ANCAMAN UNTUK PEMIMPIN PEMBOHONG DAN PARA PENDUKUNGNYA



Oleh : Ahmad Sastra

Rasulullah adalah pemimpin agung dan menjadi teladan terbaik sepanjang zaman. Empat sifat utama kepemimpinan Rasulullah adalah shidiq (jujur), amanah, tabligh dan fatonah. Kejujuran yang dibalut dengan sikap amanah atas tugas kepemimpinan adalah sifat seorang pemimpin yang lahir dari sistem Islam.

Sifat fatonah merujuk kepada kemampuan atau kecerdasan yang melahirkan kecapakan memimpin. Sebab jika perkara tidak diberikan kepada yang cakap atau ahli, kehancuranlah yang akan di dapat. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah.

Bila amanat telah disia-siakan, maka tunggulah saat kehancurannya (atau itu adalah pertanda dekatnya Kiamat).” Ada Sahabat bertanya, “Bagaimana amanat tersebut disia-siakan wahai Rasûlullâh?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Bila suatu perkara dipercayakan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya.” [HR. Al-Bukhâri dan Ahmad]

Keempat sifat utama kepemimpinan Rasulullah ini menjadikan Rasulullah sebagai pemimpin agung yang menjadi inspirasi bagi kepemimpinan di dunia. ‘Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah’ (QS Al Ahzab : 21).

Ibnu Taimiyyah berkata, “Para pemimpin adalah orang yang mewakili Allâh terhadap para hamba-Nya. Para pemimpin juga wakil dari para hamba terhadap urusan diri mereka. Maksud dari kepemimpinan (al-wilâyah) adalah memperbaiki agama manusia, yang bila itu luput, mereka pun akan rugi besar. Dan apa yang mereka nikmati di dunia saat itu tidak lagi berguna bagi mereka. Juga memperbaiki perkara dunia, di mana perkara agama tidak akan tegak kecuali dengannya.

Apakah mungkin akan lahir kembali model kepemimpinan seperti rasulullah atau yang mendekati ?. Jawabnya hampir tidak mungkin jika sistem pemilihan pemimpinnya tidak sejalan dengan Islam. Bahkan Rasulullah telah menyampaikan sebuah hadits yang menggambarkan kepemimpinan pada suatu waktu adalah pemimpin yang berdusta dan zolim.

Dari Ka’ab bin Ujrah rahiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah keluar atau masuk menemui kami, ketika itu kami berjumlah sembilan orang. Dan di antara kami ada bantal dari kulit. Baginda lalu bersabda, ‘Sesungguhnya akan ada setelahku para pemimpin yang berdusta dan zalim. Barangsiapa mendatangi mereka kemudian membenarkan kebohongan mereka, atau membantu mereka dalam kezalimannya, maka ia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya. Serta ia tidak akan minum dari telagaku. Dan barangsiapa tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu mereka dalam berbuat kezaliman, maka ia adalah dari golonganku dan aku adalah dari golongannya. Dan kelak ia akan minum dari telagaku’.” (HR Ahmad No: 17424).

Kini kita hidup tidak sedang berada dalam sistem Islam, maka yang akan lahir adalah para pemimpin pendusta dan zalim. Sebagai contoh, dalam sistem demokrasi, pemilu adalah ajang berdusta para calon pemimpin. Mereka hanya mengumbar janji-janji palsu dan jika telah terpilih, justru rakyat ditelantarkan. Kondisi bukan rahasia lagi bagi masyarakat di seluruh dunia.

Sistem demokrasi sekuler telah melahirkan para pemimpin pendusta dan zalim adalah fakta yang tak terbantahkan. Hal ini juga membuktikan kebenaran kabar yang disampaikan Rasulullah dalam hadist di atas. Maka, demokrasi adalah sistem setan yang bertentangan dengan Islam, maka haram hukumnya mengadopsinya.

Bagaimana jika kita menemui masa dimana ada pemimpin pendusta dan zalim di tengah-tengah kita ?. Rasulullah dalam hal ini telah membagi dua kelompok manusia. Pertama, adalah orang-orang pro rezim yang mendatangi para pemimpin pendusta dan zalim dengan tujuan membenarkan kedustaannya atau membantu mereka dalam kezalimannya.

Kelompok kedua adalah orang-orang yang memilih untuk menjadi oposisi penguasa dengan tidak membenarkan kebohongan mereka atau tidak membantu mereka dalam berbuat kezaliman. Kelompok ini juga tidak mendekati penguasa untuk meminta keuntungan jabatan atau uang.

Berdasarkan sabda Rasulullah di atas, ternyata konsekuensi pilihan untuk pro dan kontra pemimpin pendusta sangatlah berat. Sebab jika pro kezaliman pemimpin tidak diakui sebagai umat Rasulullah dan tidak merasakan minum dari telaga Rasulullah. Ini artinya manusia yang memilih untuk menjadi pendukung pemimpin pendusta dan zalim akan digolongkan sebagai penghuni neraka.

Sebaliknya, golongan manusia yang menjaadi oposisi atas kezaliman dan kedustaan pemimpin, maka akan dimasukkan Rasulullah sebagai golongan beliau. Bahkan, kelak di akherat akan bisa merasakan nikmatnya air dari telaga Rasulullah. Ini artinya soal kepemimpinan ternyata ada kaitannya dengan selamat atau celaka di akherat.

Sebuah hadits riwayat dari Abu Hurairah ra menegaskan tentang akibat buruk bagi pemimpin pendusta atau pembohong. Rasulullah SAW bersabda: “Tiga orang yang Allah enggan berbicara dengan mereka pada hari kiamat kelak. (Dia) tidak sudi memandang muka mereka, (Dia) tidak akan membersihkan mereka daripada dosa (dan noda). Dan bagi mereka disiapkan siksa yang sangat pedih. (Mereka ialah) Orang tua yang berzina, penguasa yang suka berdusta dan fakir miskin yang takabur.” (HR. Muslim).

Dari Ma’qil Bin Yasâr Radhiyallahu anhu berkata, aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allâh untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allâh mengharamkan surga atasnya. [Muttafaq alaih].

Jalan terbaik dan yang menyelamatkan untuk kondisi seperti ini adalah menolak dengan tegas sistem demokrasi yang melahirkan para pemimpin pembohong. Sebab jika menerima demokrasi sama saja dengan mendukung pemimpin pendusta dan zalim. Sementara, mendukung kebohongan pemimpin akan mendapat murka Allah dan Rasulullah.

Maka teruslah berjuang menegakkan sistem Islam yang akan melahirkan para pemimpin yang baik, sebagaimana Rasulullah dan para sahabat (khalifah). Sebab orang mukmin hanya percaya kepada Islam secara mutlak dan tidak bergeser sedikitpun untuk mencari jalan lain, selain jalan Islam. Dengan terus berjuang menegakkan Islam, maka selain akan mendapat pertolongan Allah, juga akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akherat.

(AhmadSastra,KotaHujan,19/04/20 : 18.15 WIB)

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

3 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
  1. MasyaAllah.. Alhamdulillah.. Terima kasih ilmunya.. Barakallah..

    BalasHapus
  2. Masha allah, sungguh jelas sekali penjelasan-nya. Semoga kita bisa meneladani rasulallah SAW dan menerapkan syariat-syariat islam di kehidupan sehari-hari

    BalasHapus
  3. Muhammad Fajri Ilham4 Oktober 2024 pukul 09.53

    Masyaallah ustadz, jelas sekali penjelasannya dan mudah dipahami

    BalasHapus

Categories