mengaku beragama melakukan kejahatan, siapa yang salah, apakah orangnya atau agamanya ?.
Inilah kesalahan fatal istilah Islam radikal. Istilah radikal sendiri adalah istilah yang lahir dari terminologi asing, tidak berakar dari terminologi Islam. Islam tidak mengenal istilah radikal. Secara bahasa istilah radikal bermakna berakar, namun kini berkembang menjadi makna politis. Inilah yang memang dikembangkan oleh asing, namun sayangnya istilah ini kemudian disematkan kepada Islam. Secara epistemologi, hal ini adalah sesat logika dan kesalahan fatal.
Representasi Islam adalah Rasulullah SAW, karena beliau adalah utusan Allah yang memang diamanahi untuk menjalankan Islam secara kaffah. Rasulullah sendiri justru merupakan manusia agung yang dikenal sebagai manusia yang memiliki perilaku mulia. Justru pada zaman Rasulullah, orang-orang kafir Quraisy yang berwatak buruk dan kerjanya memusuhi Rasulullah. Rasulullah diutus Allah justru untuk menebar rahmat bagi alam semesta, bukan untuk menimbulkan kekacauan.
Jika terorisme dimaknai sebagai upaya menimbulkan berbagai kekacauan dan ketakutan sosial, maka fir’aun yang lebih layak disebut sebagai teroris karena telah menimbulkan berbagai kezaliman yang kemudian diluruskan oleh Nabi Musa, begitu juga dengan namrud dan abu jahal. Adalah paradoks jika istilah radikal dalam makna negatif justru disematkan kepada Islam yang merupakan agama perdamaian.
Oleh karena itu, istilah islam radikal yang ditulis oleh Ade Armando adalah kesalahan fatal, baik secara ontologis maupun epistemologis. Artinya istilah islam radikal itu secara konseptual dan empirik tidak ada. Yang ada adalah manusia yang mengaku beragama namun melakukan tindak kejahatan. Sementara kejahatan yang dilakukan tidaklah merepresentasikan ajaran agama itu sendiri.
(AhmadSastra,KotaHujan,30/03/21 : 21.30 WIB)
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad