2021 : ISTIQOMAH BERSAMA ISLAM, JAUHI MANUSIA ZALIM



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Maka tetaplah (istiqomah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan (QS Hud : 112-113)

 

Waktu akan terus bergulir. Pergantian masa adalah keniscayaan yang justru harus menyadarkan kita bahwa umur kita terus berkurang. Bergantinya masa, baik hari, bulan maupun tahun maknanya bahwa manusia menuju titik ajal. Karena itu bermuhasabah adalah sebuah keharusan bagi seorang muslim seiring bergantinya masa, baik muhasabah diri maupun muhasabah sistemik.

 

Perhatikan firman Allah :  Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (QS Al ‘Asr : 1-3).

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dalam Tafsir Ibn Katsir bahwa disaat menerima wahyu Surat Hud ayat 112-113 diatas, Rasulullah begitu merasa berat hingga rambutnya beruban. Rasulullah begitu paham betapa beratnya beristiqomah di jalan Allah, bertobat dari kemaksiatan dan tidak bersama orang-orang zalim karena ancamannya adalah neraka.

 

Melalui tulisan ini, penulis mengajak kepada seluruh umat Islam di negeri ini untuk bermuhasabah diri sekaligus sistemik. Dari ayat diatas bisa kita jadikan bahwa muhasabah tentang perjalanan kita selama ini, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari umat Islam pada umumnya. Setidaknya ada lima catatan yang bisa kita jadikan sebagai muhasabah perbaikan diri kita.

 

Pertama adalah tetaplah istiqomah di jalan yang benar. Makna istiqomah adalah bersungguh-sungguh tegak di atas jalan yang benar. Jalan yang benar adalah Islam, selain Islam adalah sesat.  Hal ini ditegaskan oleh Allah di Surat Ali Imran ayat 19 : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Sebab tidaklah akan diterima manusia yang mencari agama selain Islam.

 

Perhatikan firman Allah : Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi (QS Ali Imran : 85).

 

Kedua hendaknya umat Islam tidak melampau batas dalam berbuat dan beribadah. Malampau batas maknanya adalah bermaksiat kepada Allah. Maksiat adalah segala perbuatan yang melanggar perintah Allah, baik individu maupun sosial. Berbuat harus sejalan dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah dalam segala aspeknya.

 

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya (QS Al Hashr : 7).

 

Ketiga, senantiasa memperbaiki diri sebelum ajal tiba. Sebab Allah Maha melihat apa yang kita lakukan, meskipun dalam kesendirian sekalipun. Oleh karena itu sikap ihsan menjadi sangat penting, dimana kita begitu yakin bahwa Allah Maha Mengawasi setiap perbuatan kita, maka berbuatlah hanya kebaikan semata karena untuk meraih ridho Allah. Dengan demikian di pergantian tahun ini kita berharap akan menjadi pribadi yang lebih baik hinggu ujung ajal kita.

 

Keempat janganlah kita cenderung atau berteman dengan manusia-manusia zalim. Sebab kezaliman adalah kegelapan di akhirat kelak. Hal ini menandasakan betapa penting kita memilih sahabat hidup kita. Bersahabatlah dengan manusia sholih dan jangan bersahabat dengan manusia zalim. Mendekati dan mendukung pemimpin zalim hanya untuk mendapat jabatan dan harta akan menjerumsukan pelakunya disentuh oleh siksa api neraka.

 

Manusia zalim adalah manusia yang selalu melakukan kemaksiatan, yakni menjalan hidup dengan tidak berpedoman kepada aturan dan hukum Allah. Allah menegaskan dalam Al Qur’an : Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim (QS Al Maidah : 45).

 

Begitupun terhadap pemimpin atau penguasa yang zalim akan mendapat siksa api neraka. Penguasa zalim adalah penguasa yang tidak menjadikan hukum dan aturan Allah sebagai sumber hukum dalam mengatur urusan rakyat yang dipimpinnya. Mendukung dan memilih pemimpin zalim akan mendapat cipratan kezalimannya.

  

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya (QS Annisaa’ : 65).  

 

Kelima kita harus yakin bahwa hanya Allah sebagai penolong kita, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Oleh karena itu tidaklah layak kita menggantungkan hidup kita kepada manusia, apalagi kepada penguasa zalim. Mereka tidak akan mampu memberikan apapun kepada kita, kecuali kesesatan.

 

Di tahun 2021 ini hendaknya kita sebagai umat Islam kembali menyadari dengan sungguh-sungguh untuk hanya memperjuangkan Islam saja. Jangan pernah memperjuangkan sistem zalim seperti demokrasi, kapitalisme, komunisme dan sejenisnya. Sebab hanya Islam yang benar. Ulil Amri yang benar adalah pemimpin yang taat kepada Allah dan RasulNya. Pemimpin zalim adalah mereka yang membangkang hukum Allah. Pemimpin sekuler adalah pemimpin zalim.

 

(AhmadSastra,KotaHujan,01/01/21 : 14.00 WIB)

 

 

 

 

 

 

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.