LANDSCAPE DUNIA POST DEMOCRACY
Jumat, Mei 01, 2020
0
Oleh : Ahmad Sastra
Antroposentrisme demokrasi makin memperlihatkan kebusukannya. Kepentingan duniawi para pelaku demokrasi makin merobohkan ideologi absurd ini. Menyerahkan kedaulatan hukum kepada manusia berbuah malapetaka tak bertepi. Bahkan di antara pemuja demokrasi kini saling menjegal. Sesama manusia zolim, kini sedang sibuk saling menuduh dan menfitnah.
Antropomorpisme demokrasi telah kebablasan memuja manusia seolah sebagai tuhan yang mampu menyelesaikan segala persoalan. Padahal secara genetik, demokrasi justru membawa cacat bawaan sejak lahir. Alih-alih menyelesaikan persoalan, di tangan demokrasi, dunia justru berada di titik terendah di semua aspeknya.
Di aspek ekonomi, rakyat amerika sendiri mulai jengah atas kebijakan-kebijakan kapitalistik yang justru semakin menjerumuskan rakyat kepada kesengsaraan. Apalagi saat diserang oleh coronavirus, negara-negara kapitalistik mengalami krisis ekonomi melebihi krisis 1998. Sebab episentrum krisis ekonomi akibat wabah corona berskala dunia, tidak lagi berskala lokal.
Wajah kapitalisme nampaknya sedang babak belur ditampar oleh virus corona yang justru tidak terlihat. Sebab corona tak bisa dilawan dengan kekuatan senjata secanggih apapun dan kekuatan tentara sekuat apapun. Bahkan disaat benteng terakhir yakni pedesaan juga tumbang, maka uang sebesar apapun tidak akan ada gunanya sama sakali.
Peradaban demokrasi yang sarat dengan kezaliman, ketidakadilan, kesenjangan sosial, penindasan, dan keras kepalanya para pemimpin menolak kebenaran Islam adalah pertanda kehancuran dirinya sendiri. Ditambah lagi bencana non alam yang kini terjadi akan lebih cepat merobohkan peradaban demokrasi. Lima faktor inilah menurut Ibnu Khaldun yang akan meruntuhkan sebuah peradaban.
Dalam bidang sosial budaya, demokrasi adalah ideologi liberal yang melegitimasi amoralitas seperti perzinahan, pelacuran, perjudian, seks bebas dan LGBT. Ideologi ini juga terbukti telah melahirkan kemiskinan dan kesengsaraan bagi rakyat. Bahkan dengan money politic, demokrasi telah membudayakan korupsi, kolusi, nepotisme, gratifikasi, dan seabreg perilaku pengkhianatan lainnya.
Demokrasi bahkan secara lantang menentang etika agama, mengkriminalisasi ulama, menjegal kebangkitan umat dan memberangus ormas-ormas Islam. Negara pemuja demokrasi bukan menjadi merdeka, justru menjadi budak negara kapitalisme yang lebih besar. Demokrasi korporasi telah mengkayakan yang kaya dan memiskinkan yang miskin.
Negara boneka demokrasi terbukti hanya menumpuk-numpuk utang yang akhirnya dibebankan kepada rakyat. Rakyat hanya menjadi korban kebengisan demokrasi tanpa pernah bisa merasakan sejahtera meski hanya sejenak. Dengan pajak mencekik, PHK besar-besaran, tapi masih juga dibebani biaya kesehatan yang terus naik. Kapitalisasi pendidikan makin menyempurnakan kesengsaraan rakyat.
Maka demokrasi yang digembar-gemborkan Barat kepada dunia ketiga pada dasarnya adalah demokrasi semu dan masih menyisakan term yang ambigu, bahkan sangat destruktif. Term post democracy sebagai upaya mendemokrasikan demokrasi adalah usaha sia-sia, jika tidak mau disebut sebagai kebodohan. Oleh karena itu manusia cerdas akan mencari alternatif sistem dan ideologi dan membuang demokrasi.
Kini rakyat tak lagi percaya kepada demokrasi. Rakyat sudah muak menonton segala sandiwara pemilu dan pencitraan tak tahu malu. Rakyat sudah bosan ditipu setiap kali datang pemilu. Bahkan pemilihnyapun kini ditipu dan disengsarakan. Demokrasi telah menjadi terorisme sejati bagi kehidupan rakyat. Post democracy adalah hancur dan tumbangnya peradaban demokrasi kapitalisme sekuler.
Untuk khusus di Indonesia, meski jargonnya demokrasi Pancasila, namun itu hanya ilusi belaka. Sila-sila Pancasila dengan jelas dikhianati oleh demokrasi. Demokrasi tidak mendudukkan tuhan sebagai pusat spirit berbangsa, maka agamapun justru dinista. Kemanusiaan yang beradab berubah menjadi perilaku biadab. Persatuan Indonesia tercabik-cabik oleh ketidakadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Para wakil rakyat justru kerjanya mengkhianati amanah rakyat. Trias politica berubah menjadi trias koruptika.
Rasa muak rakyat kini sudah mencapai titik nadir. Optimisme rakyat kini hanya diberikan kepada Islam. Landscape dunia post demokrasi adalah tegaknya peradaban Islam. Rakyat makin yakin hanya Islamlah yang akan menjadi solusi sempurna bagi persoalan bangsa ini. Rakyat makin yakin bahwa Islam adalah sempurna dan menyempurnakan, adil dan menebar keadilan, benar dan menebar kebenaran dan selamat dan menyelamatkan dunia akherat.
Demokrasi kini sedang sekarat, sementara Islam makin menguat. Sebab demokrasi buatan manusia, sementara Islam adalah agama yang datangnya dari Allah. Demokrasi menuhankan manusia, sementara Islam menuhankan Allah Sang pencipta manusia. Demokrasi tak punya standar kebenaran, sementara Islam dengan jelas punya standar kebenaran.
Islam telah terbukti menyatukan umat dan bangsa, sementara demokrasi terbukti mencerai-beraikan keutuhan bangsa. Islam menebar dakwah untuk rahmatan lil’alamin, sementara demokrasi menebar kebatilan dan kerusakan. Islam menerapkan syariah secara kaffah sebagai solusi sempurna, sementara demokrasi menerapkan sekulerisme, biang kerusakan peradaban manusia.
Demokrasi itu ideologi anti agama, sementara Islam justru menghargai pluralitas agama, ras dan suku bangsa. Esensi demokrasi adalah kekufuran dan kemunafikan yang selamanya akan terus berusaha menjegal kebangkitan Islam.
Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah dan cukuplah Allah sebagai Pelindung. (QS Al Ahzab : 48)
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu Lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (QS Annisa : 61)
Inilah detik-detik kematian demokrasi dan sesaat lagi akan kembalinya kejayaan Islam yang dinanti. Janji Allah akan kemenangan Islam adalah suatu kepastian. Tugas kita terus menyadarkan umat akan kebenaran Islam dan kebusukan demokrasi. Teruslah berjuang dengan ikhlas hingga datang pertolongan Allah. Jangan pernah putus ada berjuang dalam jalan Islam ini.
Saatnya negeri ini kembali kepada jalan spiritual Islam yang sarat dengan nilai-nilai kesadaran akan keberadaan Allah sebagai tolok ukur segala aktivitas politik. Dengan politik transendental, maka politik dipandang sebagai bagian dari ibadah dalam upaya mensejahterakan rakyat sejalan dengan hukum dan perundang-undangan Allah. Dalam sejarah peradaban Islam, kondisi ini pernah dipraktekkan dalam institusi Khilafah Islamiyah yang mengantarkan kepada masa keemasan Islam.
Maka saatnya umat Islam melakukan konsolidasi politik global, sebab jalan kebangkitan telah terbuka lebar, jangan lagi terpecah belah, sebab muslim sedunia adalah bersaudara. Allah berfirman, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (QS Al Hujurat : 10)
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran : 103)
gelora kebangkitan umat Islam tidak akan bisa dibendung, mereka akan terus mengalir menuju kejayaan. Dakwah dan perjuangan akan terus mencari jalannya sendiri, meski dalam kondisi sesulit apapun. Bahkan dalam sejarah, makin ditekan, maka umat Islam akan makin bersemangat berjuang. Umat Islam hanya takut kepada Allah, ini soal akidah.
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS Annur : 55)
(AhmadSastra,KotaHujan,01/05/20 : 17.00 WIB)
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags