MANUSIA BERADAB



Oleh : Ahmad Sastra

Konsep tentang manusia hasil temuan filsafat Barat modern menurut Foulcault, kini telah berada dalam senjakala kematian. Sementara pendidikan agama Islam (PAI) menawarkan konsep manusia beradab pembangun peradaban.

Kebijakan pemerintah tentang pendidikan karakter masih banyak menyisakan masalah, kini pemerintah melontarkan kebijakan merdeka belajar. Landasan nilai karakter masih banyak mendapatkan sorotan karena bersifat sekuleristik. Hal ini tentu disebabkan oleh landasan nilai pembentuk karakter tidak berangkat dari spiritualitas, melainkan humanitas.

Sementara konsep merdeka belajar nampaknya hanya bersifat metodologis, bukan mengarah kepada esensi pendidikan itu sendiri. Konsep merdeka belajar mengarah kepada empat program yang sifatnya teknis filosofis. Pada acara Rapat Koordinasi Bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jakarta 11 Desember 2019, Nadiem menjelaskan ada empat program pembelajaran nasional.

Keempat program pembelajaran itu antara lain : pertama, USBN diganti ujian (asesmen). Kedua, 2021 UN diganti. Ketiga, RPP dipersingkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama ini, guru diarahkan mengikuti format RPP secara kaku. Keempat, Zonasi PPDB lebih fleksibel untuk program "Merdeka Belajar" yang terakhir ini, Nadiem menjelaskan bahwa Kemendikbud tetap menggunakan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Pemerintah mestinya memperhatikan esensi pendidikan nasional yang mengarah kepada visi pembentukan manusia yang adil dan beradab. Manusia yang adil dan beradab bukan sekedar konsep tentang karakter, tapi lebih dari itu adalah landasan nilai spiritual yang kuat. Sebab istilah adil dan beradab berasal dari terminologi agama, terutama agama Islam.

Pendidikan dan peradaban adalah dua sisi mata uang yang tidak mungkin dipisahkan. Pendidikan adab pasti akan melahirkan manusia berkarakter, sementara pendidikan karakter belum tentu akan melahirkan manusia beradab. Sebab istilah adab sangat menekankan dimensi transendental, sementara pendidikan karakter lebih menekankan dimensi horizontal.

Karena itu dalam sistem pendidikan Islam, manusia diwujudkan menjadi manusia yang berdimensi spiritual, bukan manusia yang berdimensi material semata. Manusia spiritual adalah manusia yang mampu mengemban amanah kekhalifahan dalam rangka membangun peradaban mulia demi mengangkat derajat seluruh manusia. Manusia spiritual adalah manusia yang memiliki kepribadian sholeh, baik kepada dirinya sendiri, kepada Allah dan kepada sesama manusia. Kepribadian salehnya dikejawantahkan dalam seluruh aspek kehidupannya.

Allah menegaskan konsep manusia spiritual yang memiliki dimensi ilahiyah, ilmiah dan alamiah dengan istilah ulul albaab. Sebagaimana Allah firmankan dalam Qur’an surat Ali Imran ayat 109-191 berikut, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (ulul albaab), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

Ayat ini menjelaskan dimensi-dimensi manusia dalam konsepsi pendidikan Islam. Pertama, dimensi spiritual dalam arti manusia hasil didikan Islam adalah manusia yang senantiasa menjadikan Allah sebagai sumber kesadaran dirinya bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Allah, bukan seperti yang diklaim oleh paham materialisme.

Kedua, dimensi sains dalam arti manusia dituntut untuk terus melakukan aktivitas intelektual berupa pemikiran dan penelitian atas fakta-fakta inderawi sedalam mungkin. Ketiga, dimensi kekhalifahan dalam arti bahwa pengelolaan kehidupan dan alam semesta mesti dipimpin sejalan dengan tujuan Allah menciptakan alam semesta.

Ketiga dimensi di atas tidak akan bisa diwujudkan dengan sistem pendidikan sekuler dimana agama justru dipisahkan dari kehidupan. Faktanya, pendidikan sekuler justru telah menghasilkan manusia yang kehilangan adab (loss of adab). Esensi adab adalah komitmen dan perilaku baik kepada manusia, kehidupan dan alam semesta berdasarkan kesadaran akan hubungan dirinya dengan TuhanNya.

Manusia beradab akan mewujudkan masyarakat beradab dan melahirkan peradaban. Sebagai negeri yang dikenal religius, maka Indonesia lebih tepat jika mengembangkan pendidikan adab dari pada pendidikan karakter. Sebab selain melahirkan generasi berbudi mulia, pendidikan adab juga akan melahirkan sains dan peradaban mulia.

Pendidikan adab menganjurkan niat penuntut ilmu bukan untuk tujuan pragmatis semata, namun sebagai bagian dari pengabdian kepada Tuhan. Menuntut ilmu dalam konsep pendidikan adab adalah untuk lebih mengenal Tuhan, membangun peradaban dan menggapai kebahagiaan hakiki. Pendidikan adab akan melahirkan manusia baik, bukan hanya pintar.

Keagungan peradaban Islam yang telah menjadi mercusuar bagi dunia selama beradab-abad telah membuktikan betapa sistem pendidikan Islam memiliki sifat universal dan membawa kebaikan untuk seluruh manusia. Sebab Islam hadir dengan peradabannya adalah untuk menebarkan rahmat bagi alam semesta. Sistem pendidikan Islam adalah pendidikan untuk semua, tidak bersifat diskriminatif.

Syed Muhammad Naquib al Attas menegaskan bahwa adab adalah amalan atau tindakan dan perbuatan yang melahirkan keadilan. Sementara keadilan adalah sebuah refleksi dari hikmah yang lahir dari cahaya nubuwwat. Dengan kata lain, adab adalah sebuah komitmen berupa pola fikir dan pola sikap yang lahir dari kesadaran hubungan dirinya dengan Allah, Tuhan Pencipta manusia dan alam semesta. Adab adalah refleksi keimanan dan ketaqwaan yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional untuk mewujudkan manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak.

Masyarakat beradab yang lahir dari keimanan dan ketaqwaan inilah yang kelak akan mampu mendatangkan keberkahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena dipimpin oleh pemimpin yang adil dan beradab, bukan zalim dan tak beradab. Keberkahan atau gemah ripah loh jinawi adalah bertambahnya kebaikan dari Allah dalam segala aspek kehidupan masyarakat.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raf : 96).

(AhmadSastra,KotaHujan,18/07/20 : 21.36 WIB) __________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Categories