NARASI ISLAM POLITIK



Oleh Ahmad Sastra

Adalah Muhammad Rasulullah, politikus ulung sepanjang sejarah yang diakui oleh para pemikir Barat. Piagam Madinah oleh sejarahwan Barat diakui sebagai konstitusi pertama di dunia yang kelak menjadi rujukan politik modern, meski mengalami banyak distorsi dan aborsi.

Karena itu secara sederhana perjalanan politik Rasulullah dari pengangkatan sebagai Nabi hingga pembangunan peradaban Islam di Madinah merupakan proses konstruksi hukum syariat Islam. Politik Islam dengan demikian adalah upaya menata masyarakat, kehidupan dan sumber daya negara dengan landasan Al Qur’an dan Hadist sebagai perundang-undangan negara.

Islam dan negara adalah dua sisi mata uang dalam Islam politik. Negara Islam dengan demikian adalah institusi yang akan mampu mewujudkan kehidupan dan peradaban Islam. Sebagaimana negara Islam Madinah, seperti itulah semestinya paradigma Islam politik di letakkan. Peradaban agung Islam hasil perjuangan Islam politik Rasulullah berhasil bertahan dan berkembang hingga lebih dari 1400 tahun.

Sejarah Islam, sebagaimana yang pernah ada, merupakan sejarah dakwah dan seruan, sistem dan pemerintahan. Tidak asumsi lain yang dapat diklaim sebagai Islam, atau diklaim sebagai agama ini, kecuali jika ketaatan kepada Rasul direalisasikan dalam satu keadaan dan sistem.

Dalam perjalanan politik, Rasulullah tidak pernah meleburkan dirinya dalam sistem yang selama ini melingkupinya. Keduanya menjaga jarak dengan kekuasaan yang bertentangan dengan Islam. bergerak dalam dakwah kesadaran hingga Allah memberikan kekuasaan Islam bagi orang-orang yang terpercaya. Itulah yang disebut sebagai kemenangan Islam. Kekuasaan Islam dengan kemuliaannya lantas menebarkan kebajikan kepada seluruh warga negara tanpa diskriminasi.

Politikus muslim selain harus memiliki pemikiran Islam ideologis juga harus ditopang oleh akhlak yang mulia. Politikus muslim adalah orang yang berkepribadian Islam. memiliki pola fikir dan pola sikap Islam, ini mutlak. Kejujuran, kecerdasan, amanah dan dedikasi yang dimiliki Muhammad sebelum menjadi Nabi membuat semua orang yang bertemu dan berinteraksi dengannya pasti menaruh kepercayaan dan penuh rasa hormat.

Paradigma gerakan Islam politik adalah proses penyadaran masyarakat akan pentingnya terikat dengan hukum syara’, baik dalam kehidupan individu, masyarakat maupun negara. Tantangan gerakan Islam politik adalah hegemoni sistem politik sekuler yang memisahkan agama dari negara. Perjalanan Islam politik Rasulullah dihadapkan dengan hegemoni sistem politik jahiliyah yang juga anti agama.

Jahiliyah menurut Al Amir Syakib Arsalan merujuk pada sebuah kondisi bangsa Arab pra Islam pola pikir dan pola perilaku yang sangat jauh dari nilai-nilai kemuliaan agama. (lihat, Al Amir Syakib Arsalan Mangapa Kaum Muslimin Mundur, 1954, Bulan Bintang. hal. 7).

Rasulullah Muhammad SAW sendiri diutus Allah ketika kondisi sosial bangsa Arab mencapai titik kulminasi kerusakan. Mindset dan sistem hidup (worldview) bangsa Arab saat itu telah jauh dari ajaran dan wahyu illahi. Rasulullah hadir dalam situasi kezaliman politik masa jahiliyah. Mengingat kekuasaan terhadap manusia dimonopoli oleh komunitas tertentu di antara mereka. Komunitas yang memonopoli kekuasaan ini senang memaksakan kehendaknya kepada rakyat, tanpa memberikan hak kepada siapapun untuk mengemukakan pendapatnya dalam menyusun program dan cara kerja penguasa. Di sana telah terjadi perampasan hak rakyat secara masif oleh sentral kekuatan politik negara. Hal ini terutama terjadi pada negara Romawi dan Persia.

Ahmad Ratib Armush, menggambarkan zaman Jahiliyah pra Islam dengan mengutip perkataan Ja’far,” Wahai Raja dulu kami adalah bangsa Jahiliyah (bodoh) yang menyembah berhala, mengonsumsi bangkai, melakukan perbuatan keji, memutuskan silaturahmi, melukai tetangga, dan orang yang kuat diantara kami memangsa yang lemah. Kami seperti itu sampai Allah mengutus seorang Rasul dari bangsa kami kepada kami” (dikutip dari Ibnu Hisyam, as Syirah, j.1, hal. 359). Karena itu jika kita cermati secara mendalam, maka perilaku masyarakat yang memuja ideologi demokrasi sekuler dimana agama dinafikan dalam ruang publik dan memuja ideologi komunis atheis dimana agama dianggap candu, maka yang terjadi adalah watak dan perilaku masyarakat pemujanya persis seperti kaum jahiliah pra Islam, bahkan tidak jarang lebih bejat lagi.

Sebagai satu contoh, jika jahiliah pra Islam ada ayah membunuh bayi perempuan setelah lahir, namun sekarang bahkan membunuh janin yang masih dalam kandungan karena hasil perzinahan. Secara empiris, ideologi sekulerisme dan komunisme telah menyebabkan kehidupan lebih jahiliah dibanding jahiliah masa sebelum Islam.

Dengan demikian, konstruk narasi Islam politik harus kokoh berdiri diatas landasan dalil naqli dan dalil naqli dengan spirit keimanan untuk menghadirkan peradaban mulia dengan gerakan kesadaran dan perjuangan perlawanan atas hegemoni sistem politik jahiliyah modern yang sekuleristik, kapitalistik dan komunistik. Karena itu gerakan Islam politik zaman now harus berpijak pada dimensi Islam normatif, Islam historis dan kondisi empiris. Sayyid Qutb mengemukakan bahwa Islam merupakan agama yang realistik, yang membuktikan bahwa larangan dan nasehat saja tidak cukup. Juga membuktikan, bahwa agama ini tidak akan tegak tanpa negara dan kekuasaan.

Agama Islam bagi tokoh Ikhwanul Muslimin adalah manhaj atau sistem yang menjadi dasar kehidupan praktis manusia, bukan hanya perasaan emosional (wijdani) yang tersemat dalam hati, tanpa kekuasaan, perundang-undangan, manhaj yang spesifik dan konstitusi yang jelas

Eksistensi agama menurut Qutb merupakan eksistensi kedaulatan hukum Allah. Ketika kondisi asal ini ternafikan, niscaya eksistensi agama ini juga ternafikan. Yang menjadi problem utama di muka bumi sekarang bagi agama ini adalah berdirinya para thaghut yang selalu melakukan perlawanan terhadap ketuhanan Allah dan merampas kekuasaanNya, kemudian dirinya diberikan otoritas untuk menetapkan peraturan perundang-undangan untuk membenarkan dan melarang jiwa, harta dan anak.

Dengan demikian gerakan Islam politik bukanlah gerakan yang hanya dibatasi oleh pemilu pada politik praktis semata, jauh lebih luas dari itu. Islam politik adalah sebuah visi agung dalam membangun peradaban Islam dibawah arah dan perundang-undangan Islam dalam institusi negara Islam. Mewujudkan visi agung ini hanya bisa ditempuh berdasar strategi dakwah Rasulullah, bukan melalui jalan demokrasi.

Sebab demokrasi menurut Plato dalam buku Filsafat Politik Plato karya JH. Rapar, TH.D, Ph.D halaman 102 adalah kondisi penuh sesak dengan kemerdekaan dan kebebasan berbicara dan setiap orang dapat berbuat sesuka hatinya. Kebebasan yang berlebihan itulah yang membawa bencana bagi negara dan warganya, karena kebebasan yang demikian itu akan melahirkan anarki. Dan dari anarkilah tirani tercipta. Oleh sebab itu dapatlah dikatakan bahwa sesungguhnya demokrasilah yang telah merangsang dan menyebabkan terciptanya tirani.

Karena keburukan demokrasi, John Adam, presiden Amerika ke 2 mengingatkan bahwa demokrasi tidak akan bertahan lama. Ia akan segera terbuang, melemah dan membunuh dirinya sendiri. Demokrasi pasti akan bunuh diri. Demokrasi akan segera memburuk menjadi anarki, tegasnya.

Jadi masih mau memuja demokrasi, atau sekedar dijadikan alat untuk perjuangan Islam ?. Adalah uthopis dan hanya akan berujung makin terpuruknya Islam dan kaum muslimin.

[AhmadSastra,KotaHujan,04/04/18 : 14.45 WIB]

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.