DEMOKRASI MEMBAWA VIRUS WAHNISME


 

 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Dari Tsauban, ia berkata bahwa telah bersabda Rasulullah SAW, ‘Hampir saja bangsa-bangsa memangsa kalian sebagaimana orang lapar menghadapi meja penuh hidangan’. Seorang bertanya, ‘apa saat itu kita sedikit ?’. Jawab beliau, ‘Bahkan saat itu kalian banyak, akan tetapi saat itu kalian seperti buih di laut. Allah akan cabut dari dada musuh kalian, dan Allah sungguh akan mencampakkan penyakit wahn dalam hatimu’. Seorang bertanya, ‘Ya Rasulallah, apa itu wahn ?’. Beliau menjawab, ‘cinta dunia dan takut mati’. (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5 : 278, shahih kata Syaikh Al Bani.

 

Dalam sebuah hadist lain, Rasulullah bersabda, ‘Umatku akan ditimpa penyakit yang pernah menimpa umat terdahulu. Sahabat bertanya,’apakah penyakit umat terdahulu itu. Beliau menjawab, ‘penyakit itu telalu banyak seronok, terlalu mewah, menghimpun harta sebanyak mungkin, tipu menipu dalam mendapat harta dunia, saling memarah, hasut menghasut sehingga jadi zalim menxzalimi (HR Al Hakim)

 

Penyakit al-wahn yaitu penyakit cinta dunia (hubbud-dunya) dan takut mati (karohiyatul maut). Inilah dua jenis (virus) penyakit yang digabungkan dalam satu nama yaitu "Wahn". Sejak 1400 tahun lalu, Rasulullah SAW sudah mengisyaratkan bahwa penyakit Wahn ini merupakan penyebab kemunduran umat Islam.

 

Cinta dunia dan takut mati adalah dua hal yang saling berkaitan erat. Sebab jika seseorang terlalu cinta kepada dunia, maka ia akan begitu khawatir kepada datangnya kematian. Harta tidak untuk dicintai berlebihan, namun mestinya menjadi wasilah untuk memperjuangkan Islam. Begitulah para sahabat Rasul telah menjadi contoh.

 

Orientasi bendawi yang berlebihan ini disebabkan oleh hilangnya spiritualitas seseorang. Sebab dunia ini sungguh sangat sebentar, maka mengejarnya hanyalah fatamorgana. Al wahn ini bisa hilang seiring meningkatnya spiritualitas seseorang. Sebab dia menyadari bahwa harta hanyalah titipan Allah yang mesti dimanfaatkan sesuai dengan perintah Allah, bukan ditumpuk-tumpuk demi memuaskan hawa nafsunya.

 

Selain yang bersifat individu, penyakit al wahn ini juga bisa timbul karena sistem nilai yang diterapkan oleh sebuah negara. Kapitalisme sekuler yang melahirkan demokrasi juga sangat berpotensial menjerat para pemujanya ke dalam jurang al wahn ini. demokrasi sebagai politik padat biaya meniscayakan tumbuhsuburnya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme.

 

Demokrasi memandang kekuasaan adalah cara untuk meraup harta sebanyak-banyaknya dengan menjadi penguasa. Demokrasi mendefinisikan kebahagiaan secara materialistic, dimana jika manusia mampu mencapai keinginan materinya, maka akan mendapat kebahagiaan. Demokrasi mengabaikan spiritualitas. Dimensi materialisme demokrasi inilah akan berpotensi melahirkan wahnisme di kalangan para pemujanya atau pengikutnya.

 

Kapitalisme sendiri merupakan paham dimana harta adalah asas dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Kapitalisme yang sekuler tidak menjadikan agama sebagai timbangan untuk mendapatkan harta. Konsep kepemilikan dalam kapitalisme bertentangan dengan Islam. Bahkan kapitalisme merupakan ideologi penjajah atas negeri-negeri muslim dengan merampok sumber daya alam atas nama investasi dan utang.

 

Membawa idealisme dakwah Islam dengan masuk sistem demokrasi adalah ilusi belaka. Selain demokrasi memang sistem ideologi yang anti Islam, pelakunya akan mudah tergiur dengan materi. Selain itu banyak diantara partai dan calom pemimpin yang justru sengaja mencari jabatan dan harta saja saat mencalonkan diri dalam pilkada. Disorientasi inilah yang menyebabkan virus al wahn makin merebak di alam demokrasi ini.

 

Wahnisme dalam tulisan ini maknanya adalah cinta dunia dan takut mati yang akut akibat terjebak dalam jerat demokrasi sekuler. Demi jabatan dan harta, manusia rela  berkomplot dengan orang-orang kafir dan memusuhi sesama saudara muslim. Demi jabatan dan harta, seorang muslim rela menjual agamanya dengan harga murah. Wahnisme adalah perilaku muslim yang mengkhianati agama demi nafsu duniawi, menolak syariah namun memuja hukum penjajah.

 

Demokrasi dan wahnisme adalah dua sisi mata uang yang tak mungkin dipisahkan. Asas demokrasi adalah sekulerisme, ekonominya kapitalisme. Masuk ke dalam sistem demokrasi, bagi seorang muslim adalah bunuh diri spiritual dan bertransformasi menjadi para pemuja dunia. Sebab sekulerisme adalah paham keduniawian dan mengabaikan agama dan akhirat.

 

Demokrasi secara genealogis jelas bukan berasal dari ajaran Islam. Demokrasi beraliran antroposentrisme dimana manusia adalah pusat edar segala hukum dan perilaku dalam berbangsa dan bernegara. Pemilu demokrasi seringkali hanya menjadi ajang tipu-tipu kepada rakyat demi menumpuk harta dan mengejar jabatan. Demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat bertransformasi dari uang, untuk uang dan oleh uang.

 

Tidak mengherankan jika para penguasa yang terpilih dalam ajang demokrasi berakhir di jeruji besi karena korupsi uang rakyat. Entah sudah berapa pimpinan daerah yang masuk penjaran lantaran perilaku korupsi. Demokrasi acapkali hanya sebuah panggung bagi para koruptor yang sedang berebut kursi kekuasaan. Demokrasi membawa virus wahnisme, maka waspadalah.

 

(AhmadSastram,KotaHujan,3/11/20 : 22.15 WIB)

 

 

 

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.