Oleh : Ahmad Sastra
Sebaran klaster covid-19 di lingkungan pesantren makin menunjukkan peningkatan di sekitar 18 provinsi. Pasien positif dilaporkan ada 6.279, meskipun angka sembuh 6.237 dan meninggal 0. Namun hal ini tetap harus menjadi perhatian semua pihak, baik internal pesantren maupun pemerintah. Namun, secara umum, sebaran covid-19 di Indonesia semakin menunjukkan angka eksponensial dan belum ada tanda-tanda mengalami penurunan.
Pemerintahpun seolah tak lagi bisa mengendalikan. Bahkan pemerintah terkesan paradoks dengan mengizinkan kerumunan pilkada, padahal hal ini sangat berpotensi meningkatkan jumlah terpapar virus ini. sejak awal, pemerintah sudah sama sekali tidak menyakinkan soal penanganan wabah ini. Hari ini seolah semuanya telah terlanjur, bahkan pemerintahpun terkesan tidak serius.
Pesantren adalah salah satu model pendidikan Islam yang menggunakan manajemen asrama untuk mendidik santri (boarding). Model boarding ini meniscayakan santri tinggal di asrama selama dua puluh empat (24) jam. Tidak seperti sekolah biasa yang hanya 8 jam, selebihnya di rumah, maka pesantren memiliki tingkat interaksi yang sangat tinggi. Intensitas interaksi yang tinggi inilah yang memungkinkan terjadinya klaster baru covid-19, terutama pesantren yang sudah melaksanakan belajar tatap muka.
Berbagai fasilitas pesantren seperti dapur, kamar tidur, kantin dan kamar mandi menjadi fasilitas yang digunakan secara massal. Maka, ketika terjadi wabah semisal sakit kulit, DBD, dan hepatitis begitu cepat menular kepada santri lain. Bahkan pilek, batuk dan sakit mata juga bisa menular dengan cepat di kalangan santri karena interaksi intensif antara santri.
Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang memiliki jumlah santri yang cukup banyak. Ada beberapa pesantren yang memiliki santri diatas 1000 orang, bahkan ada pesantren yang menampung santri lebih dari 10.000 orang. Sementara fakta angka jumlah pesantren di Indonesia yang terdata di kementerian agama sebanyak 28.194 pesantren yang menampung 5 juta santri berasrama dengan jumlah guru sebanyak 1,5 juta orang.
Wacana dan kebijakan new normal di dunia pendidikan adalah salah satu tahapan new normal yang perlu diperhatikan secara seksama, sebab jika tidak, maka akan menjadi malapetaka baru bagi korban covid-19 ini. Pemerintah harus berkaca kepada Perancis dan Korea yang gagal menerapkan new normal di tengah pandemi yang belum landai, di mana anak-anak sekolah justru terpapar virus corona.
New normal di lembaga pendidikan itu menyangkut keselamatan generasi bangsa ini, karena itu jika salah langkah, maka bisa menjadi fatal akibatnya. Oleh karena itu ada banyak hal yang mesti menjadi perhatian pemerintah dan pihak pesantren di saat pandemi masih berlangsung.
Mengingat tengah terjadi peningkatan pasien terpapar covid-19, maka pemerintah mesti memberikan perjagaan atas lembaga ini. New normal di pesantren idealnya dilakukan saat virus corona sudah hilang sama sekali, sebab interaksi tinggi sesama santri sangat rawan terhadap penularan virus.
New normal di pesantren sebaiknya dilakukan atas dasar upaya penyelamatan nyawa santri dan guru, bukan karena kepentingan ekonomi semata. New normal di pesantren sebaiknya diikuti oleh penyediaan fasilitas kesehatan oleh negara yang lengkap dan profesional, sebab jumlah santri yang banyak akan membutuhkan fasilitas yang banyak pula. Sementara tidak semua pesantren memiliki fasilitas kesehatan yang lengkap.
New normal pesantren sebaiknya bukan karena pertimbangan spekulasi, namun harus didasarkan oleh berbagai pendekatan saintifik, medis, sosiologis dan spiritual. Kegagalan new normal sekolah di Korea hendaknya menjadi pelajaran penting bagi negeri ini. New normal pesantren di tengah pandemi harus didukung oleh protokol hidup sehat yang terkonsep dengan baik dan aplikatif berbasis sosiologi pesantren.
New normal di tengah pandemi juga bisa dimaknai belajar di rumah berbasis daring bagi pesantren yang masih melakukan belajar tatap muka. Oleh karena itu, pesantren bekerja sama dengan kemenag hendaknya menerbitkan model pendidikan Islam di rumah, baik daring oleh guru maupun langsung oleh orang tua.
Berdasarkan penilaian para ilmuwan, new normal di tengah perkembangan pandemi yang masih ekponensial berarti masih prematur dan kemungkinan berdampak buruk. Angka pasien positif diawal tulisan ini menunjukkan hal ini. Oleh sebab itu kemenag jangan terburu-buru menerapkan new normal di semua pesantren, jika pandemi masih berlangsung.
Pelaksanaan belajar tatap muka di pesantren harus benar-benar berbasis zona aman kondisi lokasi pesantren. Sementara pelaksanaannya harus mendapatkan perhatian semua pihak agar bisa berjalan dengan baik. Sebab keselamatan nyawa santri dan guru adalah nomor satu yang tak bisa ditawar.
Protokol new normal berbasis pesantren seperti social distancing saat belajar dan pola hidup sehat tidaklah mudah dipraktekkan begitu saja di pesantren, sebab bagaimanapun pesantren memiliki pola interaksi khas yang telah menjadi tradisi. Lebih dari itu, disaat pandemi covid-19 masih berlangsung, protokol covid-19 di pesantren bukan berarti bisa terhindar dari penularan corona sama sekali.
New normal pesantren dimana para santri kembali datang dari berbagai daerah di Indonesia sangat rawan menjadikan pesantren sebagai klaster baru penyebaran corona, sebab orang yang terpapar corona bahkan tidak memiliki gejala khusus. Oleh karena itu, new normal pesantren hanya bisa dilakukan jika pendemi corona sudah hilang dari negeri ini, lebih banyak menyelamatkan nyawa santri meskipun waktunya lama, dari pada terburu-buru, namun berakibat fatal atas hilangnya nyawa para santri.
Namun faktanya, banyak pesantren yang telah menjalankan proses belajar tatap muka sejak awal Agustus yang lalu. Ada beberapa pesantren yang terpaksa harus memulangkan lagi santri yang telah datang, karena dinilai tak memiliki standar protokol kesehatan yang baik.
Pemulangan santri setelah kedatangan tidaklah perkara yang mudah bagi pesantren. Oleh karena itu hal yang penting dilakukan adalah kehadiran pemerintah untuk memberikan pendampingan optimal bagi KBM tatap muka yang sudah berlangsung di beberapa pesantren. Keterlibatan pemerintah akan banyak memberikan keringanan bagi pelaksanaan belajar tatap muka di pesantren. Bagi pesantren yang masih online, penting kiranya memperhitungkan banyak variabel sebelum mengambil kebijakan belajar tatap muka.
(AhmadSastra,KotaHujan,20/12/20 : 13.50 WIB)
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad