SAATNYA MENITIPKAN PANCASILA KEPADA ISLAM, BUKAN KEPADA KAPITALISME DAN KOMUNISME



Oleh : Ahmad Sastra

Seorang muslim disebut oleh Allah sebagai generasi ulil al baab, yakni manusia yang senantiasa berzikir dan berfikir. Seorang muslim adalah orang yang selalu berfikir kritis dan solutif atas berbagai persolan yang mendera bangsa ini. Seorang muslim mestinya dengan mudah memahami bahwa carut marut negeri ini adalah akibat diterapkannya ideologi kapitalisme sekuler liberal.

Belajar dari munculnya RUU HIP yang diinisiasi oleh DPR, seorang muslim harus memahami bahwa Pancasila telah disandera oleh ideologi kapitalisme dan komunisme. Berbagai produk UU seperti minerba dan perppu corona mengindikasikan bau kapitalistik. Sementara RUU HIP jelas berbau komunisme ateis. Pancasila sesungguhnya sangat membutuhkan Islam, bukan kapitalisme komunisme.

Dari rezim ke rezim negeri ini tidak pernah beranjak lebih baik, sebab kedua ideologi kufur ini yang masih diterapkan. Sementara Pancasila hanya digunakan sebagai kedok untuk melanggengkan ideologi komunisme dan kapitalisme. Pancasila, dari rezim ke rezim juga hanya digunakan sebagai alat gebuk kepada perjuangan Islam.

Maka, betapa sulitnya mencari esensi Pancasila di negeri ini. Kita mesti jujur sejujur-jujurnya bahwa sila persila Pancasila belum dapat diwujudkan oleh pemerintah dari rezim ke rezim. Sebab sebagai falsafah hidup (set of philosophy), Pancasila sangat bergantung kepada under lying sistem ideologi apa yang mampu mewarnainya.

Sistem dan ideologi yang mendasari bangsa ini dalam mengelola bidang ekonomi, pendidikan, budaya, politik, dan sosial yang akan mampu mewarnai Pancasila. Kita mesti jujur, bahwa bangsa ini mengadopsi sistem kapitalisme sekuler dalam menjalankan roda pemerintahan ini. Apakah ideology kapitalisme dan komunisme ini sejalan dengan pancasila ?

Ketika negeri ini menerapkan sistem kapitalisme, dimana kaum borjuis selalu mengumbar libido materialisme, maka nilai-nilai pancasila sulit ditemukan di bumi nusantara ini. Sebab keadilan sosial menjadi sekedar mimpi tak bertepi.

Sila kelima yang mengamanahkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, namun faktanya hanya basa-basi, justru ketidakadilan bagi seluruh rakyat Indonesia yang terjadi. Kemiskinan di negeri ini justru makin menjadi-jadi. Utang makin menggunung tinggi tak terbayarkan.

Kemiskinan dan pengangguran semakin menganga. Paksaan bayar pajak semakin mencekik. Harga-harga kebutuhan terus melambung. Biaya pendidikan dan kesehatan tak lagi terjangkau. Bahkan sumber daya alam milik rakyat telah tergadai dan terjual kepada penjajah asing dan aseng.

Saat negeri ini menerapkan sistem demokrasi, dimana kekuasaan dimaknai sebagai ladang mencari nasi dan politik transaksional menjadi budaya, maka nilai-nilai pancasila menghilang seperti ditelan kekelapan.

Sila keempat mengamanahkan kekuasaan sebagai wakil rakyat, sementara rakyat tidak pernah merasa diwakili. Suara dan tuntutan rakyat sering kali dianggap angin lalu. Jadi sebenarnya siapa yang sedang mereka wakili. Para kapitalislah yang sebenarnya sedang mereka wakili karena telah banyak menyumbang dana saat pemilu. Demokrasi adalah perselingkuhan antara penguasa dan pengusaha (demokrasi korporasi).

Ketika negeri ini menerapkan sistem sekulerisme, dimana nilai agama dianggap sebagai penghambat kemajuan bangsa, maka nilai-nilai pancasila dimusnahkan tanpa tersisa. Sila pertama mengamanahkan agar rakyat Indonesia menjadi warga yang beriman dan bertaqwa hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa. Namun yang terjadi justru monsterisasi agama tauhid, kriminalisasi ulama, dan pelumpuhan ormas-ormas Islam.

Ketika negeri ini menerapkan liberalisasi, dimana kebebasan berekspresi dan berfikir dilindungi sebagai hak asasi manusia, maka nilai-nilai pancasila tak lagi dapat dirasakan. Sila kedua mengamanahkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab terasa jauh panggang dari api, jauh masalah dari solusi. Alih-alih menjadikan manusia beradab, bahkan bangsa ini sulit mendapati pemimpin teladan hingga rakyat banyak terjerumus kepada sikap dan perilaku amoral tak beradab dan tak ada lagi nilai-nilai kemanusiaan.

Bahkan sekulerisme-kapitalisme-liberalisme telah menjadikan rakyat indonesia mudah diadu domba, bercerai berai dan sulit untuk kembali disatukan. Padahal sila ketiga mengamanahkan sila persatuan Indonesia. Berbagai ketidakadilan dan kezoliman politik transaksional sejatinya telah meniadakan nilai-nilai pancasila di bumi pertiwi. Meski mulut berbusa-busa menyebut dan memuja pancasila.

Menitipkan Pancasila kepada ideologi kufur kapitalisme sekuler merupakan dosa investasi bagi bangsa ini. Menitipkan Pancasila kepada ideologi sesat komunisme merupakan kedunguan yang tak mungkin tersembuhkan. Kedua ideologi ini justru telah dengan gamblang mengkhianati Pancasila. Kapitalisme sekuler tentu bertentangan dengan Pancasila yang membawa sifat teistik, apalagi komunisme yang ateistik.

Maka, tidak ada pilihan yang paling baik, kecuali menitipkan Pancasila kepada Islam. Sebab, rumusan Pancasila tidak bisa dilepaskan dari peran umat Islam terutama pada ulama dan cendekiawan saat itu. Islam adalah agama sempurna yang ada sejak berabad-abad sebelum Pancasila lahir. Para pahlawan yang memerdekakan negeri ini adalah para mujahid yang berjuang atas nama Islam, sebab Pancasila belum lahir.

Para pahlawan seperti Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Patimura, Imam Bonjol, Hasyim Asyari berjuang melawan penjajah atas nama keimanan kepada Allah, bukan karena Pancasila. Apalagi semua penjajah seperti Belanda dan Portugis adalah kaum kafir, bukan dari kalangan muslim. Tidak ada sejarahnya umat Islam menjajah suatu negeri. Penaklukan tidak sama maknanya dengan kolonialisme.

Seorang muslim adalah orang yang membawa misi Islam. Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh manusia dan alam semesta. Islam selama berabad-abad telah melahirkan peradaban mulia. Peradaban Madinah yang dipimpin oleh Rasulullah dan diteruskan oleh para khalifah dengan sistem khilafahnya telah menjadi mercusuar peradaban dunia.

Prof Raghib As Sirjani telah menulis buku berjudul Sumbangan Peradaban Islam kepada Dunia. Dalam buku itu dengan jelas digambarkan betapa peradaban Barat berhutang kepada peradaban Islam. Sekulerisasi peradaban Barat justru kini telah membunuh dirinya sendiri.

Corak dasar sekulerisme adalah pemisahan antara agama dan kehidupan, mengabaikan peran hukum Allah sebagai sumber perundang-undangan. Agama hanya diletakkan sebagai urusan private. Jelas ideologi sekulerisme bertentangan dengan sila satu pancasila. Sementara ideologi komunisme ateis yang meniadakan eksistensi Tuhan otomatis bertentangan dengan Pancasila.

Sementara ideologi Islam, selain mengakui adanya Allah, juga mengakui hukum-hukum Allah sebagai sumber aturan kehidupan seluruh manusia di dunia. Sebab karakter ideologi Islam adalah rahmatan lil`alamin. Dari dasar tauhid inilah, menurut Ismail Al Faruqi, Islam telah melahirkan sebuah peradaban agung yang berkeadilan dan berkeadaban serta menebarkan kedamaian dan kesejahteraan bagi segenap umat manusia.

Ideologi Islam jelas mengandung kebajikan dan kemuliaan yang konstruktif, sementara kapitalisme dan komunisme adalah isme transnasional dari barat yang destruktif. Islam adalah kebenaran, sementara kapitalisme dan komunisme adalah kebatilan.

Perhatikan firman Allah : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam [QS Ali Imran : 19]. Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam [QS Al Anbiya : 107].

Ideologi Islam bisa menjamin terwujudnya seluruh nilai kebajikan dan kemuliaan bagi seluruh manusia disebabkan Allah adalah pemilik dan pencipta seluruh makhluknya di jagad raya. Maka hukumNya juga untuk kebaikan seluruh makhlukNya.

Konstruksi negara Madinah yang dibangun oleh Rasulullah yang berdiri tegak di atas pondasi hukum dan aturan Allah telah menjadi fakta sejarah akan idealitas kehidupan masyarakat yang belum pernah tertandingi oleh ideologi apapun di dunia ini. Para cendekiawan Barat mengakui keagungan peradaban Islam ini.

Bernand Lewis menulis, Islam menjadi peradaban terdepan dengan kemajuan di bidang industri, perdagangan, santifik yang terbentang dari Maroko hingga Indonesia,dari Kazakhstan hingga Senegal melalui misi Nabi Muhammad dalam pembentukan masyarakat dan negara Islam dibawah kepemimpinannya. [Bernand Lewis, Krisis Islam, 2004 : 4].

Maka dengan menitipkan Pancasila kepada Islam dan membuang jauh ideologi setan kapitalisme sekuler liberal dan komunisme materialism ateis akan lahir masyarakat yang beriman dan bertaqwa dengan munculnya peradaban mulia yang membawa rahmat dan berkah bagi segenap kehidupam manusia.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya [QS Al A’raf : 96].

(AhmadSastra,KotaHujan,20/06/20 : 15.00 WIB)

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.